
EDA WEB – Selama puluhan tahun, para ilmuwan telah memperdebatkan penyebab punahnya manusia —kerabat dekat yang pernah hidup berdampingan dengan kita di Eropa dan Asia. Apakah mereka kalah bersaing? Ataukah bencana alam yang mengakhiri hidup mereka?
Kini, sebuah hipotesis radikal dari ranah astrofisika mengemuka dan menjad perbincangan. Dalam sebuah studi terbaru yang diterbitkan di jurnal Science Advances, Agnit Mukhopadhyay, seorang ahli fisika antariksa dari University of Michigan, mengusulkan bahwa penyebab punahnya Neanderthal mungkin bukan dari bumi, melainkan dari langit.
Baca juga:
dan Sinar Kosmik Mematikan
Mukhopadhyay menyoroti sebuah kejadian langka dalam sejarah geologi Bumi, yang dikenal sebagai peristiwa Laschamp. Sekitar 41.000 tahun lalu, kutub magnetik Bumi mengalami pembalikan arah secara drastis. Dalam masa ini, medan magnet yang melindungi Bumi dari sinar kosmik melemah secara ekstrem.
Akibatnya, menurut Mukhopadhyay, sinar ultraviolet dan bisa menembus lebih jauh ke permukaan bumi. “Lingkungan menjadi jauh lebih berbahaya. Neanderthal mungkin tidak mampu bertahan dari paparan radiasi ini,” ungkapnya.
Dalam skenario ini, Homo sapiens memiliki keunggulan karena diduga telah menggunakan pakaian ketat, berlindung di gua, serta menggunakan oker—mineral berpigmen merah—yang diyakini dapat melindungi kulit dari radiasi matahari.
Baca juga:
Benarkah Neanderthal Tidak Mengenakan Pakaian?
Salah satu asumsi kunci hipotesis Mukhopadhyay adalah bahwa Neanderthal tidak menggunakan pakaian yang ketat dan pelindung. Padahal, bukti arkeologis menunjukkan sebaliknya.
Meski jarum jahit tertua baru muncul sekitar 50.000 tahun lalu—dan belum pernah ditemukan di situs Neanderthal—bukan berarti mereka telanjang. Penelitian menunjukkan bahwa Neanderthal telah secara sistematis mengolah kulit hewan dengan alat seperti pengikis, yang lazim dalam proses penyamakan.
“Manusia bahkan telah mengenakan pakaian setidaknya sejak 200.000 tahun lalu, sebagaimana ditunjukkan oleh studi genetika kutu,” ungkap José-Miguel Tejero, arkeolog prasejarah dari Universitas Barcelona. Ini berarti, besar kemungkinan Neanderthal telah menggunakan teknik seperti tali pengikat atau belahan tulang untuk menjadikan kulit hewan sebagai pelindung tubuh.
Baca juga:
Oker Sebagai Tabir Surya Zaman Purba?
Mukhopadhyay juga mengangkat penggunaan oker sebagai pelindung alami terhadap radiasi matahari. Namun, tidak ada bukti bahwa penggunaan oker hanya dilakukan Homo sapiens. Bahkan, Neanderthal telah menggunakan pigmen ini sejak lebih dari 100.000 tahun lalu, baik di Eropa maupun Timur Tengah.
“Oker mungkin digunakan untuk berbagai tujuan: simbolik, pengobatan, kosmetik, hingga pengusir serangga. Menyimpulkan bahwa hanya Homo sapiens yang memanfaatkannya sebagai pelindung UV adalah keliru,” tegas Montserrat Sanz Borràs, arkeolog dari tim yang sama.
Baca juga:
Dominasi Populasi dan Teknologi
Salah satu faktor nyata yang mungkin berperan besar dalam punahnya Neanderthal adalah jumlah populasi. Homo sapiens jauh lebih banyak, dan bukti genetik menunjukkan bahwa Neanderthal lebih cenderung berbaur dan diserap ke dalam populasi sapiens, bukan mengalami kepunahan total secara mendadak.
Keunggulan teknologi Homo sapiens juga turut membantu. Mereka sudah mengembangkan senjata lempar jarak jauh seperti tombak dan busur, memberi mereka keunggulan dalam berburu di lingkungan terbuka. Sementara itu, Neanderthal belum memiliki teknologi sejenis.
Baca juga:
Terlalu Sederhana?
Terlepas dari hipotesis astrofisika yang menarik ini, banyak ahli menilai pendekatan tersebut terlalu menyederhanakan persoalan kompleks.
“Tidak ada bukti arkeologis yang menunjukkan keruntuhan populasi besar-besaran pada saat peristiwa Laschamp,” kata Tejero. Jika radiasi matahari adalah penyebab utama, maka populasi Homo sapiens di Afrika yang tidak memakai pakaian ketat pun seharusnya terkena dampaknya. Namun, itu tidak terjadi.
Faktanya, Neanderthal telah berhasil bertahan hidup melewati banyak tantangan iklim, termasuk peristiwa geomagnetik lain seperti Blake event sekitar 120.000 tahun lalu. Mereka juga meninggalkan berbagai alat canggih, menguasai wilayah luas, dan berbagi banyak ciri budaya dengan Homo sapiens.
Jadi, apakah pembalikan kutub magnet bumi yang menyebabkan punahnya Neanderthal?
Kemungkinan besar tidak.
Sebagaimana disimpulkan oleh para arkeolog dan peneliti prasejarah, penyebab menghilangnya Neanderthal tidak bisa dijelaskan oleh satu faktor tunggal. Sebaliknya, itu adalah hasil dari kombinasi tekanan ekologis, interaksi antar spesies, perubahan iklim, perbedaan teknologi, dan asimilasi genetik.
Namun, hipotesis Mukhopadhyay tetap membuka cakrawala baru—bahwa langit di atas kita mungkin pernah memainkan peran tak terduga dalam sejarah manusia.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas