
KYIV, EDA WEB – Sebuah serangan pesawat nirawak () menghantam minibus yang membawa warga sipil di wilayah Sumy, , Sabtu (17/5/2025).
Akibat serangan tersebut, sembilan orang tewas dan empat lainnya mengalami luka-luka, menurut laporan pihak berwenang Ukraina.
Tragedi ini terjadi sehari setelah Rusia dan Ukraina menggelar perundingan langsung pertama dalam lebih dari tiga tahun di Turkiye dan menyepakati pertukaran tahanan dalam skala besar.
Baca juga:
“Sayangnya, sebagai akibat dari serangan sinis oleh Rusia terhadap sebuah bus yang membawa warga sipil, ada yang tewas,” ungkap administrasi militer Sumy dalam unggahan di Telegram.
Diketahui, bus yang menjadi sasaran berada di dekat kota Bilopillya dalam perjalanan menuju Sumy.
Serangan ini melanjutkan rentetan serangan Rusia yang semakin intens di wilayah perbatasan Sumy sejak Maret 2025, saat pasukan Ukraina mundur dari Kursk, wilayah Rusia yang sebagian telah dikuasai Ukraina sejak musim panas 2024.
Serangan mematikan dalam juga terjadi pada Jumat (16/5/2025), menewaskan tiga orang di wilayah Donetsk dan Kherson, bagian timur dan tenggara Ukraina yang menjadi titik panas konflik.
Sedikit kemajuan dalam
Perundingan antara Moskwa dan Kyiv di Istanbul menjadi harapan baru setelah hampir tiga setengah tahun konflik.
Kesepakatan konkret yang dicapai adalah pertukaran sekitar 1.000 tahanan dari kedua pihak. Namun, upaya untuk mencapai gencatan senjata masih menemui jalan buntu.
Negosiator utama Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan, kedua pihak berencana menyampaikan visi mereka mengenai kemungkinan gencatan senjata di masa mendatang.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov menyatakan, “Langkah selanjutnya adalah pertemuan antara Presiden Ukraina dan Vladimir Putin dari Rusia.”
Baca juga:
Rusia menyatakan pihaknya akan mempertimbangkan permintaan tersebut, tetapi Putin menolak untuk hadir dalam pertemuan di Turkiye. Zelensky bahkan menuduh Putin “takut” dan menilai Rusia tidak menanggapi pembicaraan damai secara serius.
Respons internasional dan ancaman sanksi baru
Di sela-sela pertemuan puncak Eropa di Albania, Presiden Ukraina Zelensky meminta dunia memberikan respons tegas jika perundingan di Istanbul gagal. Permintaan itu mendapat dukungan dari sejumlah pemimpin Eropa.
Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan bahwa negara-negara Eropa tengah berkoordinasi dengan Amerika Serikat untuk menyiapkan sanksi tambahan terhadap Rusia.
Macron menegaskan, sanksi itu akan dijatuhkan jika Moskwa terus menolak gencatan senjata tanpa syarat.
Sementara itu, ketegangan juga muncul antara Rusia dan Amerika Serikat terkait konflik ini. Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa tidak akan ada perkembangan signifikan sebelum ia bertemu langsung dengan Putin.
Tuntutan teritorial Rusia dinilai tidak bisa diterima
Menurut sumber Ukraina yang berbicara kepada AFP, Rusia mengajukan tuntutan teritorial yang keras selama perundingan di Istanbul.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Georgiy Tykhy, menegaskan bahwa tuntutan tersebut tidak dapat diterima.
Rusia sendiri telah mengeklaim pencaplokan lima wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang dianeksasi pada 2014, serta empat wilayah yang diambil sejak invasi besar-besaran pada 2022.
Baca juga:
Serangan drone terhadap warga sipil yang terjadi sehari setelah perundingan menunjukkan betapa rapuhnya upaya perdamaian di tengah konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun ini.
Kondisi ini membuat jutaan warga Ukraina terus menghadapi risiko dan penderitaan akibat perang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas