Dialami Jokowi setelah Kembali dari Vatikan, Bagaimana Perubahan Cuaca Bikin Kulit Alergi?

  
Dialami Jokowi setelah Kembali dari Vatikan

EDA WEB – Presiden ke-7 diberitakan mengalami alergi kulit setelah pulang dari Vatikan dan saat ini sedang berada dalam proses pemulihan.

Dilansir dari , Kamis (5/6/2025), kabar ini disampaikan oleh Ajudan , Kompol Syarif Fitriansyah ditengah merebaknya rumor bahwa Jokowi mengidap Steven Johnson Syndrome (SJS).

“Bapak saat ini sedang pemulihan dari alergi kulit setelah pulang dari Vatikan. Wah, (berita Jokowi mengidap SJS) itu hoaks, tidak benar,” ujar Kompol Syarif, Kamis (5/6/2025).

Baca juga:

Syarif lalu menjelaskan bahwa alergi yang dialami Jokowi diduga muncul karena penyesuaian kulit terhadap cuaca di Vatikan.

Namun, gejala alergi tersebut baru muncul saat Jokowi pulang ke Indonesia beberapa hari setelahnya.

Menurut dia, gejala alergi Jokowi tidak disertai dengan rasa panas dan gatal, serta bukan merupakan autoimun.

Syarif pun mengatakan bahwa kondisi Jokowi sudah membaik dan bahkan sempat bersepeda dalam acara car free day.

Berkaca dari alergi yang dialami Jokowi sepulang dari Vatikan, bagaimana perubahan cuaca dapat menyebabkan kulit alergi?

Baca juga:

Dokter jelaskan pengaruh cuaca terhadap munculnya alergi di kulit

Dokter Spesialis Dermatologi Venereologi dan Estetika, dr. Fitri Firdausiya, SpDVE membenarkan bahwa perubahan cuaca dapat memicu alergi kulit seperti yang dialami oleh Joko Widodo

Tidak hanya itu, Fitri menambahkan bahwa perubahan cuaca juga dapat memperburuk kondisi alergi yang dialami seseorang.

Baca juga:

“Secara dermatologis, perubahan cuaca dapat memicu atau memperburuk kondisi alergi kulit melalui beberapa mekanisme fisiologis,” ujar Fitri saat dihubungi EDA WEB, Sabtu (7/6/2025).

Berikut beberapa faktor penyebab alergi kulit yang timbul karena perubahan cuaca menurut Fitri:

1. Fungsi skin barrier terganggu

Fitri mengatakan bahwa perubahan suhu dan kelembapan, terutama saat perpindahan musim, dapat mengganggu skin barrier atau lapisan pelindung kulit (stratum corneatum).

Baca juga:

“Ketika suhu turun atau kelembapan udara rendah, kadar air di epidermis (lapisan kulit terluar) menurun dan bisa menyebabkan xerosis atau kulit kering,” jelas dia.

Ia melanjutkan bahwa kondisi kulit yang kering tersebut dapat meningkatkan risiko terkena hal-hal penyebab alergi dan iritasi dari lingkungan.

“Hal ini memicu aktivasi sel imun lokal, seperti sel Langerhans, yang kemudian menimbulkan reaksi alergi,” tutur Fitri.

Baca juga:

2. Reaksi sistem imun yang hiperaktif

Kemudian, Fitri beralih pada kemungkinan penyebab kedua dari munculnya alergi karena pengaruh cuaca yaitu respons imun tubuh yang hiperaktif.

“Pada individu dengan predisposisi atopik, misalnya dermatitis atopik, sistem imun kulit cenderung mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap perubahan lingkungan,” terang Fitri.

Dermatitis atopik merupakan peradangan kulit yang ditandai dengan kulit gatal, kering dan timbul ruam merah.

Fitri menambahkan, cuaca dingin atau panas yang ekstrem dapat meningkatkan respons imun.

“Cuaca dingin atau panas ekstrem dapat memperkuat aktivitas Th2-mediated immune response, yang terkait dengan produksi IgE dan pelepasan histamin, penyebab utama gatal dan ruam alergi,” tutur dia.

Baca juga:

3. Terkena paparan alergen dari lingkungan

Fitri juga mengatakan bahwa perubahan cuaca dapat berdampak pada meningkatnya jumlah senyawa yang memicu alergi (alergen) di udara.

Pemicu alergi tersebut antara lain adalah serbuk sari, debu, tungau, dan spora jamur.

“Saat kulit berada dalam kondisi rapuh, misalnya kulit kering karena cuaca seperti pada poin satu,” ujarnya.

Baca juga:

“Alergen ini lebih mudah menembus dan memicu dermatitis kontak alergi atau memperburuk kondisi dermatitis atopik,” sambung dia.

4. Keringat dan gesekan berlebihan (friksi) pada kulit).

Ia pun melanjutkan bahwa perubahan cuaca yang menjadi panas atau lembab juga dapat menyebabkan biang keringat (miliaria) atau iritasi kulit.

Nah, kondisi tersebut dapat memicu reaksi inflamasi sekunder atau peradangan pada kulit.

Fitri menyebut, gesekan berlebihan pada kulit dapat memperburuk kondisi peradangan tersebut.

“Selain itu, friksi dari pakaian ketat pada kulit berkeringat dapat memperparah iritasi,” kata dia.

Baca juga:

Fitri pun berpendapat bahwa alergi kulit yang dialami Jokowi disebabkan oleh gabungan berbagai faktor di atas.

“Dalam konteks kondisi yang dialami oleh Bapak Jokowi sebagaimana diberitakan, reaksi alergi kulit yang terjadi saat perubahan cuaca sangat mungkin disebabkan oleh kombinasi dari faktor-faktor di atas,” terang Fitri.

“Tentunya, pemeriksaan dermatologis langsung diperlukan untuk menentukan jenis dan penyebab pasti dari kondisi kulit tersebut,” lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas