
EDA WEB – menyusul aksi diskriminasi suporter dalam partai kontra Bahrain. Alhasil, jumlah kursi GBK harus dikurangi dalam laga vs China.
Tindak diskriminatif suporter terjadi dalam partai Grup C putaran ketiga antara di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Dalam laga yang digelar pada 25 Maret 2025 itu, FIFA menemukan unsur Xenophobia atau ujaran kebencian kepada negara atau budaya lain.
“Peristiwa terjadi di Sektor 19 disebabkan oleh suporter Indonesia. Pada menit ke-80, sekitar 200 hampir 300 suporter tuan rumah meneriakan slogan xenophobia, Bahrain, bla bla bla,” kata anggota Komite Eksekutif PSSI, Arya Sinulingga.
“Akibatnya, yang pertama, PSSI didenda hampir setengah miliar, yaitu sekitar hampir 400 juta lebih,” ujar Arya Sinulingga menjelaskan, dilansir dari rekaman suara yang diterima EDA WEB.
Tindakan kurang terpuji itu tentu merugikan PSSI dan Timnas Indonesia. Selain diganjar denda, PSSI tak akan bisa mengisi kapasitas GBK secara maksimal.
Dalam partai berikutnya melawan China pada 5 Juni 2025 nanti, PSSI diinstruksikan untuk mengurangi 15 persen dari kapasitas GBK.
Situs resmi GBK menyebut stadion kebanggaan publik Indonesia itu mampu menampung 78.000 kursi.
Artinya, dalam laga krusial nanti, PSSI hanya akan bisa membuka 66.300 tempat duduk.
“Kemudian yang kedua, PSSI diperintahkan FIFA untuk memainkan pertandingan berikutnya dengan jumlah penonton terbatas, dengan menutup sekitar 15 persen dari kursi yang tersedia.”
“Dan ini terutama di tribune, di belakang gawang, artinya di Utara dan Selatan. Dan kita harus memberikan plan kepada FIFA rencana tempat duduk 10 hari sebelum pertandingan,” ucap Arya Sinulingga.
Arya Sinulingga menjelaskan bahwa FIFA memberikan opsi alternatif. PSSI tetap boleh mengisi 15 persen kapasitas stadion dengan penonton dari komunitas anti-diskriminasi.
Selain itu, komunitas khusus seperti keluarga, pelajar, atau perempuan juga bakal diizinkan mengisi slot itu.
“Dan mereka harus memasang nanti spanduknya spanduk anti-diskriminasi. Jadi kemudian FIFA juga meminta kepada PSSI untuk bikin planning rencana komprehensif melawan tindakan diskriminasi di sepak bola Indonesia,” kata Arya Sinulingga.
Sanksi ini jadi pukulan berat bagi Timnas Indonesia yang jelas butuh dukungan maksimal suporter untuk menghadapi partai krusial melawan China.
Saat ini, Timnas Indonesia asuhan Patrick Kluivert sedang mengejar kelolosan ke Piala Dunia 2026.
Timnas Indonesia masih berpeluang lolos otomatis sebagai runner up Grup C. Jalan lain adalah melanjutkan perjuangan ke ronde keempat kualifikasi dengan finis di peringkat tiga atau empat.
Berbekal 9 angka, Skuad Garuda kini menduduki peringkat empat Grup C, di bawah Jepang (20 poin), Australia (13), dan Arab Saudi (10).
“Ini pembelajaran bagi kita semua. Jelas merugikan kita semua. Tapi kita harus tanggung bersama-sama semua.”
“Jadi ke depan kita harus mulai melakukan langkah-langkah literasi dan pendidikan-pendidikan kepada para suporter untuk tidak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan diskriminasi,” ucap Arya Sinulingga.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas