
EDA WEB – Konflik antara Iran dan Israel kembali menyita perhatian dunia. Namun yang mengejutkan, tak lagi hanya berdiri di balik layar.
Dilansir dari (22/6/2025), pada 22 Juni 2025, militer AS resmi membombardir tiga fasilitas nuklir utama milik Iran.
Salah satunya adalah situs pengayaan uranium di Fordow, yang dikenal sebagai salah satu lokasi paling dijaga ketat di negara itu.
Banyak yang bertanya-tanya, atau konflik dengan Iran? Apakah ini sesuatu yang baru? Jawabannya: tidak.
Jika ditelusuri lebih dalam, , khususnya (1980-1988), telah menjadi fondasi dari konflik panjang antara kedua negara.
Baca juga:
Perang Teluk, konflik Iran-Irak
Menurut Selly dan Sumiyatun dalam jurnal Keterlibatan Amerika Serikat di Bidang Ekonomi dan Militer Dalam Perang Teluk I Antara Irak-Iran (1980-1988) (2022), Perang Teluk I merupakan perang besar antara Iran dan Irak yang berlangsung selama delapan tahun.
Konflik ini dipicu oleh perebutan Sungai Shatt al-Arab, jalur air penting yang menghubungkan Irak dan Iran ke Teluk Persia.
Wilayah ini memiliki nilai strategis tinggi karena menjadi jalur ekspor minyak utama dan lokasi sejumlah pelabuhan penting.
Baca juga:
Sebenarnya, konflik sempat diredakan lewat Perjanjian Algiers 1975, di mana Iran dan Irak sepakat mengatur ulang perbatasan.
Namun, pada 1979, situasi berubah drastis. Iran mengalami Revolusi Islam, yang menggulingkan Shah Mohammad Reza Pahlavi dan membawa Ayatollah Khomeini berkuasa.
Revolusi ini membuat pemimpin Irak, Saddam Hussein, khawatir bahwa pengaruh Syiah akan menyebar ke negara-negara Arab Sunni.
Baca juga:
Tak hanya itu, wilayah Khuzestan (sebuah provinsi kaya minyak di Iran) juga menjadi sasaran Irak.
Ketegangan memuncak saat Tariq Aziz, pejabat tinggi Irak, nyaris tewas dalam serangan penembakan pada 1 April 1980.
Irak menggunakan kekacauan internal Iran pasca-revolusi sebagai alasan untuk melancarkan invasi besar-besaran.
Baca juga:
Keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Teluk I
?
Pada tahap awal perang, Amerika Serikat bersikap seolah netral. Namun seiring waktu, posisi AS makin jelas yaitu berpihak secara terbuka kepada Irak.
Menurut Kirdi Dipoyudo dalam Keadaan Perang Irak-Iran dan Implikasi-Implikasinya (2023), sejak 1982, AS memberikan bantuan keuangan sebesar US$ 370 juta ke Irak.
Baca juga:
Bantuan tidak hanya berupa uang namun juga mencakup suplai alutsista, teknologi militer, intelijen, dan logistik perang.
Langkah ini bukan tanpa alasan. Bagi AS, kekuasaan baru Iran di bawah Khomeini adalah ancaman langsung terhadap pengaruh Barat di kawasan.
Iran dianggap telah merusak dominasi Amerika yang sebelumnya sangat kuat selama pemerintahan Shah.
Baca juga:
Amerika Serikat memblokade ekonomi Iran
Menurut Selly dan Selly dalam Keterlibatan Amerika Serikat di Bidang Ekonomi dan Militer dalam Perang Teluk I Antara Irak-Iran (1980-1988) (2022), sebelum Perang Teluk I dimulai, Amerika Serikat telah memberlakukan blokade ekonomi terhadap Iran.
Hal ini membuat ekonomi Iran anjlok, terutama karena ekspor minyak yang merupakan sumber utama pendapatan negara menurun drastis.
Negara-negara Barat juga ikut menjauh dari Iran karena kecewa terhadap jalannya Revolusi Islam, sehingga Iran nyaris terisolasi secara internasional.
Akibatnya, Iran menghadapi kesulitan ganda saat perang meletus: kekurangan senjata dan pangan, serta pendapatan yang merosot tajam.
Kondisi ini kontras dengan Irak, yang mendapat dukungan terbuka dari AS dan negara Barat lainnya, seperti Prancis dan Jerman Barat.
Baca juga:
Amerika mendukung Iran secara diam-diam
Yang mengejutkan, di saat AS terang-terangan membantu Irak, Amerika Serikat secara diam-diam juga memasok senjata ke Iran.
Adapun menurut Agus N. Cahyo dalam buku Perang-Perang paling Fenomenal dari Klasik Sampai Modern (2012), melalui skema rahasia dan perantara seperti Adnan Khashoggi, AS menyuplai 1.000 ton peluru anti-tank, radar, dan peralatan militer lainnya ke Iran pada tahun 1985-1988.
Dukungan rahasia ini didalangi oleh Ronald Reagan, dengan bantuan CIA di bawah pimpinan George H. W. Bush.
Motifnya jelas: mencegah salah satu pihak (baik Irak atau Iran) menjadi terlalu dominan di kawasan, dan membuka peluang AS untuk menanamkan pengaruh secara lebih luas di Timur Tengah.
Baca juga:
Peran AS dalam fase perang tanker
Salah satu fase paling intens dari konflik ini adalah perang tanker, di mana kapal-kapal pengangkut minyak diserang di Teluk Persia.
Ketika Iran mulai menargetkan tanker minyak Irak dan sekutunya, AS mengerahkan pasukan militernya langsung ke wilayah tersebut untuk mengamankan jalur pelayaran.
Menurut Siti Arpah dalam jurnal berjudul Perang Teluk dan Intervensi Amerika Serikat (2017), dalam fase ini pasukan Amerika terlibat baku tembak langsung dengan tentara Iran.
Beberapa kapal dan tentara AS menjadi korban, menjadikan ini salah satu momen paling berisiko dalam keterlibatan AS di Perang Teluk.
Baca juga:
Tujuan keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Teluk I
Dari semua tindakan AS selama perang, motif utamanya tetap konsisten: minyak dan pengaruh geopolitik.
Kawasan Teluk adalah sumber minyak terbesar dunia, yang sangat penting bagi ekonomi global, termasuk Eropa, Jepang, dan Amerika sendiri.
Dengan mengintervensi konflik dan membentuk keseimbangan kekuatan, Amerika Serikat ingin memastikan bahwa aliran minyak tetap aman, dan bahwa tidak ada satu pun negara (terutama Iran pasca-revolusi) yang mendominasi kawasan.
Baca juga:
Dari sinilah muncul strategi “main dua kaki”: membantu Irak secara terbuka, Iran secara diam-diam.
Sehingga, apa yang terjadi hari ini secara terbuka) sebenarnya bukan pertama kali terjadi.
karena alasan memastikan kendali atas energi global, menekan musuh ideologis, dan menjaga posisi sebagai kekuatan global.
Baca juga:
Dari penyedia senjata hingga pelaku serangan udara, Amerika Serikat telah menjadi salah satu faktor utama di konflik Iran.
Menyebabkan serjarah panjang intervensi Amerika Serikat terhadap Iran yang terus berlanjut hingga hari ini.
(Sumber: EDA WEB/Irawan Sapto Adhi)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas