
MEDAN, EDA WEB – Rencana Gubernur Sumatera Utara, , untuk menerapkan kebijakan dalam seminggu di tingkat SMA dan SMK mendapat tanggapan beragam dari masyarakat, termasuk kalangan akademisi.
Dosen Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Medan (Unimed), Dr Bakhrul Khair Amal, menegaskan bahwa kebijakan tersebut seharusnya berbasis keilmuwan.
Menurutnya, salah satu alasan pemerintah daerah untuk menerapkan kebijakan ini adalah untuk menekan tingginya kasus tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan kejahatan geng motor.
Dalam rencana tersebut, akan ada penambahan jam belajar selama lima hari, yang diharapkan dapat meningkatkan interaksi siswa dengan orangtua, mengingat Sabtu dan Minggu ditetapkan sebagai hari libur.
Baca juga:
“Sebenarnya kebijakan harus berbasis keilmuwan. Ada nggak analisis naskah akademiknya sebelum mengambil kebijakan? Ada tidak hasil penelitian dalam mengambil keputusan, misalnya bagaimana perspektif siswa, guru, dan orangtua?” ungkap Bakhrul dalam wawancara melalui telepon seluler, Rabu (4/6/2025).
Bakhrul juga menekankan pentingnya analisis terhadap dampak kebijakan tersebut, termasuk efek kelelahan fisik dan psikis pada siswa dan guru.
Ia berpendapat bahwa jika alasan kebijakan ini terkait pelanggaran hukum, maka penegakan hukum yang tepat harus dilakukan, bukan hanya menambah hari sekolah.
“Jika jam di sekolah ditambah, maka kualitas belajar akan menurun. Siswa jadi lelah. Itu akan melelahkan pikiran,” tambahnya.
Bakhrul mengingatkan agar kebijakan semacam ini tidak diambil tanpa diskusi dengan komite sekolah atau pemangku kepentingan lainnya.
Ia menilai bahwa menyelesaikan masalah geng motor dengan kebijakan lima hari sekolah tidak memiliki korelasi yang jelas.
Sekolah lima hari
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan Sumut, Alexander Sinulingga, menjelaskan bahwa kebijakan lima hari sekolah ini akan dituangkan dalam bentuk peraturan gubernur (pergub) yang saat ini masih dalam tahap penyusunan kajian teknis.
“Ini sedang kami susun kajian teknisnya, nantinya ini kan dituangkan dalam bentuk pergub,” kata Alex dalam keterangan persnya, Selasa (3/6/2025).
Dalam skema tersebut, siswa akan bersekolah dari Senin hingga Jumat, dengan penyesuaian jam belajar yang akan membuat siswa pulang lebih lama dari biasanya.
Alex menambahkan bahwa kebijakan ini diharapkan dapat mempererat hubungan antara siswa dan keluarga.
“Sabtu nantikan peserta didik itu full dekat dengan keluarga, ini selama ini menurut kami perlu. Selama ini, peserta didik itu waktunya lebih lama memang di sekolah, sedangkan dengan keluarga baru bisa ketemu malam hari,” jelasnya.
Baca juga:
Ia berharap kedekatan siswa dengan keluarga di akhir pekan dapat meningkatkan pengawasan orang tua terhadap anak-anak mereka, termasuk untuk mencegah kenakalan remaja.
“Kita tahu tingkat kriminalitas cukup tinggi di Sumatera Utara, jadi ini salah satu komitmen Bapak Gubernur Sumatera Utara untuk menekan tingginya tawuran, narkoba, dan kejahatan geng motor, salah satunya lewat sekolah lima hari ini,” tutup Alex.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas