
EDA WEB – Ancaman ditutup tidak hanya berdampak terhadap sektor perminyakan dunia, tetapi juga pasar , khususnya di dan sekitarnya.
Sebagai informasi, penutupan Selat Hormuz sebagai bentuk balasan atas tindakan (AS) serang .
Parlemen Iran pun pada Minggu (22/6/2025) resmi menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz.
Baca juga:
Meski sudah disetujui parlemen Iran, keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Sebagai informasi, dilansir dari Britannica, Selat Hormuz merupakan jalur laut sempit yang menghubungkan Teluk Persia di barat dengan Teluk Oman dan Laut Arab di tenggara.
Selat ini membentang selebar 35 hingga 60 mil (sekitar 55-95 kilometer), memisahkan wilayah Iran di utara dari Jazirah Arab di selatan.
Baca juga:
Dampak Terhadap di Mesir
Dilansir dari Daily News Egypt, Ketua Kamar Pengembangan di Federasi Industri Mesir, Tarek Shoukry mengatakan, konflik yang semakin tegang antara Israel dan Iran pasti akan menimbulkan dampak ekonomi regional yang akan memengaruhi pasar properti Mesir.
Ia mencatat bahwa harga material konstruksi saat ini merupakan faktor paling signifikan yang memengaruhi biaya proyek .
Hal ini mungkin dipengaruhi oleh perang yang sedang berlangsung, terutama karena ancaman penutupan Selat Hormuz dan potensi konsekuensi ekonominya bagi negara-negara di seluruh kawasan dan dunia.
Baca juga:
Anggota Komite Menteri untuk Pengembangan Perkotaan dan CEO sekaligus Direktur Pelaksana Tatweer Misr, Ahmed Shalaby menyatakan bahwa meskipun masih terlalu dini untuk menilai sepenuhnya dampak krisis, dua tren yang berlawanan sudah mulai muncul.
Di sisi positif, permintaan akan real estat meningkat melebihi ekspektasi, karena properti tetap menjadi tempat berlindung yang aman selama krisis.
Di sisi negatif, biaya meningkat karena potensi kenaikan harga energi dan gangguan rantai pasokan, yang dapat menyebabkan kekurangan bahan bangunan.
Baca juga:
Hal ini diperkirakan akan memberikan beban tambahan pada pengembang yang melaksanakan proyek berdasarkan harga sebelum krisis.
Dalam kedua kasus tersebut, kenaikan harga properti tampaknya tak terelakkan.
Shalaby menambahkan bahwa meskipun peningkatan permintaan dan kenaikan harga mungkin tampak positif, keduanya disertai tantangan signifikan dalam pelaksanaannya.
Risiko terbesar, jelasnya, terletak pada perbedaan biaya yang harus ditanggung pengembang.
“Memang benar bahwa kita semua menerapkan strategi lindung nilai, tetapi tidak ada cara untuk menjamin ke mana arahnya,” katanya, terutama dengan kemungkinan meningkatnya ketegangan dan potensi penutupan Selat Hormuz, yang dapat mendorong harga minyak ke rekor tertinggi dan secara signifikan menekan inflasi.
Baca juga:
Harga Material Bangunan Mulai Naik
Direktur Pelaksana Winvestor Developments, Hesham Ibrahim menyampaikan, meningkatnya ketegangan, terutama ancaman penutupan Selat Hormuz, telah berdampak pada pasar bahan bangunan Mesir.
Ia mencatat bahwa harga semen telah naik sekitar 15 persen selama dua bulan terakhir karena gangguan pasokan.
Sementara harga baja, setelah turun 20 persen awal tahun ini, telah pulih hampir 18 persen di tengah meningkatnya biaya pengiriman dan asuransi.
Baca juga:
Ibrahim menambahkan bahwa beberapa bahan impor menjadi langka, sehingga meningkatkan risiko ketergantungan.
Banyak pengembang kini menimbun bahan-bahan penting untuk mengantisipasi gangguan rantai pasokan yang lebih parah.
Ia menekankan perlunya menilai kembali masukan konstruksi impor dan memprioritaskan alternatif buatan lokal, seperti aluminium dan pelapis, sebagai strategi berkelanjutan untuk mengurangi risiko dan menjaga stabilitas pasar.
Ia menyimpulkan bahwa peralihan ke produk lokal sekarang merupakan kebutuhan strategis, yang mendesak pengembang untuk beradaptasi dengan dinamika geopolitik yang berubah cepat untuk memastikan kelangsungan proyek dan pengendalian biaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas