
EDA WEB – Perayaan Waisak 2569 BE/2025 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, tidak hanya memperkuat posisi Candi Borobudur sebagai destinasi spiritual global, tetapi juga turut mendorong perekonomian daerah.
Oleh karena itu, PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney melalui anak usahanya InJourney Destination Management (IDM) sebagai pengelola Candi Borobudur berperan besar dalam meningkatkan perekonomian lokal.
Beberapa upaya tersebut di antaranya adalah pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta tenaga kerja lokal
IDM melibatkan lebih dari 2.000 UMKM dari berbagai sektor, seperti kuliner, kriya, dan penyedia jasa pariwisata.
Penyedia jasa wisata, misalnya, merasakan banyak dampak positif dari perayaan Waisak 2025. Ini tampak dari 600 unit VW Safari yang aktif melayani wisatawan untuk berkeliling di kawasan Borobudur.
Koordinator Komunitas VW Safari Fantasy Borobudur Heru Purwanto mengatakan, angka itu mengalami peningkatan signifikan dibandingkan hari-hari biasa.
“Pada hari biasa, mungkin seminggu hanya aktif tiga hari. Namun, saat Waisak, bisa sampai dua minggu dan setiap hari pasti ada yang jalan,” ujar Heru dalam siaran pers yang diterima EDA WEB, Rabu (14/5/2025).
Dampak ekonomi penyelenggaraan Waisak 2025 juga dirasakan oleh para pelaku di sektor penginapan. Ini tecermin dari tingginya tingkat okupansi berbagai akomodasi, mulai dari homestay sederhana hingga hotel bintang lima, di sekitar kawasan Candi Borobudur.
Hotel dan akomodasi di wilayah tersebut, mulai dari homestay sederhana di Kampung Ngaran II hingga hotel bintang lima seperti Le Temple mampu mencatatkan tingkat hunian penuh selama periode perayaan Waisak.
Ketua Paguyuban Kampung Homestay Borobudur Muslih mengatakan, sebanyak 152 kamar homestay di kampungnya telah terisi penuh sejak sebulan sebelum perayaan Waisak.
“Pemesanan kamar sendiri dimulai sejak Februari dan mencapai puncaknya pada April (2025),” tuturnya.
Adapun sekitar 200 calon tamu yang tidak berhasil mendapatkan kamar diarahkan ke homestay lain di Kecamatan Borobudur, yang memiliki sekitar 400 unit dengan total 800 hingga 1.000 kamar.
Meski ramai pengunjung, para pengelola homestay sepakat untuk tidak menaikkan tarif dan memasang harga tetap sebesar Rp 350.000 untuk kamar ber-AC dan Rp 250.000 untuk non-AC.
Kemudian, perajin lokal pun turut menikmati berkah dari perayaan Waisak melalui peningkatan permintaan upanat.
Ketua Paguyuban Perajin Sandal Khas Upanat, Muh Zamzani, menjelaskan bahwa produksi sandal upanat menjelang Waisak 2025 berhasil mendorong perekonomian lokal.
Untuk memberdayakan masyarakat setempat, pihaknya juga berkolaborasi dengan Balai Konservasi Borobudur untuk mengadakan program pelatihan pembuatan sandal upanat bagi sejumlah perajin.
IDM juga melibatkan tenaga kerja lokal untuk mendukung berbagai hal penting, mulai dari logistik, penyambutan, pelayanan, hingga pengelolaan acara.
Tahun ini, IDM melibatkan lebih dari 2.000 tenaga kerja lokal untuk mendukung penyelenggaraan Waisak.
Kelompok pemuda yang tergabung dalam Jejeg Art pun turut dilibatkan. Mereka membuat 300 payung dekoratif dan menyerap tambahan tenaga kerja.
“Semoga kerja sama ini terus berlanjut dan semakin memperkenalkan UMKM Borobudur,” kata Ketua Jejeg Art Ady Pramuningtiyas.
Direktur Utama InJourney Maya Watono berharap, kehadiran Candi Borobudur dan keterlibatan keterlibatan masyarakat lokal dalam perayaan Waisak dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian daerah.
“Ini merupakan inisiasi yang senantiasa ditekankan oleh InJourney, yakni setiap destinasi pariwisata yang ada harus mampu memberikan multiplier effect untuk perekonomian sekitar,” tutur Maya.
Revitalisasi Kampung Seni Borobudur
Dalam mendorong pertumbuhan UMKM, IDM juga berkolaborasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk merevitalisasi Kampung Seni Borobudur.
Langkah tersebut diambil karena Kampung Seni Borobudur merupakan tempat relokasi bagi hampir 2.000 pedagang dan perajin.
Dua penjual produk fesyen di Kampung Seni Borobudur, Rani Nuraeni dan Siti Amri, mengungkapkan bahwa penjualan mereka meningkat setelah pindah ke kawasan itu. Apalagi, Kampung Seni Borobudur juga didukung oleh fasilitas yang nyaman, rapi, dan tertata.
Maka dari itu, keduanya berharap Candi Borobudur semakin banyak dikunjungi masyarakat sehingga berdampak pada peningkatan omzet penjualan.
Selain jadi kawasan pedagang dan perajin, Kampung Seni Borobudur juga memiliki berbagai fasilitas penting, seperti museum, pendopo, amfiteater, lapangan olahraga, lahan parkir yang luas, dan zona hijau.
Semua fasilitas itu dihadirkan untuk memperkuat identitas budaya, mengembangkan ekonomi kreatif di kawasan Borobudur, memberikan kesempatan bagi seniman lokal agar dapat berekspresi, serta membuka peluang bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Dengan begitu, Kampung Seni Borobudur diharapkan dapat memberikan dampak sosial yang positif, khususnya bagi warga di sekitar kawasan Borobudur.
Direktur InJourney Destination Management Febrina Intan mengatakan, pihaknya berfokus pada dampak sosial dan ekonomi selama perasaan Waisak.
“Kami harus membangun ekosistem pariwisata yang sehat dan berkesinambungan, bukan yang mementingkan kepentingan pribadi,” ucap Febrina.
Febrina menambahkan, IDM selaku pengelola Candi Borobudur juga menghadirkan Pasar Medang yang merupakan kegiatan saat perayaan Waisak.
Pasar Medang menghadirkan kekhasan kuliner dari pelaku UMKM yang berpadu dengan seni budaya lokal.
“Pasar Medang hadir untuk membawa pengunjung menikmati kearifan lokal melalui beragam kuliner, kebudayaan, dan juga kerajinan tangan UMKM lokal. Kehadiran Pasar Medang juga diharapkan mampu membawa seni dan budaya lokal semakin mendunia. Dengan begitu, ini bisa memberikan dampak ekonomi yang positif untuk ke depan,” kata Febrina.
Sumber : Kompas