Ramai soal Masak Pakai Wajan Anti-lengket Bisa Picu Kanker? Ini Kata Pakar UGM

  
Ramai soal Masak Pakai Wajan Anti-lengket Bisa Picu Kanker? Ini Kata Pakar UGM

EDA WEB – Media sosial X diramaikan dengan unggahan bernarasi bahwa memasak menggunakan wajan yang dilapisi teflon yang anti-lengket dapat memicu kanker.

Narasi tersebut bermula dari akun X @rand**** pada Rabu (4/6/2025) yang mengunggah ulang sebuah video milik kreator konten TikTok yang membahas risiko bahan kimia pada teflon.

Dalam video yang diunggah, teflon disebut mengandung residu yang tidak baik untuk kesehatan, apalagi jika dipakai dalam jangka panjang.

Baca juga:

Teflon itu eh, kalau masih awal enggak ada masalah, ya, tapi kalau kita pakai jangka panjang kan ada yang mengelupas. Bisa menyebabkan masalah neurologis juga, masalah saraf juga,” kata pengunggah.

Unggahan soal teflon memicu kanker kemudian menyebar dengan cepat dan menuai beragam reaksi dari warganet, mulai dari rasa khawatir hingga pertanyaan soal kebenaran klaim yang disampaikan.

Lalu, benarkah wajan yang dilapisi teflon bisa memicu kanker?

Baca juga:

Benarkah wajan yang dilapisi teflon memicu kanker?

Dosen Kimia Analitik dan Lingkungan Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Endang Tri Wahyuni buka suara soal klaim teflon sebagai lapisan wajan dapat memicu kanker.

Ia menjelaskan, lapisan teflon sebagai anti-lengket pada peralatan masak terbuat dari bahan kimia yang disebut polytetrafluoroethylene (PTFE) dengan rumus kimia (C?F?).

Senyawa PTFE merupakan polimer sintetik yang sangat tahan terhadap panas, zat kimia, dan gesekan.

“PTFE juga bersifat inert, yaitu tidak bereaksi dengan makanan, air, atau bahan kimia lain, dalam kondisi normal (tidak ada pemanasan),” ujar Endang kepada EDA WEB, Sabtu (7/6/2025).

“PTFE aman pada suhu di bawah 260 derajat Celsius, namun pada suhu lebih tinggi 300 derajat Celsius, dapat mulai terurai dan melepaskan gas berbahaya seperti partikel ultrafine dan uap fluorinasi,” tambahnya.

Baca juga:

Endang menerangkan, jika uap tersebut terhirup dapat menyebabkan polymer fume fever atau flu akibat asap polimer.

Gejala yang ditimbulkan berupa demam, menggigil, dan sesak napas yang bersifat sementara.

“Oleh karena itu, disarankan untuk tidak memanaskan wajan teflon kosong terlalu lama atau di atas api besar,” kata Endang.

Baca juga:

“Pada suhu sangat ekstrem (di atas 450 derajat Celsius) dapat membentuk gas berbahaya seperti perfluoroisobutene (PFIB) yang sangat toksik,” sambungnya.

Endang menambahkan, selain berdampak pada kesehatan manusia, burung juga sangat sensitif terhadap uap hasil degradasi PTFE.

Kematian mendadak pada burung peliharaan telah dilaporkan akibat overheating teflon panas.

Baca juga:

Apa itu PTFE?

PTFE yang terdapat dalam teflon dibuat dari senyawa Perfluorooctanoic Acid (PFOA).

Namun, sekitar tahun 2013, bahan ini sudah tidak digunakan lagi oleh sebagian besar produsen karena berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan dan merusak lingkungan.

Endang menyampaikan, PTFE bersifat toksik, dapat terakumulasi di tubuh dan lingkungan, serta berpotensi karsinogenik (pemicu kanker).

Baca juga:

Selain PFOA, produksi bahan PTFE juga dapat menggunakan bahan dasar berupa garam Ammonium Perfluorooctanoate (APFO)

Namun, penggunaan bahan tersebut telah dilarang atau dibatasi di banyak negara.

“Dulunya digunakan dalam produksi PTFE dan telah dikaitkan dengan risiko kanker, gangguan hormon, dan masalah reproduksi,” imbuh Endang.

Baca juga:

“PFOA kini dilarang atau dibatasi secara global. Banyak produk Teflon modern sudah berlabel ‘PFOA-free’,” katanya.

Endang juga menjelaskan, dalam produksi PTFE, sering ditambahkan zat kimia tambahan tergantung siapa produsen yang membuat.

Zat kimia tambahan yang dimaksud berupa Fluoropolimer lain, seperti fluorinated ethylene propylene (PFE) atau perfluoroalkoxy alkane (PFA) sebagai pelapis non-stick kelas industri atau pada bahan yang tahan suhu tinggi.

Selain itu, juga ditambahkan senyawa atau resin yang berfungsi sebagai bahan perekat untuk menempelkan lapisan teflon (PTFE) pada benda berbahan logam yang biasanya aluminium atau stainless steel.

“Bahan perekat ini tidak terpapar atau kontak dengan permukaan makanan,” tandas Endang.

Baca juga:

Saran terkait penggunaan wajan berbahan teflon

Karena berisiko untuk kesehatan, Endang mengingatkan supaya masyarakat yang menggunakan wajan berbahan teflon agar memakai peralatan ini pada suhu yang tidak terlalu tinggi dan tidak tergores dengan keras.

Ia juga meminta masyarakat untuk menghindari produk lama atau murahan yang kemungkinan masih mengandung PFOA.

Endang menjelaskan, PTFE tidak diklasifikasikan sebagai zat karsinogenik oleh:

  • IARC (International Agency for Research on Cancer, WHO)
  • US EPA (Environmental Protection Agency)
  • FDA (Food and Drug Administration, AS), menyatakan PTFE aman digunakan dalam peralatan masak
  • PTFE bersifat inert (tidak aktif secara kimia) dan tidak larut dalam air atau minyak sehingga tidak mudah diserap tubuh.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas