Trump Siap Temui Putin dan Zelensky jika Itu Bisa Akhiri Perang

  
Trump Siap Temui Putin dan Zelensky jika Itu Bisa Akhiri Perang

WASHINGTON DC, EDA WEB – Presiden Amerika Serikat () menyatakan kesiapan untuk bertemu Presiden Rusia dan Presiden Ukraina jika pertemuan itu dapat mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun.

Pernyataan tersebut disampaikan Gedung Putih setelah di Istanbul pada Senin (2/6/2025) kembali gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Meski demikian, kedua pihak menyetujui pertukaran tahanan dalam skala besar. Pertemuan itu juga digelar di lokasi yang sama dengan putaran pembicaraan tatap muka pertama mereka pada pertengahan Mei lalu.

Baca juga:

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengusulkan agar Trump bergabung dalam pertemuan trilateral dengan Putin dan Zelensky, yang rencananya digelar akhir Juni di Istanbul atau Ankara.

Putin sejauh ini belum menyetujui usulan tersebut. Sementara itu, Zelensky menyatakan kesediaannya hadir, dan menekankan bahwa isu-isu penting hanya dapat diselesaikan di level pemimpin negara.

“Trump terbuka terhadap opsi pertemuan tersebut, jika memang diperlukan. Namun ia ingin agar kedua belah pihak terlebih dahulu duduk bersama di meja perundingan,” kata Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, di Washington, sebagaimana diberitakan AFP pada Selasa (3/6/2025).

Zelensky berharap Trump bisa mengambil langkah konkret. Ia juga menyerukan agar AS memperketat sanksi terhadap Rusia guna mendorong Moskwa menyetujui gencatan senjata penuh.

Rusia ajukan syarat gencatan senjata

Dalam perundingan yang digelar awal pekan ini, Ukraina menyatakan, Rusia kembali menolak seruan gencatan senjata tanpa syarat.

Sebaliknya, Rusia hanya menawarkan jeda pertempuran terbatas selama dua hingga tiga hari di beberapa wilayah garis depan.

Menurut laporan media pemerintah Rusia, Moskwa baru bersedia menerima gencatan senjata penuh jika Ukraina menarik pasukannya dari empat wilayah, yakni Donetsk, Lugansk, Zaporizhzhia, dan Kherson. Saat ini, Rusia masih belum menguasai seluruh wilayah tersebut.

Rusia juga menetapkan sejumlah tuntutan lain, seperti larangan Ukraina bergabung dengan NATO, pembatasan militer Ukraina, serta penghentian bantuan militer dari negara-negara Barat.

Baca juga:

Pertukaran tahanan dan jenazah

Dalam pertemuan itu, para negosiator utama sepakat untuk menukar seluruh tentara yang terluka parah, serta semua pejuang berusia di bawah 25 tahun yang ditawan.

Negosiator Rusia Vladimir Medinsky menyebut, pertukaran ini melibatkan “sedikitnya 1.000 orang dari masing-masing pihak.” Jumlah ini melebihi pertukaran 1.000 lawan 1.000 yang sebelumnya disepakati bulan lalu.

Selain itu, kedua pihak sepakat untuk menyerahkan jenazah 6.000 tentara yang gugur dalam pertempuran.

“Pihak Rusia terus menolak usulan gencatan senjata tanpa syarat,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Ukraina Sergiy Kyslytsya usai pertemuan.

Namun Medinsky menyebut Rusia telah menawarkan jeda pertempuran terbatas.

“Kami mengusulkan gencatan senjata khusus selama dua hingga tiga hari di beberapa area garis depan. Tujuannya untuk mengumpulkan jenazah dari medan perang,” katanya.

Pihak Ukraina menyatakan akan mempelajari dokumen yang diserahkan Rusia, yang memuat syarat-syarat perdamaian dan gencatan senjata penuh.

Baca juga:

Perdamaian tak boleh hadiahkan agresi

Usai perundingan, Zelensky menegaskan, kesepakatan damai tidak boleh memberi imbalan kepada agresor (Rusia).

“Kunci perdamaian abadi sangat jelas. Agresor tidak boleh mendapatkan imbalan apa pun dari perang ini,” ujar Zelensky dalam konferensi pers bersama para pemimpin NATO di Vilnius, Lithuania.

Ia juga menyatakan, kesepakatan damai jangka panjang hanya mungkin terjadi setelah pertempuran benar-benar dihentikan.

Ukraina pun kembali mendesak diberlakukannya gencatan senjata total tanpa syarat yang mencakup darat, laut, dan udara.

Turkiye nilai suasana perundingan konstruktif

Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov yang memimpin delegasi negaranya mendorong agar pertemuan berikutnya digelar sebelum akhir Juni. Ia juga mengatakan, pertemuan tingkat pemimpin perlu segera dibahas.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Turkiye Hakan Fidan menilai suasana perundingan cukup positif.

“Para pihak membangun kesepahaman dari pertemuan pertama mereka,” ujar Fidan melalui platform X.

Baca juga:

“Selama pertemuan tersebut, para pihak sepakat untuk melanjutkan persiapan menuju pertemuan di tingkat kepala negara,” lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas