AS Serang Iran, Properti Kelas Atas Paling Terdampak

  
Selat Hormuz Ditutup

JAKARTA, EDA WEB – Intervensi Amerika Serikat (AS) dalam konflik antara Iran dan Israel diperkirakan bisa mendorong harga minyak dunia melonjak tajam hingga menyentuh 130 dollar AS per barrel.

Serangan udara yang dilancarkan AS ke sejumlah situs nuklir Iran memperdalam ketegangan di Timur Tengah dan meningkatkan kekhawatiran pasar atas potensi gangguan pasokan energi global.

Apa dampaknya bagi sektor properti?

Menurut Senior Associate Director Colliers Indonesia Ferry Salanto, hal ini bergantung pada ditutupnya Selat Hormuz oleh Iran.

Baca juga:

Dengan ditutupnya Selat Hormuz, maka aliran minyak dunia terhambat. Lalu, diikuti dengan kenaikan harga yang berujung pada inflasi.

Inflasi tentunya berdampak pada biaya operasional, logistik, maupun material bangunan.

“Karena bahan-bahan itu tergantung juga pada energi dan transportasi gitu kan ya. Nah, kalau harga materialnya bangunan itu naik, tentu ini juga akan mendorong kenaikan biaya konstruksi. Nah, kalau biaya konstruksinya naik, jadi kan tadi efeknya ini ya nyambung terus,” ucap Ferry kepada EDA WEB, Senin (23/6/2025).

Baca juga:

Kenaikan biaya konstruksi ini tentunya berimbas pada penundaan pelaksanaan proyek properti. Ini tentunya membuat para pengembang enggan meluncurkan produk-produk baru.

Selanjutnya, hal ini berlanjut pada kenaikan harga properti. Padahal, permintaan pun melemah.

Rupiah melemah

Kenaikan harga minyak dunia ini nantinya berefek pada pelemahan nilai tukar rupiah. Otomatis, proyek properti kelas atas pun ikut berimbas. Sebab, terdampat komponen material impor.

Baca juga:

Material yang diimpor dari properti kelas atas ini seperti elevator (lift), bahan alumunium, IT bagi bangunan cerdas (smart-building).

“Itu kan semuanya masih diimpor tuh. Nah, kalau dia harga dollarnya naik, tentu ini akan membuat capital expenditure-nya (belanja modal) si developer (pengembang) juga jadi berat,” tambah Ferry.

Tingginya nilai inflasi ini juga berdampak pada naiknya suku bangu acuan Bank Indonesia (BI).

“Jadi, kemungkinan nanti bisa jadi ada global ada PHK, kemudian penghasilan menurun gitu ya. Jadi, memang efek ini akan cukup signifikan kalau ini sampai beralut-larut gitu,” tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas