
EDA WEB – Sejak zaman kuno, banyak budaya percaya bahwa bulan—terutama saat purnama—dapat memengaruhi tubuh dan pikiran manusia. Istilah “lunatik” sendiri berasal dari kata Latin luna yang berarti bulan. Dulu dianggap tak lebih dari mitos, kini ilmuwan mulai menemukan bukti bahwa mungkin memang ada pengaruh halus dari bulan terhadap kesehatan manusia.
Bukan hanya manusia yang menunjukkan respons terhadap siklus bulan. Di lautan, berbagai organisme seperti terumbu karang, cacing laut, landak laut, dan kepiting diketahui berkembang biak saat bulan purnama, diduga karena cahaya yang meningkat. Namun, pengaruh serupa pada manusia masih menjadi perdebatan panjang.
Baca juga:
Tidur Lebih Singkat Saat Purnama?
Penelitian terbaru dari tim Horacio de la Iglesia, seorang ahli tidur dari University of Washington, menunjukkan bahwa manusia mungkin memang sensitif terhadap fase bulan, meskipun tak menyadarinya secara sadar.
Dalam studi ini, timnya memantau pola tidur dua kelompok yang sangat berbeda: komunitas adat Toba/Qom di pedesaan Argentina yang minim listrik, serta mahasiswa di Seattle yang tinggal di tengah cahaya kota. Hasilnya mengejutkan: kedua kelompok tidur lebih larut dan lebih sedikit pada malam-malam menjelang purnama.
“Sangat mengejutkan melihat hasil serupa di kota besar seperti Seattle, di mana cahaya buatan mendominasi dan banyak mahasiswa bahkan tidak tahu kapan bulan purnama terjadi,” kata de la Iglesia.
Bahkan pada fase bulan baru—saat bulan nyaris tak terlihat—penurunan waktu tidur juga ditemukan. Ini mengindikasikan bahwa bukan hanya cahaya bulan yang berperan, melainkan mungkin juga gaya gravitasi bulan saat matahari, bumi, dan bulan sejajar. Meski begitu, sejauh ini belum ada bukti bahwa manusia bisa merasakan perubahan gravitasi sekecil itu.
Baca juga:
Hubungan Bulan, Mood, dan Gangguan Bipolar
Psikiater Thomas Wehr dari National Institute of Mental Health melakukan studi selama 37,5 tahun terhadap 17 pasien gangguan bipolar. Ia menemukan bahwa perubahan suasana hati para pasien sering kali sinkron dengan siklus bulan—baik saat purnama maupun bulan baru.
Wehr menduga perubahan pola tidur inilah yang memicu gejala mania, sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya. Ia juga meneliti kaitan antara siklus menstruasi wanita dan fase bulan.
Dalam studi 2021 terhadap 22 perempuan, sebagian menstruasi saat bulan purnama, sebagian lainnya saat bulan baru. Namun pola ini bersifat fluktuatif dan cenderung menghilang seiring bertambahnya usia atau meningkatnya paparan cahaya buatan. Wehr menduga dulunya siklus perempuan mungkin secara alami selaras dengan bulan, tetapi kini telah terganggu oleh gaya hidup modern.
Baca juga:
Mengapa Hasil Penelitian Dulu Bertentangan?
Menurut Wehr, banyak studi terdahulu gagal menemukan pola karena hanya melihat potret satu waktu dari banyak orang, bukan mengikuti satu individu selama siklus bulan berlangsung. Akibatnya, pola halus yang bervariasi antarindividu sulit terdeteksi.
Peneliti lain, Narimen Yousfi dari Tunisia, menyarankan agar komunitas ilmiah menggunakan metodologi yang konsisten agar hasil studi lebih dapat dibandingkan. “Perbedaan rancangan penelitian bisa jadi alasan mengapa hasilnya kerap bertentangan,” ujarnya.
Baca juga:
Apa Implikasinya untuk Kesehatan?
Memahami pengaruh bulan terhadap tubuh manusia bisa membuka peluang baru dalam dunia medis dan kesehatan.
“Dalam banyak kasus, kita bisa memanfaatkan pengetahuan ini untuk mencegah gejala penyakit yang sangat tergantung pada kualitas tidur,” ujar de la Iglesia.
Misalnya, dalam pelatihan atlet atau terapi gangguan bipolar, sinkronisasi dengan ritme alami tubuh—termasuk siklus bulan—bisa menjadi kunci.
Baca juga:
Setelah bertahun-tahun dianggap sebagai mitos, kini dunia ilmiah mulai melirik kembali kemungkinan bahwa bulan memang punya pengaruh, meskipun halus, terhadap manusia.
“Kini beberapa peneliti lain juga mulai meneliti hal ini dengan serius,” kata Wehr.
Meskipun belum ada konsensus mutlak, penelitian-penelitian terbaru membuka lembaran baru dalam pemahaman kita tentang hubungan antara manusia dan bulan. Seperti laut yang pasang surut mengikuti ritme bulan, mungkin tubuh kita pun diam-diam ikut berdansa dalam cahaya dan bayangan langit malam.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas