
JAKARTA, EDA WEB – Dua kawasan di , yakni dan , menyimpan jejak sejarah panjang dari masa kolonial.
Nama keduanya tidak hadir begitu saja, melainkan melalui perjalanan pelafalan, pengaruh kekuasaan kolonial, hingga kisah tawanan perang.
Rawa Belong, yang kini dikenal sebagai pusat pasar bunga dan tanaman hias, terletak di Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.
Pada akhir abad ke-19, wilayah ini merupakan bagian dari tanah partikelir Kampung Rawa yang berbatasan dengan tanah partikelir Rawa Kemanggisan.
Baca juga:
Untuk membedakan Kampung Rawa dari Kampung Rawa Kemanggisan, warga pribumi saat itu menyebutnya sesuai nama tuan tanahnya, yaitu van Blommestein.
Nama ini kemudian disingkat menjadi “Blomen”, sehingga daerah tersebut dikenal sebagai Rawa Blomen.
Seiring waktu, sebutan Rawa Blomen mengalami perubahan pelafalan dan menjadi Rawa Belong.
Baca juga:
Perubahan pelafalan nama dari bahasa Belanda ke lidah penduduk lokal semacam ini memang lazim.
Contohnya seperti Bruynkopslaan yang berubah menjadi Jalan Barengkok, atau Jalan J. Ekenholm yang kemudian disebut Gang Kernolong, kini menjadi Jalan Kramat 4.
Dikutip dari buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta oleh Rachmat Ruchiat (2018), disebutkan pula bahwa dalam Kamus Umum Belanda-Indonesia karya Prof. Wojowsito (1978: 93), kata “blommen” atau “bloemen” dalam bahasa Belanda berarti “bunga”.
Baca juga:
Tak jelas apakah ini kebetulan atau tidak, namun lahan bekas van Blommestein itu kini memang menjadi sentra bunga di Jakarta.
Sejarah Roa Malaka
Sementara itu, Roa Malaka, yang kini menjadi salah satu kelurahan di Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, juga memiliki dua versi asal-usul nama.
Versi pertama menyebutkan, nama ini berasal dari kata “rawa” dan “malaka”, mengacu pada kondisi lahan yang dulunya berawa dan ditumbuhi pohon malaka (Garcinia cornea L.), yang hanya bisa tumbuh di dataran rendah.
Baca juga:
Versi kedua menjelaskan bahwa kawasan tersebut dinamai Rua Malaka karena dulunya menjadi tempat pemukiman orang-orang Portugis yang ditawan setelah kota Malaka direbut oleh Belanda dari Portugis pada 1 Januari 1641.
Sebagian tawanan ditempatkan di Negapatnam, India, dan sebagian lainnya dibawa ke Batavia.
Para tawanan kelas atas, termasuk mantan Gubernur Malaka Dom Luiz Martin de Sausa Chichorro, ditempatkan di kawasan elit Jonkersgracht.
Baca juga:
Kawasan itu kemudian dikenal sebagai Rua Malaka. Seiring waktu, pelafalan pun berubah, dan kini dikenal sebagai Roa Malaka.
Dikutip dari buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta oleh Rachmat Ruchiat (2018), penyebutan nama-nama tempat di Jakarta sering kali mengalami perubahan pelafalan, baik karena pengaruh logat maupun adaptasi lidah lokal terhadap bahasa Belanda dan Portugis.
Dengan demikian, Rawa Belong dan Roa Malaka tak hanya jadi bagian dari peta Jakarta, tetapi juga saksi bisu dari dinamika sejarah kolonial yang membentuk kota ini sejak ratusan tahun lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas