AS Serang Iran, Pasar Energi hingga Pelayaran Global Terancam Terguncang

  
AS Serang Iran

EDA WEB – Pasar keuangan global tengah dihadapkan pada ketidakpastian baru menyusul keputusan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengumumkan keterlibatan langsung negaranya dalam serangan ke fasilitas nuklir Iran.

Sentimen pelaku pasar pun terguncang, di tengah kekhawatiran akan gangguan suplai minyak dunia dan ketegangan baru di kawasan Timur Tengah.

Dalam pernyataan resminya dari Gedung Putih pada Sabtu (21/6/2025) malam waktu setempat, Trump menyebut serangan ini sebagai “keberhasilan militer spektakuler” yang “sepenuhnya menghancurkan” tiga situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Ia juga memperingatkan potensi serangan lanjutan jika Iran tak segera mencari perdamaian.

“Selama ini dunia percaya konflik Timur Tengah masih bisa dibatasi sebagai perang proksi regional. Kini ilusi itu hancur. Keterlibatan langsung AS menjadikan ini perang udara bernilai tinggi dengan target infrastruktur senjata pemusnah massal, yang bisa berdampak tak terduga pada pasar , jalur global, dan sentimen risiko,” ujar Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dalam catatan risetnya, dikutip dari MarketWatch Minggu (22/6/2025).

Baca juga:

Kabar ini muncul ketika pasar tutup, namun gejolak sudah terasa di perdagangan minyak dan bursa berjangka. mentah acuan West Texas Intermediate (WTI) tercatat 74,93 dollar AS per barel pada penutupan Jumat (21/6/2025), atau turun 0,22 persen dari hari sebelumnya.

Jika dikonversi dengan kurs Rp 16.500 per dollar AS, harga tersebut setara sekitar Rp 1.236.345 per barel.

Meski tekanan di bursa saham belum signifikan, yakni indeks S&P 500 hanya turun 0,2 persen ke 5.967,84 pada pekan lalu, pelaku pasar mewaspadai potensi aksi balasan Iran yang bisa mengganggu stabilitas pasokan minyak dunia, terutama di Selat Hormuz.

Jalur Selat Hormuz menjadi rute vital pengiriman sekitar 20 juta barel minyak dan produk minyak per hari serta 20 persen pasokan gas alam cair global.

“Pertanyaannya sekarang, apakah Iran akan menyerang langsung kepentingan AS atau lewat milisi sekutu? Apakah ekspor minyak Iran akan dihentikan? Apakah Iran akan mengganggu pelayaran di Selat Hormuz?” ujar James Bambino, Senior Oil Analyst di S&P Global Commodity Insights.

Baca juga:

Bambino menilai global kemungkinan melonjak pada pembukaan perdagangan awal pekan, namun efek ini bisa mereda jika Iran tidak merespons secara langsung.

Ia juga mencatat bahwa stok minyak mentah dunia saat ini naik lebih dari 200 juta barel sejak awal Januari 2025. Bahkan jika ekspor Iran terganggu, pasokan fisik masih mencukupi selama Selat Hormuz tetap terbuka.

“Kami perkirakan Selat Hormuz masih akan bisa diakses. Dengan produksi OPEC+ yang naik, cadangan minyak global juga akan bertambah usai musim puncak permintaan kilang musim panas,” kata Bambino.

Baca juga:

Analis juga mencermati potensi volatilitas tinggi di pasar valuta asing dan derivatif energi ketika pasar Asia-Pasifik dibuka pada Minggu malam waktu AS.

“Premi geopolitik kini sudah melekat di pasar. Harga minyak tak akan menunggu kepastian, sementara meja perdagangan valas dan volatilitas harus menyesuaikan dengan cepat,” tambah Innes.

Ke depan, pelaku pasar akan terus memantau sinyal dari Teheran maupun Washington terkait kelanjutan ketegangan ini, yang bisa menentukan arah pergerakan harga minyak, aset berisiko, hingga laju pemulihan ekonomi global.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas