
EDA WEB – Musisi sekaligus anggota DPR RI menyuarakan keprihatinannya terhadap kerusakan lingkungan di Pulau Gag, , Papua Barat Daya, yang diduga disebabkan oleh aktivitas penambangan nikel.
Unggahan tersebut Ahmad Dhani sampaikan melalui akun Instagram pribadinya.
Dalam postingannya, Ahmad Dhani menampilkan empat foto yang menunjukkan dampak kerusakan di kawasan Pulau Gag.
Baca juga:
Foto-foto tersebut memperlihatkan area yang terbuka lebar, berubah warna, dan tidak lagi hijau alami seperti karakteristik kawasan konservasi Raja Ampat.
Ahmad Dhani tak habis pikir dengan keputusan untuk menambang di area yang terkenal sebagai kawasan konservasi tersebut.
Baca juga:
“Kok TEGA, Segera di hukum yg setimpal,” tulis Ahmad Dhani dalam keterangan foto tersebut, dikutip pada Selasa (10/6/2025).
Unggahan Ahmad Dhani mendapat respons beragam dari para pengikutnya. Banyak warganet yang mendukung sikap Dhani, sementara sebagian lainnya menuntut klarifikasi dan penanganan lebih serius dari pemerintah.
Baca juga:
Pulau Gag merupakan salah satu pulau di gugusan Raja Ampat yang dikenal dengan keindahan dan kekayaan biodiversitas lautnya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, pulau ini menjadi sorotan karena adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tambang nikel yang dianggap merusak ekosistem.
Raja Ampat merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia dan telah menjadi ikon pariwisata berkelanjutan Indonesia.
Baca juga:
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran dari aktivis lingkungan, tokoh adat, dan tokoh publik, terhadap masuknya industri tambang, termasuk tambang nikel yang dianggap mengancam ekosistem laut dan darat di wilayah tersebut.
Diketahui, aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, tengah menjadi sorotan publik. Kawasan yang dikenal sebagai surga biodiversitas laut ini terancam oleh dampak lingkungan dari operasi tambang, terutama di Pulau Gag, Kawe, dan Manuran.
Baca juga:
Dalam berbagai dokumentasi, terlihat alat-alat berat membabat hutan dan merusak lingkungan yang selama ini dikenal sebagai salah satu wisata alam terindah di dunia.
Raja Ampat dikenal sebagai pusat segitiga terumbu karang dunia, rumah bagi lebih dari 1.400 spesies ikan dan 75 persen jenis karang yang ada di dunia. Kehilangan kekayaan hayati ini bukan hanya kerugian nasional, tapi juga global.
Baca juga:
Dari data Kementerian ESDM, terdapat lima Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel di Raja Ampat.
Keberadaan tambang tersebut memicu kekhawatiran akan kerusakan ekosistem, terutama di kawasan pesisir dan laut.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut tambang itu legal dan memiliki izin, namun pemerintah tetap akan memanggil pemilik konsesi untuk dimintai pertanggungjawaban terkait dampak lingkungan.
Baca juga:
Bahlil mengklaim, saat ini seluruh aktivitas tambang sudah dihentikan sementara.
Laporan media dan warga lokal menyebutkan bahwa kegiatan eksploitasi tambang telah menyebabkan sedimentasi berat yang mengganggu kehidupan biota laut dan merusak keindahan bawah laut Raja Ampat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas