Kesaksian Kepsek Seno, Bikin Menara Bambu untuk Azan demi Tambah Jumlah Siswa

  
Kesaksian Kepsek Seno

MAGETAN, EDA WEB – Di tengah persaingan sekolah untuk menarik minat siswa, Seno, salah satu kepala sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, memiliki strategi yang unik agar orangtua siswa memilih sekolah yang dia pimpin.

Salah satu caranya adalah dengan mendirikan menara dari bambu setinggi lebih dari 10 meter untuk memasang pengeras suara.

Hal itu dilakukan saat dia mengajar di SMP Negeri 2 Sidorejo, -sebuah sekolah terpencil di mana orangtua siswa kebanyakan memilih menyekolahkan anak mereka di sekolah yang berada di kota.

“Cara mengenalkan sekolah kami yang berada di wilayah terpencil adalah dengan memasang menara bambu setinggi tingginya, karena lokasi sekolah kami berada di kawasan yang mayoritas petani.”

Baca juga:

Begitu pengakuannya saat ditemui usai menjadi pembicara dalam kegiatan Temu Pendidik Nusantara XII yang dilaksanakan di SMPN 1 Magetan, Minggu (22/6/2025) kemarin.

Melalui menara bambu tersebut, sekolah memasang pengeras suara untuk mengumandangkan azan menandakan tiba waktunya sholat zuhur.

“Karena mayoritas orangtua siswa itu petani, biasanya mereka masih di sawah siang hari, sehingga kita selalu mengumandangkan azan zuhur tepat waktu.”

Baca juga:

“Dari sini warga akhirnya mengenal bahwa sekolah kami menjalankan ibadah tertib waktu, sehingga ketika orangtua di sawah mendengar azan zuhur, ‘ooo itu SMP N 2 Sidorejo’,” imbuh Seno.

Melalui kebiasaan tersebut, warga yang berada di sekitar lingkungan sekolah akhirnya menjadi terbiasa dan mengenal azan zuhur yang dikumandangkan dipastikan itu adalah SMPN 2 Sidorejo.

Hal tersebut ternyata berdampak pada kepercayaan masyarakat terhadap sekolah yang dia pimpin, hingga pada penerimaan siswa baru ada peningkatan jumlah siswa.

“Awal saya masuk di SMPN 2 Sidorejo, siswanya hanya 30 untuk kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX.”

“Setelah kita melaksanakan praktik baik tersebut, peningkatannya cukup signifikan. Saat pendaftaran siswa baru, tidak lagi 10 siswa, tetapi mencapai 30 siswa,” ucap Seno.

Baca juga:

Sandal warna-warni

Saat dipindah memimpin SMPN Karto Harjo, Seno juga memiliki inovasi sederhana melalui pemilihan sandal jepit untuk siswa melaksanakan sholat zuhur.

Dia menerapkan sandal jepit yang dipakai siswa kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX berbeda-beda.

“Untuk kelas 1 warna merah, untuk kelas 2 hijau, dan kelas 3 itu kuning. Jadi setiap masuk waktu sholat, sandal harus disusun berdasarkan warna dan menghadap ke luar sehingga terlihat rapi,” ujar dia.

Baca juga:

Kebiasaan tertib tersebut ternyata mampu membuat anak didik menjadi terbiasa rapi dan tertib.

Ketika orang tua siswa menyaksikan kebiasaan sederhana tersebut, mereka banyak yang kagum.

“Ini memang mengajarkan bagaimana berperilaku tertib. Orangtua kagumnya, ‘sandalnya kok bagus ya, warna-warni, rapi’.”

Baca juga:

“Pesan kami adalah, sandal saja kami rawat dengan baik, apalagi anak-anak bapak, kami rawat dengan disiplin dan tertib,” kata dia sambil tersenyum.

Kegiatan Temu Pendidik Nusantara XII yang dilaksanakan di SMPN 1 Magetan berlangsung selama dua hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu.

Acara ini menjadi ajang untuk menularkan praktik-praktik baik melalui inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh sejumlah guru, seperti Seno.

Sebanyak 600 guru dari Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ponorogo saling membagikan praktik baik untuk memajukan dunia pendidikan di sekolah masing-masing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas