
EDA WEB – Banyak korban penipuan berkedok asmara atau love scam yang sulit sadar saat ditipu, meski tanda-tanda mencurigakan telah muncul.
“Korban tidak langsung sadar karena terjebak dalam hubungan emosional yang dibuat perlahan-lahan oleh pelaku. Mereka merasa sudah terlalu jauh untuk mundur,” jelas psikolog Meity Arianty, STP., M.Psi, saat dihubungi EDA WEB, Jumat (20/6/2025).
Bahkan, tak jarang korban tetap mempertahankan hubungan, meskipun sudah dirugikan secara emosional dan finansial oleh pelaku.
Meity mengatakan, kondisi ini berkaitan erat dengan proses psikologis dan komunikasi interpersonal yang dijalankan pelaku untuk membangun kepercayaan.
Baca juga:
Mengapa sulit sadar saat ditipu?
Terbentuknya ilusi hubungan emosional
Menurut Meity, biasanya pelaku love scam memulai strateginya dengan berkomunikasi secara intens kepada korban. Hal itu, untuk membangun kepercayaan secara bertahap.
Lalu, pelaku mulai dengan menunjukkan perhatian, seperti menyapa setiap hari, memberikan pujian, dan menanyakan kabar.
“Ini membuat korban merasa dihargai dan diperhatikan, lalu timbul ikatan emosional. Saat itulah korban mulai menurunkan kewaspadaannya,” jelasnya.
Baca juga:
Ada tahapan psikologis yang dilalui korban
Meity juga mengatakan, bahwa ada hasil penelitian Nomleni (2023) yang menemukan beberapa tahapan dalam proses manipulasi oleh love scammer, yaitu:
Komunikasi interpersonal melalui WhatsApp:
Komunikas ini bisa berbentuk sapaan, menanyakan kabar, memberikan pujian, hingga saran sebagai bentuk pemberian rasa perhatian dan nyaman bagi korban
- Intimacy privacy contact:
Di tahap ini, komunikasi menjadi lebih intens dan keterbukaan pada proses komunikasi menjadi lebih luas dibandingkan pada tahapan pertama.
“Di sini mulai lebih intim dimana terjadi pertukaran afektif eksploratif,” ujar Meity.
Baca juga:
- Green gray official relation:
Meity mengatakan, pada tahapan ini hubungan dinyatakan resmi ketika love scammer menyatakan perasaan dan ditanggapi positif oleh korban.
“Dan area kedua yaitu grey official relation dimana tidak adanya situasi menyatakan perasaan untuk mengarah pada penjelasan status hubungan namun dianggap dalam hubungan pacaran oleh korban,” jelas Meity.
- Victims exploitation dan action:
Komunikasi interpersonal pada tahapan ini sudah mengarah pada keadaan komunikasi yang semakin mempersuasi dan menindas korban.
Baca juga:
“Perilaku love scammer pada tahapan ini sudah semakin menunjukkan jati dirinya sebagai penjahat kepada korban, love scammer mulai menjalankan aksinya seperti meminjam uang kepada korban dengan jumlah yang besar sebagai modal usaha maupun pengobatan keluarga,” tambah Meity.
Meity juga menjelaskan, bahwa pada tahap ini korban sudah telalu dalam terlibat melalui perasaan, sehingga cukup sulit melepaskan diri dari jeratan pelaku.
Namun, dari sisi korban, tidak melaporkan kejahatan ini karena adanya persepsi terhadap seksualitas dan stereotipe yang kuat, misal perempuan malah disalahkan atas kejahatan ini dan adanya rasa malu.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas