
EDA WEB – Jika kamu membuka kalender bulan Mei 2025, kamu akan menemukan tanggal merah pada hari Senin, 12 Mei 2025. Mungkin kamu sempat bertanya-tanya, Senin ini libur apa ya? Jawabannya adalah Hari Raya 2025.
adalah hari suci umat Buddha yang bukan sekadar hari libur, melainkan waktu penuh makna spiritual.
Waisak, atau dalam tradisi lain disebut juga , bukan hanya tentang perayaan, tetapi tentang refleksi, ketenangan, dan penghormatan terhadap perjalanan spiritual Sang Buddha.
merujuk pada peringatan tiga peristiwa penting dalam kehidupan Siddharta Gautama. Inilah sebabnya umat Buddha menyebutnya sebagai Hari Raya Trisuci Waisak.
Lalu, apa saja yang dilakukan ketika Hari Waisak? Berikut adalah 10 tradisi yang biasa dilakukan oleh umat Buddha!
Waisak memperingati 3 peristiwa
Peristiwa apa saja yang diperingati saat Waisak?
Dilansir dari situs resmi , peristiwa apa saja yang diperingati saat Waisak mencakup tiga momen penting:
- Kelahiran Bodhisattva Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM.
- Pencapaian Penerangan Sempurna oleh Petapa Gotama di Bodh Gaya tahun 588 SM.
- Wafatnya Buddha Gotama atau Parinibbana di Kusinara.
Ketiga peristiwa ini terjadi pada purnama di bulan Waisak, dan menjadi alasan mengapa umat Buddha merayakannya secara khusus setiap tahun.
Kata “Waisak” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta Vaisakha dan bahasa Pali Vesakha, yang merujuk pada nama bulan dalam kalender Buddhis.
Apa yang kita lakukan saat hari ?
Banyak orang bertanya, ? Jawabannya bisa sangat beragam, karena terdapat banyak ritual dan tradisi yang dilakukan untuk memperingati hari suci ini.
Berikut penjelasan lengkap mengenai apa saja :
1. Berkumpul di vihara dan mengikuti puja bhakti
Di pagi hari, umat Buddha akan mengunjungi vihara atau kuil lokal untuk melakukan doa dan meditasi. Ini menjadi saat yang hening dan penuh perenungan.
Vihara biasanya memiliki program khusus untuk menyambut umat yang datang, termasuk pembacaan paritta dan ceramah Dhamma.
2. Melaksanakan sila dan mengambil tiga perlindungan
Menurut Khairiah dalam buku berjudul Agama Buddha (2018), sebagian umat Buddha memulai Waisak dengan melaksanakan delapan sila.
Sementara lainnya mengikuti ibadah umum dengan mengambil tiga perlindungan (Buddha, Dhamma, Sangha) dan menjalankan lima sila, yaitu:
- Tidak membunuh
- Tidak mencuri
- Tidak berbuat asusila
- Tidak berbohong
- Tidak mengonsumsi minuman keras
Ini adalah bagian dari upaya memurnikan diri dalam kehidupan sehari-hari.
3. Memakai pakaian putih sebagai simbol kemurnian
Menurut Gebri Margaretha Verbauli Hutagalung, dkk dalam jurnal berjudul Wisata Religi sebagai Tradisi Masyarakat Buddha (2023), walaupun tidak diwajibkan, mengenakan pakaian putih sangat dianjurkan saat datang ke vihara pada Hari Waisak.
Warna putih dianggap mewakili kesucian hati dan niat yang tulus dalam beribadah.
4. Menyalakan lampu minyak atau lilin bunga lotus
Menyalakan lampu minyak atau lilin berbentuk bunga lotus adalah salah satu ritual Waisak yang paling sering dilakukan.
Lampu dianggap mampu mengusir kegelapan dan simbol pencerahan. Lotus sendiri adalah simbol kebangkitan dari dunia yang kacau menjadi keindahan, seperti Buddha yang dikisahkan lahir dari bunga tersebut.
5. Ritual pradaksina: mengelilingi objek suci
Menurut Hesti Nur A’mala dalam Studi tetang Ritual Pradaksina di Maha Vihara Mojopahit Desa Bejijong Trowulan Mojokerto (2018), ritual Pradaksina dilakukan dengan berjalan mengelilingi objek suci (seperti stupa atau rupang) searah jarum jam sebanyak tiga kali.
Gerakan ini melambangkan arah positif, mengikuti pergerakan matahari dan waktu, sebagai simbol harapan menuju masa depan yang lebih baik dan keberuntungan (Swastika).
6. Ritual yu fo: pemandian rupang Buddha
Menurut M. Suprian dalam Ajaran dan Ritual Tiga Agama dalam Tradisi Orang Tionghoa (2016), salah satu ritual Waisak yang sangat khas dalam aliran Mahayana adalah ritual Yu Fo atau pemandian patung bayi Siddharta Gautama.
Dalam upacara ini, patung Buddha bayi ditempatkan di kolam bunga, dan umat menyiramkan air wangi ke rupang tersebut sambil berdoa. Ritual ini melambangkan penyucian diri dari perbuatan jahat melalui kebajikan.
7. Berdoa di bawah pohon bodhi
Pohon Bodhi adalah tempat di mana Sang Buddha mencapai pencerahan. Banyak umat yang berdoa di bawah pohon ini sebagai bentuk penghormatan dan perenungan terhadap ajaran Buddha.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa pohon ini bukan untuk disembah, melainkan dihormati sebagai simbol.
8. Tidak makan daging dan tidak menyakiti makhluk hidup
Selama Hari Waisak, banyak umat memilih menjadi vegetarian sebagai bentuk penghormatan terhadap kehidupan dan usaha pemurnian diri. Ini sejalan dengan sila pertama, yaitu tidak membunuh makhluk hidup.
9. Mengibarkan bendera Buddha di rumah dan vihara
Bendera Buddha, dengan enam garis vertikal berwarna biru, kuning, merah, putih, oranye, dan kombinasi kelima warna, dikibarkan selama Waisak sebagai simbol cahaya Buddha.
Banyak vihara membagikannya kepada umat agar bisa dikibarkan di rumah masing-masing.
10. Melakukan Pindapata
Pindapata adalah berderma kepada para Bhikkhu Sangha. Umat memberikan makanan, perlengkapan mandi, obat-obatan, dan kebutuhan pokok lainnya.
Dana ini digunakan untuk menunjang kehidupan para bhikkhu serta mendukung kegiatan vihara dan pembinaan umat.
menjadi momentum penting untuk menyatukan batin, memperdalam pemahaman akan Dharma, serta memperbaiki diri.
Melalui berbagai ritual Waisak, umat Buddha tidak hanya mengenang tiga peristiwa suci, tetapi juga menegaskan komitmen untuk menjalani hidup lebih penuh cinta kasih, welas asih, dan kebijaksanaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas