AS Serang Iran Diberi Nama “Midnight Hammer”, Ini 6 Hal yang Perlu Diketahui

  
AS Serang Iran Pakai Pesawat Siluman B-2

EDA WEB – Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan besar terhadap , yang disebut telah menyebabkan kerusakan dan kehancuran yang sangat parah.

Operasi yang diberi nama sandi itu disampaikan oleh Jenderal Dan Caine, perwira tinggi militer AS, pada Minggu (22/6/2025) terkait .

Presiden Donald Trump sebelumnya menempuh jalur diplomatik untuk mengganti kesepakatan nuklir dengan Iran, yang ia cabut pada masa jabatan pertamanya pada 2018.

Baca juga:

Namun, ketegangan yang meningkat membuat Washington akhirnya memilih langkah militer, di tengah kampanye serangan Israel selama sepekan terakhir yang turut menargetkan tokoh-tokoh .

Usai serangan Israel ke Iran pada 13 Juni 2025, Iran langsung membalas dengan meluncurkan rudal ke wilayah Israel hingga kedua negara masih terlibat konflik saat ini.

Berikut sejumlah hal penting yang diketahui tentang terhadap Iran, yang diberi nama sandi “Midnight Hammer”, dikutip dari AFP.

Baca juga:

1. Operasi militer skala besar

Serangan ini melibatkan lebih dari 125 pesawat militer AS. Di antaranya termasuk pembom siluman B-2 Spirit, jet tempur, pesawat pengisi bahan bakar di udara, pesawat pengintaian, hingga kapal selam peluncur rudal berpemandu.

“Misi ini menunjukkan jangkauan, koordinasi, dan kemampuan militer Amerika Serikat yang tak tertandingi,” ujar Jenderal Caine. “Tidak ada militer lain di dunia yang mampu melakukan hal ini.”

2. Dikerahkan: Tujuh B-2 Spirit

mengerahkan tujuh unit B-2 Spirit, pembom strategis jarak jauh yang mampu menempuh lebih dari 9.600 kilometer tanpa perlu pengisian bahan bakar.

Baca juga:

Pesawat ini dirancang khusus untuk menembus pertahanan musuh dan menghancurkan target bernilai tinggi yang dijaga ketat.

“Ini adalah serangan operasional B-2 terbesar dalam sejarah Amerika Serikat, dan misi B-2 terpanjang kedua yang pernah dilaksanakan,” kata Caine.

Beberapa pesawat terbang ke arah barat melintasi Pasifik sebagai umpan, sementara unit yang ditugaskan menyerang bergerak ke timur. Strategi ini, menurut Caine, merupakan operasi pengelabuan yang hanya diketahui oleh sedikit perencana dan pemimpin utama.

Iran sendiri tak mampu mendeteksi kedatangan armada AS.

Baca juga:

3. Bom GBU-57: Senjata penembus bunker

Dalam serangan ini, B-2 menjatuhkan 14 bom jenis GBU-57 atau Massive Ordinance Penetrator.

Bom seberat 13,6 ton ini dirancang untuk menembus hingga kedalaman 60 meter di bawah tanah sebelum meledak, menjadikannya ideal untuk menghancurkan fasilitas nuklir bawah tanah Iran.

GBU-57 mulai diuji pada 2004 dan secara resmi dikembangkan oleh Boeing pada 2009 untuk digunakan dalam pesawat tempur strategis.

4. Rudal jelajah Tomahawk

Selain bom udara, AS juga meluncurkan lebih dari 24 rudal jelajah Tomahawk dari kapal selam yang ditempatkan di Timur Tengah. Sasaran rudal tersebut adalah infrastruktur permukaan di Isfahan, salah satu dari tiga lokasi nuklir utama Iran yang menjadi target.

Rudal Tomahawk dikenal dapat terbang rendah dengan kecepatan subsonik tinggi, serta dikendalikan melalui rute penghindaran yang kompleks menggunakan sistem pemandu canggih. Rudal ini pertama kali digunakan dalam Operasi Badai Gurun pada 1991 melawan Irak.

Baca juga:

5. Tujuan serangan

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyatakan bahwa tujuan utama operasi ini adalah “menetralisir ancaman terhadap kepentingan nasional AS yang ditimbulkan oleh program nuklir Iran, serta membela pasukan dan sekutu kami.”

Ia menekankan bahwa misi ini bukan bertujuan menggulingkan rezim.

Namun, langkah ini menuai perdebatan di dalam negeri. Beberapa tokoh penting dalam gerakan “Make America Great Again” menyuarakan penolakan terhadap keterlibatan AS dalam konflik di Timur Tengah.

Baca juga:

Dalam kampanye pemilu 2016 dan 2024, Trump juga dikenal dengan janji untuk mengakhiri “perang abadi” di kawasan tersebut.

6. Langkah selanjutnya

Presiden Trump telah menyerukan agar Iran “mengakhiri perang ini,” dan menyatakan bahwa “sekaranglah saatnya untuk perdamaian.”

Namun, belum diketahui apakah serangan tersebut akan mendorong Iran untuk meredakan ketegangan atau justru meningkatkan konflik.

Baca juga:

Jika Teheran memilih jalur eskalasi, sejumlah opsi terbuka. Iran dapat menargetkan personel militer AS di Timur Tengah atau berupaya menutup Selat Hormuz, jalur strategis yang mengangkut sekitar 20 persen pasokan minyak global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas