
EDA WEB – Islam merupakan salah satu agama yang telah masuk ke Nusantara sejak sebelum abad ke-10.
terindikasi lewat aktivitas pedagang muslim di Nusantara yang sudah ada sejak abad ke-7 dan 8.
Pada perkembangannya, Islam mulai menyebar ke berbagai wilayah Nusantara. Penyebaran agama tersebut berlangsung dalam beberapa cara.
Baca juga:
Kerajaan-kerajaan Islam yang mulai bermunculan pada abad ke-15 turut andil dalam proses penyebaran agama Islam, termasuk Kerajaan Aceh.
kerajaan Islam yang berdiri pada 1496 dan berpusat di Banda Aceh. adalah Sultan Ali Mughayat Syah.
Sebagai kerajaan Islam, ikut terlibat dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Bagaimana peran Kerajaan Aceh dalam penyebaran Islam?
Baca juga:
Cara Kerajaan Aceh dalam menyebarkan agama Islam
Dirangkum dari berbagai sumber, peran kerajaan Aceh dalam penyebaran Islam dilakukan lewat sejumlah cara berikut ini:
a. Penaklukan wilayah
Kerajaan Aceh mulai memperluas pengaruhnya dengan menguasai wilayah-wilayah strategis di bawah kepemimpinan Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530).
Salah satu pencapaian besar Sultan Ali Mughayat Syah adalah keberhasilan mengusir Portugis dari Pasai pada tahun 1524.
Baca juga:
Pada masa Sultan Iskandar Muda, ekspansi wilayah semakin masif. Daerah seperti Tamiang, Pariaman, dan Pasaman berhasil berada di bawah kekuasaan Aceh.
Penaklukan wilayah-wilayah seperti Aru dan Deli pada tahun 1611, Johor pada tahun 1613, hingga Kedah dan Perak antara tahun 1617-1620 ditengarai jadi faktor Islam kian tersebar di tanah Melayu.
Tidak hanya itu, wilayah seperti Nias, Asahan, dan Jambi juga dikuasai pada tahun 1623-1625. Kesuksesan itu dapat mendukung proses Islamisasi di Sumatera dan sekitarnya.
Baca juga:
b. Peran Sufisme dalam penyebaran Islam
Sufisme memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Kerajaan Aceh. Apalagi, ajaran sufi juga memiliki peran besar dalam perkembangan Islam di Nusantara sejak abad ke-13.
Para sufi menggunakan pendekatan tasawuf untuk menyebarkan nilai-nila Islam. Dengan begitu, Islam dapat lebih diterima dengan baik oleh masyarakat lokal.
Di Aceh, para sufi tidak hanya berperan sendirian dalam mengajarkan nilai-nilai agama. Mereka juga memperoleh dukungan dari penguasa, sehingga dapat mempercepat proses Islamisasi.
Baca juga:
c. Lembaga pendidikan dan pengkaderan Ulama
Lembaga pendidikan seperti pesantren, yang di Aceh dikenal sebagai dayah atau meunasah, menjadi salah satu sarana dalam penyebaran agama Islam.
Melalui lembaga ini, santri dididik oleh guru agama, atau kiai, untuk mendalami ajaran Islam dan menjadi kader ulama.
Para ulama yang dilahirkan dari lembaga ini tidak hanya mengajarkan agama di wilayah Aceh, tetapi juga menyebarkan Islam ke daerah-daerah lain di Nusantara.
Baca juga:
Kerajaan Aceh juga memiliki beberapa lembaga pendidikan untuk memajukan pendidikan Islam dan ilmu pengetahuan, antara lain:
Balai Setia Hukama: lembaga tempat berkumpulnya para sarjana, hukama (ahli pikir), untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Balai Setia Ulama: lembaga yang dapat disamakan dengan jawatan pendidikan yang membahas masalah pendidikan.
Balai Jemaah Himpunan Ulama: sebuah kelompok studi tempat para ulama/sarjana berkumpul untuk bertukar pikiran, membahas masalah-masalah pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Baca juga:
d. Penyebaran melalui karya-karya ulama Aceh
Selain pendidikan formal, penyebaran Islam oleh Kerajaan Aceh juga dilakukan melalui karya tulis para ulama Aceh. Pada abad ke-16 dan 17, Kerajaan Aceh menjadi pusat intelektual di Asia Tenggara.
Banyak ulama menghasilkan karya dalam bidang filsafat, sastra, dan teologi. Bahkan, produktivitas intelektual pada masa ini tidak tertandingi di kawasan Asia Tenggara.
Karya-karya ini menjadi referensi penting bagi banyak komunitas di wilayah yang lebih luas. Saat dunia Islam di Timur Tengah cenderung stagnan karena tradisi taklid, Nusantara justru berkembang dengan tradisi pemikiran baru yang tetap berakar pada warisan intelektual Islam klasik.
Salah satu ulama terkenal yang hidup di sekitar abad 16 dan 17 adalah Hamzah Fansuri. Tokoh sufi dari Fansur (Barus), Sumatera Utara itu mengembangkan paham di Aceh yang dikenal dengan sebutan wujudiyah atau martabat tujuh.
Referensi:
- Arif Rahman, (2021), “Peran Kerajaan Aceh Melawan Penjajahan dan Menyebarkan Islam di Nusantara pada Abad 16-18 M”, Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, Vol. 8(5).
- Daulay, Haidar Putra. (2019). Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan Eksistensinya. Jakarta: Kencana.
- Nata, Abuddin. (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas