
BANDUNG, EDA WEB – kembali menegaskan komitmennya dalam menata ulang lingkungan hidup dan tata ruang di wilayahnya.
Dalam pernyataan terbarunya, Dedi menyebut kegaduhan yang terjadi belakangan ini bukan tanpa alasan, melainkan akibat akumulasi dari pembiaran panjang oleh birokrasi yang terlalu lama tertidur.
“Kalau hari ini orang menganggap saya bikin berisik tiap hari, sebetulnya keberisikan ini akibat birokrasi kita lama tidur,” kata Dedi dalam video yang dikirim dan dikonfirmasi EDA WEB, Minggu (22/6/2025).
Dedi menyoroti maraknya di bantaran sungai, hamparan sawah, dan kebun teh yang indah—semuanya dibiarkan begitu saja. Bahkan, kata dia, terdapat oknum yang justru mengkoordinasi dan memungut setoran dari pendirian bangunan-bangunan tersebut.
Baca juga:
“Seluruh hamparan sawah tertutup bangunan. Bantaran sungai dibiarkan. Bahkan ada koordinatori yang mendapat setoran bulanan maupun uang sewa saat pembangunan awal,” ujarnya.
Menurut Dedi, para oknum inilah yang kini merasa terganggu dan marah karena aliran pendapatan mereka terputus.
Mereka, kata dia, membangun narasi seolah-olah menjadi korban, yang kemudian diamplifikasi oleh sebagian politisi melalui organ-organ politiknya.
“Ini semua politik. Ada yang punya afiliasi politik, ada juga yang kehilangan setoran dari oknum ormas atau LSM. Tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, sampai kapan kesemrawutan ini akan terus dibiarkan?” tegas Dedi.
Dedi memperingatkan bahwa kerusakan sistemik akan terus terjadi jika tidak segera ditangani. Dari gunung yang rusak, sungai yang tercemar, hingga jaringan sawah yang hancur.
Ia juga menyinggung dampak psikologis pada masyarakat yang hidup dalam lingkungan kumuh.
“Kalau alam kita ditata baik, kepala desa menata desanya, camat menggerakkan stakeholder-nya, bupati dan wali kota konsisten menata, kita tak perlu piknik jauh-jauh. Cukup jalan di halaman rumah, di pematang sawah, atau perumahan yang tertata indah,” jelas Dedi.
Baca juga:
Ia menekankan, kebahagiaan masyarakat tidak selalu lahir dari kemewahan, melainkan dari lingkungan yang harmonis dan terawat.
“Kebahagiaan lahir dari alam yang terjaga, dari hidup yang harmonis, dari hati yang minim iri dan benci. Walaupun rasa itu pasti ada, setidaknya bisa kita kurangi,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas