Mengenal Selat Hormuz, Mulai dari Letak, Pemilik, dan Peran dalam Jalur Pelayaran Minyak Dunia

  
Apakah Selat Hormuz Resmi Ditutup? Ini yang Dikatakan Iran

EDA WEB – Parlemen telah menyetujui rencana penutupan bagi seluruh kegiatan pelayaran pada Minggu (22/6/2025).

Dilansir dari , Keputusan Iran menutup Selat Hormuz menyusul serangan terhadap sejumlah fasilitas nuklir mereka.

“Parlemen telah mencapai kesimpulan bahwa Selat Hormuz harus ditutup,” kata Mayor Jenderal Esmaeli Kowsari, anggota Komisi Keamanan Nasional di Parlemen Iran, sebagaimana disiarkan televisi Iran Press TV.

Baca juga:

“Keputusan akhir mengenai hal tersebut akan ditetapkan oleh Dewan Keamanan Tertinggi Nasional,” kata dia, merujuk pada otoritas keamanan tertinggi di Iran.

Keputusan ini memicu kekhawatiran berbagai pihak, terkait jalur logistik internasional, utamanya .

Menjadi pertanyaan sejumlah pihak, mengapa Selat Hormuz begitu penting bagi jalur pelayaran dunia?

Baca juga:

Di mana lokasi Selat Hormuz?

Selat Hormuz adalah wilayah perairan yang menghubungkan Teluk Persia dengan Teluk Oman.

Selat ini membentang selebar 35 hingga 60 mil (sekitar 55-95 kilometer), dengan panjang mencapai 180 kilometer.

Lebar titik tersempit selat yang memisahkan wilayah Iran di utara dari Jazirah Arab di selatan hanya 45 kilometer.

Baca juga:

Melewati selat ini. kapal-kapal kemudian memasuki Laut Arab dan Samudra Hindia.

Selat Hormuz milik siapa?

Menjadi pertanyaan kemudian, siapa negara yang berkuasa di wilayah perairan Selat Hormuz.

Secara geografis, Selat Hormuz dikuasai oleh tiga negara, yaitu Iran, Oman, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Baca juga:

Kawasan pesisir utara Selat Hormuz ini merupakan wilayah Iran, sedangkan bagian selatannya milik Oman dan Uni Emirat Arab.

Apa peran Selat Hormuz pada jalur pelayaran minyak dunia?

Selat Hormuz memainkan peran vital dalam ekonomi global, khususnya sebagai jalur utama lalu lintas pasokan minyak dunia.

Kapal-kapal tanker yang mengangkut minyak dari pelabuhan-pelabuhan di Teluk Persia hampir selalu melintasi selat ini.

Baca juga:

Selat Hormuz disebutkan menangani 20 persen pengiriman minyak global dan 80 persen perdagangan minyak dan gas alam cair (LNG) untuk Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Dilansir dari The Economic Times, Senin (16/6/2025), selat ini menjadi jalur utama bagi pengiriman LNG, Selat Hormuz dilintasi lebih dari 3.000 kapal komersial setiap bulan untuk keluar masuk wilayah Teluk Persia.

Sementara, menurut laporan Middle East, Sabtu (21/6/2025), sekitar 20 juta barel minyak melintasi Selat Hormuz setiap harinya yang ssetara dengan 20 persen dari total konsumsi minyak global.

Baca juga:

Apa dampak penutupan Selat Hormuz?

Penutupan Selat Hormuz akan berdampak besar secara global, terutama terhadap ekonomi dan keamanan.

Dilansir dari , jika Selat Hormuz ditutup, pasokan minyak dan gas global akan terganggu, memicu lonjakan harga energi yang bisa melebihi 100 hingga 120 dollar AS per barel.

Hal ini akan menyebabkan inflasi, kekacauan industri, dan kenaikan biaya hidup di berbagai negara, terutama yang bergantung pada impor energi, khususnya AS, Eropa, dan sebagian Asia.

Baca juga:

Gangguan pada jalur pelayaran juga akan menghambat rantai pasok global, menaikkan premi asuransi kapal, serta meningkatkan biaya logistik dan produksi.

Dampaknya bisa mengguncang pasar keuangan dunia, menyebabkan volatilitas tinggi dan potensi kejatuhan bursa saham, terutama di negara-negara pengimpor minyak.

Secara geopolitik, penutupan selat berisiko memicu konflik militer yang melibatkan negara-negara besar seperti AS, negara-negara Teluk, dan sekutu Eropa, termasuk melalui NATO.

Baca juga:

Bagi negara-negara Teluk sendiri, penutupan selat akan langsung memukul sumber utama pendapatan mereka dari ekspor minyak dan gas.

Siapa yang paling terdampak jika Selat Hormuz ditutup?

Lebih lanjut, penutupan Selat Hormuz akan paling berdampak pada negara-negara pengirim dan penerima utama minyak mentah melalui jalur ini.

Arab Saudi menjadi negara eksportir terbesar dengan sekitar enam juta barel minyak mentah per hari dikirim lewat selat tersebut, menurut data Vortexa (BBC, 20/6/2025).

Baca juga:

Importir utama minyak mentah yang akan terdampak meliputi China, India, Jepang, dan Korea Selatan.

Dari sisi kepemilikan kapal, kapal-kapal milik Yunani, Jepang, dan China mendominasi pelayaran di kawasan ini pada kuartal pertama 2025, menurut laporan lloydslist (12/6/2025), sehingga mereka termasuk yang paling terdampak.

Selain itu, kapal berbendera Panama, Liberia, dan Kepulauan Marshall juga tercatat paling banyak melintasi Selat Hormuz.

Baca juga:

AS mengimpor sekitar 700.000 barel minyak mentah dan kondensat per hari melalui selat ini, atau sekitar 11 persen dari total impornya dan 3 persen dari konsumsi bensin nasional, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).

Sementara itu, Eropa menerima kurang dari 1 juta barel minyak per hari dari jalur ini.

Secara keseluruhan, negara-negara Arab dan Asia diperkirakan akan mengalami dampak ekonomi yang lebih besar dibandingkan AS dan Eropa jika Selat Hormuz ditutup.

Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa sejumlah negara Asia masih menjaga hubungan baik dengan Iran, sementara AS dan Eropa secara politik cenderung mendukung Israel dalam konflik yang sedang berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas