Misteri Guratan Gelap di Mars Ternyata Bukan Air, Lalu Apa?

  
Misteri Guratan Gelap di Mars Ternyata Bukan Air

EDA WEB – Beberapa tahun lalu, dunia sains sempat dihebohkan oleh penemuan guratan-guratan gelap di tebing dan dinding kawah di Mars. Fenomena ini, yang terlihat seperti aliran air musiman, sempat memunculkan harapan akan adanya sisa air di planet merah tersebut—bahkan mungkin, tempat hidup bagi mikroorganisme.

Namun, penelitian terbaru membalikkan dugaan tersebut. Studi berjudul “Streaks on martian slopes are dry” yang dipublikasikan di jurnal menyimpulkan bahwa guratan-guratan tersebut tidak berhubungan dengan air. Dua peneliti utama di balik studi ini adalah Valentin Bickel dari University of Bern, Swiss, dan Adomas Valantinas dari Brown University, AS.

Baca juga:

Dari Air Menetes ke Debu yang Terseret

Penemuan awal yang memicu antusiasme ilmuwan adalah fitur yang dinamakan Recurring Slope Lineae (RSL). Ini adalah guratan-guratan gelap yang muncul dan menghilang di lokasi yang sama secara musiman, bahkan bisa memanjang hingga ratusan meter. Dugaan awal, RSL terbentuk karena mencairnya es asin saat musim panas Mars tiba.

Apakah ini sisa dari lautan Mars purba yang muncul kembali ke permukaan? Ataukah pertanda adanya cadangan air bawah tanah yang mungkin menjadi rumah bagi kehidupan sederhana?

Sayangnya, studi baru ini menyatakan tidak demikian.

Baca juga:

Mengupas 500.000 Guratan

Dalam risetnya, Bickel dan Valantinas memetakan lebih dari 500.000 guratan lereng di Mars. Mereka menemukan 13.026 guratan terang dan 484.019 guratan gelap. Guratan gelap biasanya lebih muda dan baru muncul, sementara yang terang adalah bekas guratan lama.

“Dengan peta global ini, kami bisa membandingkannya dengan berbagai data lain seperti suhu, kecepatan angin, kadar kelembapan, hingga aktivitas longsor batuan,” ujar Bickel. Ini memungkinkan mereka untuk mencari pola yang berulang dan korelasi statistik di antara ribuan kasus.

Setelah menganalisis data secara menyeluruh, para peneliti menyimpulkan bahwa guratan-guratan ini tidak terbentuk akibat proses basah seperti aliran air atau pencairan es garam. Bahkan, mereka membantah tiga mekanisme pembentukan kering yang pernah diajukan sebelumnya: debu yang beterbangan (dust devils), longsoran batu, dan siklus termal.

Baca juga:

Lalu, apa penyebabnya?

Hasil riset mereka menunjukkan adanya hubungan signifikan antara guratan dengan:

  • Lokasi yang dekat dengan kawah baru akibat tumbukan meteor.
  • Kecepatan angin permukaan yang di atas rata-rata.
  • Tingkat pengendapan debu yang tinggi, terutama saat musim dingin di belahan utara Mars.

Ketiga faktor ini memperkuat dugaan bahwa guratan terbentuk karena proses kering yang melibatkan debu dan angin, bukan air.

Baca juga:

Implikasi bagi Eksplorasi Mars

“Penelitian kami tidak menemukan bukti adanya air,” tegas Valantinas. “Model kami lebih mendukung proses pembentukan yang kering.”

Temuan ini memiliki dampak besar terhadap masa depan eksplorasi Mars. Jika guratan tersebut terbentuk oleh air, maka area itu bisa menjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme, sehingga butuh perlakuan ekstra hati-hati agar tidak mencemari lingkungan Mars dengan mikroba dari Bumi. Namun jika terbukti kering, kekhawatiran tersebut berkurang drastis.

“Dengan tidak adanya aliran air atau larutan garam musiman, kawasan ini tampaknya tidak mendukung kehidupan, dan langkah-langkah perlindungan planet bisa lebih longgar,” tulis para peneliti dalam kesimpulannya.

Valantinas menambahkan, “Inilah keunggulan pendekatan big data. Kita bisa menyaring hipotesis dari orbit sebelum mengirim wahana pendarat ke sana.”

Mars tetap menjadi planet penuh misteri. Namun, lewat pendekatan ilmiah yang hati-hati dan berbasis data, kita mulai memahami bahwa guratan- lebih mungkin disebabkan oleh angin dan debu, bukan oleh sisa air purba. Meski mengecewakan bagi mereka yang berharap menemukan kehidupan, pengetahuan ini tetap menjadi langkah penting dalam memahami sejarah dan kondisi planet tetangga kita itu.

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas