
HUELVA, EDA WEB – Pada musim semi 1989, Abdallah Rafael Hernandez Mancha mengurung diri di kamar demi menyiapkan diri untuk ujian resmi menjadi guru Sekolah Menengah Atas (SMA) di Andalusia, Spanyol bagian selatan.
Di sela-sela waktu belajarnya, Hernandez menemukan sebuah buku yang kemudian mengubah hidupnya.
“Saya membaca Alkitab, membuka kamus bahasa Spanyol, dan kemudian membolak-balik Al Quran. Saya terpesona dengan referensi geografisnya yang terus-menerus,” ujarnya, dikutip dari Middle East Eye, Kamis (5/6/2025).
Baca juga:
Pengalaman spiritual itu membuat Hernandez membuat nazar lulus ujian, yaitu menunaikan ibadah haji dengan menunggang kuda, seperti orang Andalusia kuno.
Ia pun lulus ujian dan mengganti namanya menjadi Abdallah. Selama 35 tahun, ia mengabdi sebagai guru. Barulah pada Oktober 2024, setelah pensiun, ia memutuskan memenuhi janjinya yang kedua.
Perjalanan ke Mekkah dari Andalusia
Hernandez memulai perjalanan spiritualnya dari kota kecil di Huelva, Spanyol, bersama dua sahabatnya, Abdelkader Harkassi dan Tarek Rodriguez.
Mereka mengendarai lima ekor kuda Arab murni yang telah dilatih khusus, dan melintasi daratan Eropa menuju Arab Saudi.
Keberangkatan mereka sangat emosional. “Kami dikelilingi orang-orang yang kami cintai, komunitas Muslim Spanyol, di Almonaster la Real, tempat salah satu masjid tertua yang masih berdiri,” kata Harkassi.
Oleh karena perbatasan Maroko-Aljazair ditutup dan Libya tidak aman, rute tradisional melalui Afrika Utara tak memungkinkan. Mereka pun memilih jalur darat melalui Eropa.
“Ini pencapaian besar karena selama lebih dari 500 tahun tidak ada yang melakukannya lagi dengan menunggang kuda,” ujar Hernandez.
Di Spanyol, sebelum keluar negeri, mereka sempat kehabisan uang. Namun sebuah keajaiban tak terduga di Navarre mengubah nasib mereka.
Seorang anak menuntun mereka ke komunitas Muslim, yang kemudian menggalang dana hingga lebih dari 1.200 euro (Rp 22,32 juta).
Perjalanan menyeberangi Pegunungan Alpen menjadi tantangan tersulit. “Kuda tidak bisa lewat terowongan, jadi kami harus menyeberang langsung di tengah salju dan cuaca dingin,” kata Hernandez.
Sesampainya di Italia, takdir mempertemukan mereka dengan keajaiban kedua, yakni influencer asal Arab Saudi, Abdelrahman Al Mutiri, yang menawarkan karavan sebagai imbalan ikut dalam perjalanan mereka. Popularitas ketiga pria Spanyol berkuda itu pun melonjak.
“Di semua negara mayoritas non-Muslim yang kami lewati, ketika kami berkata kami Muslim dan sedang berhaji, mereka sangat tertarik. Itu sebuah pencapaian,” ucap Harkassi.
Baca juga:
Sambutan hangat di negara-negara Muslim
Di Bosnia dan Serbia, mereka disambut dengan antusias oleh komunitas Muslim lokal. Bahkan ada pasangan yang akan menikah menawarkan rumah mereka sebagai tempat bermalam.
“Ketika kami melepas sepatu bot, uang berjatuhan dari dalamnya. Kami mengumpulkan lebih dari 2.000 euro (Rp 37,2 juta),” kenang Hernandez.
Di Turkiye, perjalanan berlangsung saat Ramadhan dan dalam kondisi bersalju. Namun, mereka tak pernah kekurangan makanan.
“Empat bulan terakhir kami tidak memasak. Setiap hari kami diundang buka puasa,” katanya.
Di Suriah, mereka mendapat pengawalan Tentara Pembebasan Suriah. Mereka bahkan diterima oleh Menteri Kebudayaan dan Menteri Informasi, sedangkan yang paling membekas adalah sambutan masyarakat.
“Kami begitu tersentuh oleh cara mereka menerima kami. Di negara yang hancur, mereka menyambut kami dengan tangan terbuka,” kata Hernandez.
Baca juga:
Tiba di Tanah Suci
Setibanya di Yordania, sambutan masyarakat tak kalah meriah. “Setiap beberapa kilometer ada orang menunggu dengan makanan. Kami jadi melambat karena ingin menghargai mereka,” ujarnya.
Akhirnya, mereka tiba di Arab Saudi. Oleh karena ada pembatasan selama musim haji, mereka menyetujui untuk tidak menunggang kuda lagi.
Sebagai gantinya, pihak berwenang memberikan semua fasilitas yang dibutuhkan.
Sesampainya di Mekkah, air mata haru pun pecah. “Kedatangan kami begitu istimewa setelah perjalanan panjang ini,” ucap Harkassi.
“Banyak yang bertanya: ‘Apakah ada Muslim di Spanyol?’ Saya pikir, kami berhasil menempatkan komunitas kami di peta,” imbuhnya.
Setelah menyelesaikan ibadah haji pada 9 Juni, mereka akan kembali ke Spanyol dengan pesawat. Namun kuda-kuda mereka harus tetap tinggal di Arab Saudi karena peraturan Uni Eropa.
“Itulah bagian paling menyedihkan,” kata Hernandez. “Kuda-kuda betina ini adalah pahlawan sejati dalam perjalanan kami.”
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas