
EDA WEB – Kapal induk bertenaga nuklir milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS), (CVN-68), kembali menjadi sorotan setelah terdeteksi melintas di wilayah laut Indonesia tanpa mengaktifkan sistem pelacakan otomatis atau transponder.
Langkah tersebut menimbulkan perhatian besar, terutama karena terjadi di tengah situasi geopolitik yang kian tegang antara Iran dan Israel, di mana dugaan kuat mengarah pada misi militer menuju kawasan Teluk Persia.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Tunggul menyatakan bahwa kapal raksasa itu sempat terpantau di beberapa titik laut strategis Indonesia.
“Mendeteksi mulai dari perairan Laut Natuna Utara-Selat Malaka-TSS (Traffic Separation Scheme),” ujarnya, dikutip , Sabtu (21/6/2025).
Meski USS Nimitz mematikan transponder-nya, pelayaran kapal tersebut tetap dinilai sah karena masuk dalam kategori hak lintas damai selama tidak membawa ancaman bagi negara yang dilewati.
Baca juga:
Berikut sejarah dan spesifikasi USS Nimitz:
Raksasa laut yang mengguncang diplomasi
USS Nimitz bukan kapal sembarangan.
Sejak pertama kali ditugaskan pada 30 Juni 1975, kapal ini telah menjadi simbol kekuatan maritim AS.
Dibangun dengan anggaran lebih dari 100 juta dollar AS oleh Newport News Shipbuilding Company, kapal ini kini merupakan salah satu dari 10 kapal induk kelas Nimitz.
Baca juga:
Namanya diambil dari Laksamana Chester W. Nimitz, tokoh penting AS dalam Perang Dunia II, dan kapal ini menjadi yang pertama dari jenisnya.
Kapal tersebut memiliki panjang mencapai 333 meter, lebar dek sekitar 77 meter, dan luas area dek udara sekitar 4,5 hektar, cukup untuk menampung sekitar 90 pesawat termasuk jet tempur dan helikopter, dikutip , Sabtu (21/6/2025).
Dengan bobot lebih dari 100.000 ton dan ditenagai oleh dua reaktor nuklir, USS Nimitz dapat berlayar selama lebih dari 20 tahun tanpa perlu pengisian bahan bakar ulang.
Baca juga:
Kekuatan tempur yang mumpuni
Kapal ini tidak hanya besar secara ukuran, tapi juga berbahaya secara kemampuan tempur. USS Nimitz dilengkapi dengan:
- Rudal permukaan-ke-udara Sea Sparrow dengan jangkauan 14,5 km
- Sistem Raytheon RAM untuk pertahanan jarak pendek
- Meriam otomatis Phalanx CIWS enam laras dengan kecepatan tembak 3.000 peluru/menit
- Radar pencarian udara 3D SPS-48E dan radar permukaan SPS-67V
- Sistem tempur canggih termasuk Ship Self-Defense System (SSDS)
Dek kapal ini dirancang menggunakan sistem CATOBAR (Catapult Assisted Take-Off But Arrested Recovery), memungkinkan peluncuran dan pendaratan jet tempur secara efisien.
Selain itu, kapal ini memiliki empat lift pesawat dan empat ketapel uap, memungkinkan peluncuran pesawat setiap 20 detik.
Baca juga:
Misi tanpa sinyal, dunia waspada
Pemadaman sinyal kapal saat memasuki perairan strategis Asia Tenggara memunculkan spekulasi luas mengenai operasi militer AS di Timur Tengah.
Ditambah lagi dengan ketegangan di antara Iran dan Israel yang disebut-sebut semakin memanas.
TNI AL memastikan bahwa selama kapal asing tetap mematuhi aturan lintas damai dan tidak melakukan tindakan provokatif, Indonesia akan tetap mengawasi tanpa mengintervensi.
Baca juga:
(Sumber: EDA WEB/Danur Lambang Pristiandaru, Aditya Priyatna Darmawan | Editor: Inten Esti Pratiwi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas