
, EDA WEB – Usai memasuki 100 hari masa kerja Gubernur DKI dan Wakil Gubernur , perhatian publik tertuju pada capaian awal kepemimpinan keduanya.
Tak hanya itu, bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-498 Kota Jakarta, publik juga mempertanyakan sejauh mana perubahan yang telah diwujudkan oleh duet -Rano untuk Jakarta.
Berdasarkan hasil survei Litbang EDA WEB Juni 2025, masih terdapat kesenjangan persepsi publik terhadap sosok Gubernur Pramono.
Sebanyak 50 persen responden mengaku tidak mengetahui kelebihan Pramono Anung, dan 54 persen juga tidak mengetahui kekurangannya.
Baca juga:
Menanggapi hasil survei tersebut, Pramono menyatakan, bahwa gaya kepemimpinannya memang tidak berorientasi pada pencitraan. Ia mengaku lebih memilih fokus bekerja ketimbang membangun citra di ruang publik.
“Saya bukan orang yang, kalau ada kamera, lalu mencoba untuk membranding atau membuat diri saya terlihat lebih sempurna, seolah tahu segalanya,” ujar Pramono dalam program ROSI EDA WEB TV, dikutip Minggu (22/6/2025).
Pramono menjelaskan, karakter tersebut terbentuk dari pengalamannya yang panjang bekerja di balik layar pemerintahan.
“Saya ini orang dapur. Lima tahun bersama Ibu Mega, sepuluh tahun bersama Pak Jokowi. Saya bekerja keras untuk itu, dan sifat itu sudah melekat dalam diri saya,” ungkapnya.
Pramono mengungkapkan, bahwa bahkan dirinya kerap menyerahkan urusan liputan atau penampilan di media kepada Wakil Gubernur Rano Karno.
Baca juga:
Terkait sorotan publik mengenai citra politiknya, Pramono menegaskan, bahwa dirinya tidak berniat memanfaatkan jabatan untuk mencari popularitas.
“Sudah cukup lah menjadi pejabat 30 tahun. Sudah punya cucu, udah waktunya dengan cucu. Makanya, saya sebelum maju sebagai gubernur, saya bermain dengan cucu, gak ada urusan politik sama sekali. Tetapi sekarang ga bisa lagi. Tapi saya juga gak mau over acting, bikin konten, gak mau,” jelasnya.
Wakil Gubernur Rano Karno turut memberikan penegasan terhadap gaya kerja Gubernur Pramono.
Menurutnya, Pramono merupakan sosok pekerja, bukan pesolek yang senang dengan pencitraan.
“Mas Pram ini pekerja, bukan pesolek. Saya mungkin pesolek (karena latar belakang di dunia hiburan). Tapi filosofi kerja kami jelas, bukan soal memperlihatkan, tapi memberi hasil,” ujar Rano.
Baca juga:
Rano juga menjelaskan, bahwa Pramono-Rano datang memimpin Jakarta di tengah perencanaan anggaran yang sudah ditetapkan oleh DPRD.
Program-program utama sudah tersusun sebelum keduanya. Sehingga, keduanya hanya bisa menyisipkan program 100 hari sebagai sentuhan awal.
Namun, Rano mengatakan, bahwa suatu saat dia akan meminta Pramono untuk lebih tampil di depan publik.
“Untuk for the next, saya minta waktunya beliau untuk tampil, menjadi leader Jakarta. Kasih liat, apa rencana kita,” kata Rano.
Baca juga:
Saat ditanya apakah Pramono tidak tergoda menggunakan media sosial untuk membangun kesan kepemimpinan heroik, ia menampik tegas.
“Enggak, sama sekali enggak. Bahkan, dalam banyak hal, misalnya ketika saya turun ke masyarakat di kampung kumuh, kampung Kebon Melati (Tanah Abang), saya sudah menurunkan alat berat (untuk pengerukan kali) yang tidak pernah disentuh sama sekali,” kata Pram
“Dan saya gak mau kemudian dengan alat itu divideoin. Enggak lah enggak. Yang dibutuhkan oleh warga Jakarta dari saya dan bang dul (Rano) adalah pikiran saya,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas