
Istilah ‘’ adalah generasi kelahiran rentang tahun 1946-1964, yang saat ini sudah menyandang status kakek dan nenek.
Generasi yang mengalami lompatan budaya, gaya hidup, pola makan dan cara didik jauh berbeda dengan generasi sebelumnya apalagi generasi milenial dan gen-X, sebagai anak dan cucu.
Saya adalah bagian akhir dari periode ‘baby boomers’ itu. Yang mengalami situasi terjepit antara meneruskan warisan ayah ibu tentang kehidupan di masa lampau dan menghadapi anak di era serba ‘gercep’ dalam asuhan teknologi penuh efisiensi.
Baca juga:
Saya juga saksi sejarah yang masih berlangsung hingga saat ini, ketika teman seangkatan kebingungan dengan derasnya informasi dan aneka hasutan bernarasi, tanpa kemampuan mengkritisi tapi langsung ‘berbagi’. Istilah sekarang: sharing is caring. Caring for what?
Saat Perut Buncit Dianggap Biasa
Ketika kami masih remaja atau masa-masa kuliah, bahkan jadi pasangan muda di perkotaan, istilah ‘hidup sehat’ belum ada dalam kamus sehari-hari.
Makan minum ya biasa saja, seperti yang diajarkan generasi sebelumnya: masak makanan rumahan, atau katering jika super sibuk.
Minimal ada pembantu yang bisa disuruh masak. Jajan, makan di luar bagi kebanyakan orang hanya sebatas akhir pekan.
Badan melebar perut membuncit di usia 40 tahun ke atas dianggap biasa. Bahkan, sebagian orang menganggap itu tanda kemakmuran.
Punya karier bagus, jabatan tinggi, sering traktir atau ditraktir makan adalah kebanggaan. Berakhir dengan minum obat hipertensi, diabetes, kolesterol dan pengencer darah dianggap bagian dari jalan hidup yang tak terelakkan.
Menikmati Informasi Tanpa Mampu mengkritisi
Masuk era milenial 2000 dengan seronoknya sliweran media sosial membuat para baby boomers semakin nanar mengamati apa pun yang lewat di gawai, termasuk iklan dan hasutan.
Jadilah generasi saya penikmat aneka informasi tanpa kemampuan mengkritisi. Sebab tidak semua orang terampil dan cekatan mencari informasi pembanding, apalagi di ranah ilmiah.
Baca juga:
Semua ditelan mentah-mentah dan semua grup di gawai pasti dapat jatah. Mulai grup keluarga, grup kantor, grup sosialita, hingga grup ibadah seiman.
menjadi penggerak informasi yang luar biasa. Termasuk hoax. Bahkan memiliki dorongan kuat untuk mencoba dan membeli berujung testimoni – iklan berbuah cuan.
Sebagai pekerja keras, mandiri, kompetitif, punya rasa percaya diri yang kuat tapi masih berpegang pada nilai-nilai tradisi bapak ibunya, membuat generasi saya kebingungan menghadapi anak yang tahu-tahu ‘sudah enggak nurut lagi’.
Punya pilihan sendiri, aktif di dunia maya, sering dianggap materialistis – karena dibesarkan baby boomers yang memastikan anak-anaknya hidup berkecukupan, dan tradisi dianggap kolot.
Milenial Sang Pelopor Inovasi di Tengah Kebingungan
Senang mencoba hal-hal baru membuat mereka yang dibesarkan di era milenial jadi pelopor inovasi termasuk urusan makanan.
Ketika baby boomers masih punya ‘dapur bersih dan dapur kotor’ di rumahnya, anak-anak milenial melihat itu sebagai pemborosan dan cukup satu opsi dapur bersih sebersih-bersihnya sampai mirip pantry buat menghangatkan makanan saja, karena rajin beli makanan jadi – toh ada aplikasi jasa layanan antar.
Kesadaran tentang gaya hidup dan pola makan baru masuk perhatian saat angka-angka statistik bertebaran menunjukkan peningkatan penyakit katastrofik berbiaya tinggi, bukan hanya risikonya yang tinggi: stroke, serangan jantung, gagal ginjal dan kanker.
Generasi milenial terhenyak bingung, sebab terjepit pada posisi membesarkan anaknya dengan cara yang mereka pelajari dari ‘webinar gaya hidup sehat dan kelas-kelas parenting’, sementara orangtua generasi baby boomers pun tidak memberi bekal bagaimana cara mengurus rumah tangga, apalagi masak buat keluarga – malah sudah keasyikan ikut-ikutan gaya hidup instan.
Bahkan, ada yang bablas mengajarkan cucunya makan aneka produk ultraproses yang di zaman mereka kecil tidak ada.
Baca juga:
Potensi Konflik Mertua – Menantu
Tanpa pengetahuan yang mumpuni, tanpa kekritisan mengonsumsi, baby boomers potensial menimbulkan konflik mertua-menantu.
Tidak jarang kesadaran generasi muda terdidik sekarang untuk kembali menyusui anak sendiri hingga usia dua tahun dipatahkan mertua, yang menganggap susu formula lebih bergizi akibat iklan tanpa aturan.
Begitu pula masih ada mertua yang diam-diam mencekoki cucunya kopi ‘sedikit’, katanya untuk mencegah kejang.
Di kampung-kampung, justru generasi baby boomers yang menganggap makanan tradisional itu ciri orang miskin dan balita ‘sebaiknya dibolehkan makan apa saja agar imunnya kuat’. Tentu ini semua sesat.
Mumpung umur harapan hidup baby boomers masih lumayan, sebagai generasi yang dibesarkan dengan tradisi – sebetulnya bisa meneruskan obor nilai-nilai kebaikan ke generasi selanjutnya, agar tidak hilang arah termakan era lupa sejarah – dengan risiko mengulang kesalahan generasi sebelumnya.
Prinsip Hidup Selaras
Saya masih percaya dengan prinsip-prinsip hidup selaras, salah satunya cukup jam tidur malam yang terbukti dari studi terbaru bisa mencegah risiko penyakit kardiovaskuler.
Semakin banyak penelitian sebagai studi berbasis bukti, yang mampu menjelaskan dengan logika berpikir dan metodologi ilmiah tentang hal-hal yang dilakukan orang zaman dahulu hanya sebagai ‘pakem kebiasaan’ yang ternyata masih relevan dengan masa kini.
Seperti juga mengolah ikan bakar dengan bungkus daun pisang ketimbang membakar langsung di atas api, sebagai pencegahan terbentuknya senyawa karsinogen (yang jaman dahulu belum ada penjelasannya kenapa bakar ikan perlu dibungkus daun).
Baca juga:
Juga ada studi tentang kebiasaan membeli makan di luar ketimbang memasak sendiri meningkatkan risiko kematian (yang jaman dahulu barangkali hanya soal kebersihan).
Sayangnya, memang yang seru disebarkan dan diedarkan adalah informasi viral nan sensasional.
Sementara untuk bisa jernih berpikir, jeli berliterasi dibutuhkan kecerdasan sekaligus tuntunan pengetahuan.
Mungkin kedua hal itu yang perlu dibentuk sejak dini – dimulai dari orangtua yang siap bertanggungjawab. Bukan hanya bisa ‘bikin anak’ tanpa mampu jadi bijak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas