Sudah 2 Gajah Mati Tahun Ini di Jambi, Penyempitan Habitat Picu Konflik Kian Tinggi

  
Sudah 2 Gajah Mati Tahun Ini di Jambi

JAMBI, EDA WEB – Sepanjang tahun ini, sudah dua gajah mati di kawasan Lanskap (TNBT).

Populasi gajah di kawasan ini terus mengalami penurunan karena kematian.

Sebelumnya, tahun 2024 lalu, tercatat tiga gajah mati di lahan konsesi perusahaan.

“Benar, ada satu gajah ditemukan mati di kawasan penyangga TNBT,” kata Hendra Koswandi, Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Tebo Jambi, melalui pesan singkat, Kamis (22/5/2025).

Baca juga:

Temuan gajah mati sudah dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan petugas lapangan. Mereka juga telah mengumpulkan sampel.

Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi telah mengirimkan sampel untuk diteliti di veteriner Bukit Tinggi.

“Sampel lainnya juga dikirim ke laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB),” kata Hendra.

Terkait kronologi penemuan gajah mati, yang diperkirakan sudah lebih dari tiga minggu ini, Hendra belum bisa memberikan secara detail.

“Maaf, saya masih perjalanan dari Tebo,” kata Hendra singkat.

Baca juga:

Hasil penelusuran EDA WEB, gajah ditemukan oleh tim patroli wilayah kerja Resor Lubuk Mandarsah, Desa Mandarsah Ulu, Kecamatan Tengah Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi, yang masuk area rehabilitasi TNBT, pada Sabtu (17/5/2025).

Saat ditemukan, kondisinya telah menjadi bangkai dengan perkiraan sekitar tiga minggu.

Namun, di sekitar temuan gajah mati, tidak ditemukan tanda-tanda jerat satwa atau aktivitas manusia.

Penemuan gajah mati kali ini merupakan yang kedua kalinya dalam tahun ini.

Kepala , Agung Nugroho, menuturkan di Lanskap TNBT disebabkan oleh yang memicu konflik satwa semakin tinggi.

“Karena penyempitan habitat sehingga potensi konflik semakin tinggi,” kata Agung.

Ada banyak lintasan gajah yang sekarang mengalami gangguan karena perubahan fungsi kawasan hutan, seperti area perkebunan sawit dan hutan tanaman industri.

“Dulu tidak ada gangguan, sekarang ada aktivitas lain di jalur gajah,” kata Agung.

Saat diwawancara EDA WEB di kantornya pada Senin (19/5/2025), ia menyampaikan bahwa kasus kematian gajah pertama di tahun ini terjadi di Simpang Bujang, Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumai, Kabupaten Tebo, termasuk dalam kawasan konsesi PT Alam Bukit Tigapuluh (ABT).

Petugas lapangan menemukan gajah mati pada Minggu (27/4/2025), telah mengambil sampel, dan kini dalam proses menunggu hasil laboratorium untuk mengetahui penyebab kematian.

“Belum ada update terbaru. Masih kami dalami penyebab kematian, apakah karena dibunuh, racun, atau ada aktivitas perburuan,” katanya.

Hasil nekropsi menunjukkan ada kandungan fosfor dalam perut gajah secara berlebihan.

Kandungan itu tidak dapat diterima oleh tubuh sehingga menjadi sebab kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas