Pakistan Tembak Jatuh Rafale India, Pengamat: Jet Tempur J-10C Bukan Faktor Tunggal

  
[POPULER GLOBAL] Kenapa Jet Tempur China Bisa Jatuhkan Rafale? | Saham Perusahaan Jet China Meroket

EDA WEB – Angkatan Udara (Pakistan Air Force/PAF) dilaporkan menembak jatuh dua jet tempur , termasuk satu unit buatan Perancis, dalam insiden udara terbaru yang terjadi di wilayah perbatasan Kashmir, Rabu (7/5/2025).

Mengutip laporan Reuters, pejabat Amerika Serikat menyebut jet tempur Chengdu milik Pakistan, yang merupakan produksi China, berhasil menjatuhkan setidaknya dua pesawat tempur India dalam baku tembak udara yang berlangsung selama lebih dari satu jam.

“Jet J-10C, dengan sistem radar AESA dan rudal udara-ke-udara PL-15, menunjukkan kemampuan tempur yang signifikan,” ujar seorang pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan namanya, dikutip EDA WEBTekno, Jumat (9/5/2025).

Menurut peneliti Indonesia Strategic and Defence Studies (ISDS) Iwan Hermawan, jatuhnya jet tempur Rafale milik India tak semata-mata disebabkan oleh keunggulan jet tempur J-10C buatan China yang digunakan Pakistan.

Keberhasilan itu lebih disebabkan oleh kemampuan Pakistan dalam menyatukan berbagai sistem persenjataan secara efektif, dilansir .

Menurut Iwan, salah satu aset penting milik Pakistan adalah pesawat peringatan dini (AWACS) Saab 2000 Erieye buatan Swedia.

Pertempuran Kashmir bukan pertempuran udara jarak dekat atau dog fight, melainkan pertempuran jarak jauh alias beyond visual range/BVR. Berdasarkan keterangan Pakistan dan India, jet tempur mereka berjauhan dan tidak saling berkejaran.

”Dalam situasi itu, faktor pentingnya adalah pelacakan posisi lawan. Di sinilah pentingnya AWACS,” ujar Iwan.

“Pakistan mampu memadukan radar peringatan dini dari Swedia (SAAB) dengan persenjataan buatan China (J-10C) secara efektif, sesuatu yang tidak mudah dan memerlukan keahlian tinggi,” ujar Iwan.

Saab Erieye sendiri memiliki kemampuan memindai wilayah sejauh 450 kilometer dalam kondisi minim gangguan, dan sekitar 350 kilometer ketika menghadapi interferensi elektronik berat.

Pesawat AWACS, SAAB 2000 Erieye Angkatan Udara Pakistan.(Wikimedia)

Adapun rudal udara-ke-udara PL-15 yang digunakan J-10C memiliki jangkauan maksimal hingga 300 kilometer.

Versi ekspor rudal ini, PL-15E, memiliki jarak tembak lebih pendek dibandingkan yang digunakan oleh militer Tiongkok. Bukti serpihan yang ditemukan di wilayah India mengindikasikan bahwa Pakistan menggunakan varian PL-15E.

Pertempuran udara yang berlangsung di wilayah Kashmir menjadi sorotan penting, termasuk bagi Indonesia, karena menunjukkan pentingnya sinergi antara teknologi dalam pertempuran modern. Terlebih Indonesia disebut akan mengakuisisi jet tempur Rafale.

Pakistan jatuhkan 5 pesawat

Menurut pernyataan resmi militer Pakistan, total lima pesawat India berhasil dihancurkan dalam konfrontasi tersebut, terdiri dari tiga unit Rafale, satu MiG-29, dan satu Su-30. Selain itu, sejumlah drone India juga dilaporkan berhasil ditembak jatuh.

Pihak India hingga kini belum mengakui kehilangan tersebut. Namun, sejumlah laporan media lokal dan pengamat militer menyebutkan bahwa tiga pesawat jet India jatuh di wilayah Jammu dan Kashmir, tanpa penjelasan rinci dari pemerintah India.

Sementara itu, Kementerian Pertahanan India dalam pernyataannya hanya menyatakan bahwa operasi militer yang dilakukan bertujuan menyerang infrastruktur teror di wilayah Pakistan, tanpa menyinggung adanya kerugian dari sisi armada udara.

CONFIRMED: One of the three Indian Rafale jets Pakistan claimed to have downed is now confirmed.

Wreckage bearing serial number BS-001 was found in Bathinda, verifying the Pakistani claim.

This was India’s first Dassault Rafale EH fighter jet.

— Clash Report (@clashreport)

Namun, laporan media India dan pengamat militer menyebut adanya kecelakaan tiga pesawat tempur India di wilayah Jammu dan Kashmir yang terjadi secara bersamaan, memicu spekulasi bahwa pesawat-pesawat tersebut sebenarnya menjadi korban serangan udara Pakistan.

Bentrok udara ini menjadi perhatian dunia internasional, terutama karena penggunaan jet tempur asing seperti Rafale dari Prancis di pihak India dan J-10C dari China di pihak Pakistan.

Beberapa analis bahkan menyebut peristiwa ini sebagai “perang proxy teknologi” antara Barat dan Timur.

Jet J-10C, sebagai pesawat generasi 4.5 buatan China, menunjukkan performa yang signifikan, khususnya dalam penggunaan rudal beyond-visual-range (BVR) seperti PL-15.

Di sisi lain, Rafale buatan Dassault Aviation yang baru diakuisisi India pada 2019, dianggap sebagai salah satu jet tempur paling canggih yang kini menghadapi tantangan besar dalam skenario tempur nyata.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas