
EDA WEB – biasanya identik dengan cuaca panas dan langit cerah tanpa hujan. Namun, dalam beberapa waktu terakhir, fenomena sering terjadi.
Kondisi ini membuat hujan masih turun secara berkala meskipun wilayah sudah memasuki .
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar dari masyarakat, seperti, “mengapa hujan masih turun saat musim kemarau tiba?”.
Lebih lengkapnya, mari kita berkenalan lebih dekat dengan kemarau basah, mulai dari pengertian, penyebab, hingga prakiraan dari BMKG terkait sampai kapan akan berlangsung!
Baca juga:
Apa itu kemarau basah?
Melansir Buku Penyehatan Udara (2017) karya Tri Cahyono, kondisi di mana masih terjadi hujan namun sudah memasuki musim kemarau.
Sementara mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemarau basah merupakan musim kemarau yang ditandai dengan curah hujan yang cukup deras.
Fenomena ini juga dikenal dengan musim kemarau yang bersifat atas normal, yang diprediksi akan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya di sejumlah wilayah.
Apa penyebab kemarau basah?
Baca juga:
terjadi karena suhu dingin di Samudra Hindia bertemu dengan suhu panas di perairan Indonesia.
Hal ini menyebabkan suhu perairan di Indonesia menghangat lalu menghasilkan uap air yang lebih besar.
Nah, kondisi inilah yang membuat awan cumulus congestus lalu berkembang menjadi awan konvektif hujan dengan intensitas lebih banyak dan disertai petir juga angin kencang.
Ketika kondisi normal, curah hujan hanya berkisar 50-100 milimeter per kubik, sedangkan saat kondisi normal atas bisa meningkat hingga 300 milimeter per kubik.
Tak heran jika kerap terjadi bencana banjir hingga tanah longsor di sejumlah wilayah ketika fenomena ini muncul.
Baca juga:
sampai kapan?
Melansir laman , kemarau basah atau sifat atas normal masih diprediksi masih berlangsung di sejumlah wilayah di Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2025 mendatang.
Pada bulan Juni 2025, sebanyak 56,54 persen wilayah Indonesia akan mengalami kondisi lebih basah dari pada normalnya.
Kemudian pada bulan Juli 2025, kemarau basah diperkirakan meluas ke 75,38 persen wilayah, dan bulan Agustus sebanyak 84,94 persen akan mengalami kondisi atas normal.
Mengutip Buku dari BMKG, sebanyak 108 ZOM di Indonesia yang diperkirakan mendapatkan akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya yaitu:
- Sebagian kecil Aceh
- Sebagian besar Lampung
- Jawa bagian barat hingga tengah
- Bali
- Nusa Tenggara Barat
- Nusa Tenggara Timur
- Sebagian kecil dari Sulawesi
- Sebagian Papua bagian tengah
Baca juga:
Dampak kemarau basah
Fenomena kemarau basah membawa dampak yang signifikan di berbagai sektor kehidupan, mulai dari pertanian, lingkungan, hingga aktivitas masyarakat sehari-hari:
- Dampak pada pertanian
Hujan yang masih turun saat musim kemarau dapat mengganggu jadwal tanam dan panen petani.
Tanaman yang sudah siap panen bisa mengalami kerusakan akibat kelembapan berlebih atau serangan hama penyakit.
Baca juga:
Namun, kemarau basah dapat memberikan manfaat berupa suplai air yang cukup untuk tanaman, terutama di daerah yang biasanya mengalami kekeringan parah saat musim kemarau.
- Dampak pada lingkungan
Curah hujan yang tidak menentu selama kemarau basah dapat memicu banjir lokal atau genangan air, terutama daerah yang memiliki sistem drainase kurang memadai.
Genangan air juga berpotensi menjadi sarang penyakit dan mengganggu aktivitas masyarakat.
- Dampak aktivitas masyarakat
Perubahan cuaca yang tidak menentu meningkatkan risiko gangguan kesehatan, seperti flu, batuk, atau penyakit pernapasan.
Aktivitas luar ruangan menjadi kurag nyaman karena hujan masih sering turun, sehingga masyarakat harus menyesuaikan jadwal kerja, sekolah, dan kegiatan lainnya.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas