Pandangan Dokter soal MPASI Jepang, Sesuaikah dengan Bayi di Indonesia?

  
Pandangan Dokter soal MPASI Jepang

EDA WEB – Makanan Pengganti Asi () Jepang belakangan ramai dibicarakan warganet di media sosial.

menekankan pada pemberian menu tunggal yang bertahap mulai dengan bubur nasi encer yang diikuti dengan pengenalan sayur, buah dan protein secara bertahap.

Informasi mengenai MPASI Jepang ini banyak dibagikan warganet di media sosial TikTok.

Lantas, bagaimana pandangan dokter anak terhadap MPASI Jepang?

Menanggapi hal ini, Dokter Spesialis Anak dari Mayapada Hospital Kuningan, dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A, menyampaikan bahwa metode MPASI Jepang tidak direkomendasikan untuk bayi di Indonesia, terutama jika orang tua bukan berasal dari Jepang atau tidak tinggal di sana.

“Guideline MPASI Jepang yang saya baca dimulai dengan bubur (okayu) encer tok, sekali sehari, begitu terbiasa baru kasih sayur, tahu, ikan, semua satu-satu. Kayak gini gak bisa di kita,” kata Denta dalam unggahannya Selasa (13/5/2025).

EDA WEB telah meminta izin dr Denta untuk mengutip unggahannya pada Rabu (14/5/2025).

Menurut dr. Denta, pedoman pemberian MPASI di Indonesia seharusnya sejak awal sudah mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan mikronutrien.

Hal ini penting mengingat kondisi gizi masyarakat Indonesia yang berbeda dengan Jepang.

Denta mengatakan, MPASI Jepang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia karena status nutrisi ibu hamil di Jepang, jarang yang terkena anemia.

Hal ini berbeda dengan kondisi ibu hamil di Indonesia yang mana nutrisi anak-anaknya harus dikejar ketertinggalannya sewaktu MPASI.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa faktor lain seperti kebiasaan makan keluarga, tingkat pendidikan, serta risiko stunting juga harus menjadi pertimbangan dalam menyusun menu MPASI untuk bayi Indonesia.

“Mungkin ini (MPASI Jepang) cocok buat bayi-bayi di Jepang, tapi kalau buat bayi Indonesia kurang sesuai dengan kebutuhan bayi-bayi kita,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas