
WASHINGTON, EDA WEB — Kekhawatiran dan kritik tajam bermunculan dari banyak warga Amerika Serikat () setelah Donald Trump mengumumkan serangan terhadap tiga situs nuklir pada Sabtu (21/6/2025).
Rakyat AS menilai keputusan Trump itu bisa menyeret negeri Paman Sam ke dalam konflik baru yang berbahaya dan tak perlu.
“Saya melihat ini seperti deja vu tahun 2003,” ujar Layton Tallwhiteman, warga Montana, mengenang serangan AS ke Baghdad saat masih kecil.
Baca juga:
“Bush bilang waktu itu kita harus cari senjata pemusnah massal. Nyatanya, tidak pernah ditemukan. Dan sekarang Trump bicara hal yang sama—menghilangkan ancaman (nuklir Iran). Apakah kita tidak belajar dari masa lalu?” tanyanya.
Kekhawatiran akan ancaman balasan
Kekhawatiran warga AS bukan tanpa dasar. Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) AS dalam buletinnya memperingatkan bahwa aktor siber yang terafiliasi dengan pemerintah Iran mungkin akan melancarkan serangan ke infrastruktur penting AS, termasuk sistem perbankan dan jaringan listrik.
Bahkan, Center for Internet Security melaporkan bahwa jaringan air bersih dan limbah di AS telah disusupi.
Baca juga:
Kelompok proksi Iran di Timur Tengah juga dinilai dapat menyerang aset Amerika, meskipun kemampuannya menyerang langsung ke tanah AS masih terbatas.
“Risiko serangan balasan akan meningkat jika AS menyerang Iran secara terbuka,” tulis lembaga itu dalam laporannya.
Demonstrasi tuntut hentikan perang di Iran
Di New York hingga Los Angeles, ratusan orang turun jalan menuntut Trump untuk menghentikan keterlibatannya dalam perang Israel-Iran.
Baca juga:
Mereka membawa poster bertuliskan “STOP THE WAR ON ” atau “Hentikan perang di Iran” dan “TRUMP IS A WAR CRIMINAL” atau “Trump adalah penjahat perang.”
Salah satu demonstran, Dana Cote, khawatir serangan terhadap Iran justru akan memicu aksi balasan ekstremis.
“Ini membuka kotak Pandora yang tidak akan bisa kita tutup,” katanya.
Sementara kelompok pendukung Trump terlihat lebih kecil, beberapa di antaranya memegang bendera Israel dan menggunakan klakson untuk menenggelamkan suara demonstran.
Baca juga:
Warga meragukan tujuan Trump
Di Delaware, Andrew Williams, menyatakan keterkejutannya atas waktu pelaksanaan serangan, mengingat banyak politisi Partai Republik sebelumnya menolak keterlibatan langsung AS dalam konflik Iran-Israel.
“Kalau Iran memang membangun senjata nuklir, mungkin serangan perlu. Tapi waktunya sangat janggal,” ujarnya.
Kent Berame, warga Florida, menyebut keputusan Trump “sembrono” karena diambil tanpa persetujuan eksplisit dari Kongres.
Baca juga:
“Kita baru saja keluar dari perang panjang di Afghanistan. Sekarang, Trump membawa kita ke potensi konflik baru?” ujarnya gusar.
Patty Ellman (61), pemilih Trump dari Montana, menyatakan ketidaksetujuannya dengan keputusan Presiden ke-47 AS tersebut.
“Kita punya cukup banyak masalah di dalam negeri. Tidak perlu ikut-ikutan perang negara lain,” katanya. “
Baca juga:
Kalau kita diserang, tentu kita harus balas. Tapi kalau tidak, itu urusan mereka,” imbuhnya.
Ancaman balasan bukan sekadar retorika
Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah melakukan berbagai aksi, mulai dari serangan rudal ke pangkalan AS di Irak hingga peretasan besar-besaran.
Seorang warga Iran bahkan didakwa atas serangan ransomware yang melumpuhkan layanan publik di Baltimore pada 2019.
Baca juga:
“Trump bermain api,” kata salah satu pengamat keamanan siber kepada ABC News.
“Dan kita tidak tahu seberapa besar percikannya akan menjalar,” ucapnya.
Media Iran ancam semua warga AS
Televisi Pemerintah Iran pada Minggu memperingatkan bahwa “setiap warga negara AS atau personel militer AS” di Timur Tengah kini menjadi “target” Teheran.
Dalam sebuah video yang menjadi viral di media sosial, seorang penyiar televisi pemerintah Iran terdengar mengeluarkan peringatan kepada Trump bahwa Iran akan mengakhiri konflik yang ia mulai dengan mengebom fasilitas-fasilitas Iran.
“AS telah melakukan kejahatan terhadap Iran dengan melanggar wilayah udara Iran. Ia tidak memiliki tempat di kawasan Asia Barat. Tuan Presiden Amerika Serikat, Anda memulainya dan kami akan mengakhirinya,” kata penyiar itu, sambil menampilkan grafik pangkalan-pangkalan AS di kawasan.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas