
EDA WEB – secara berkala sangatlah penting, salah satunya untuk mengantisipasi terjadinya .
Health Management Specialist Corporate HR EDA WEB Gramedia dr. Santi mengatakan bahwa krisis hipertensi adalah keadaan darurat medis.
“Tekanan darah tiba-tiba meningkat secara drastis sampai 180/120 mmHg atau lebih,” sebut Santi kepada EDA WEB, Minggu (11/5/2025).
Merujuk Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), tekanan darah normal berkisar 120-129/80-84 mmHg.
Tekanan darah sudah dikatakan tinggi atau hipertensi, jika mencapai 140/90 mmHg.
Memiliki sampai 180/120 mmHg akan membuat individu berisiko tinggi mengalami berbagai komplikasi kesehatan.
Santi mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang membuat seseorang berisiko mengalami krisis hipertensi.
Faktor risiko krisis hipertensi
Santi mengatakan bahwa ada beberapa bisa terjadi pada seseorang.
Pertama, hipertensi yang tidak terkontrol. Pasalnya, ini sering terjadi pada orang yang tidak rutin , sehingga tidak tahu telah mengalami hipertensi.
tidak selalu memunculkan gejala, sehingga penting untuk cek tekanan darah rutin.
Namun, hipertensi yang tidak terkontrol sering terjadi juga pada orang yang telah didiagnosis tekanan darah tinggi.
Ia mengatakan, hal itu biasa terjadi karena pasien tidak minum obat hipertensi sesuai anjuran dokter.
dikatakannya memang umum terjadi pada orang yang telah menderita tekanan darah tinggi.
“Tetapi, bukan berarti orang tanpa riwayat hipertensi pasti terbebas dari kemungkinan terkena krisis hipertensi,” ujarnya.
Selain itu, penyebab krisis hipertensi terjadi bisa karena efek penggunaan obat-obatan tertentu, termasuk narkoba yang bersifat stimulan.
“Konsumsi obat-obatan yang berpotensi meningkatkan tekanan darah, seperti kokain, methamphetamine, dekongestan, beberapa jenis pereda nyeri, dan kortikosteroid,” sebutnya.
Ia juga memeringatkan bahwa kondisi medis tertentu juga bisa menjadi penyebab krisis hipertensi.
Kondisi medis tertentu itu, seperti penyakit ginjal, gagal jantung, stroke, kehamilan dengan preeklampsia atau eklampsia, serta gangguan endokrin.
Tidak hanya itu, ia mengatakan bahwa stres yang sangat berat atau kecemasan yang ekstrem juga bisa menjadi pemantik terjadinya krisis hipertensi.
Adapun Santi menyebutkan krisis hipertensi lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki faktor risiko, seperti usia di atas 40 tahun.
Lalu, sering makan makanan tinggi sodium (natrium), misalnya, makanan yang tinggi kadar garam meja, penyedap rasa, micin (MSG), makanan olahan, serta makanan yang mengandung pengawet, baking soda, dan baking powder.
Kebiasaan merokok juga disebutnya meningkatkan risiko seseorang bisa mengalami krisis hipertensi.
krisis hipertensi
Santi mengatakan krisis hipertensi bisa memunculkan beberapa , seperti:
- Sakit kepala hebat
- Penglihatan kabur
- Nyeri dada
- Kebingungan
- Kejan
- Mual dan muntah
- Sesak napas
- Penurunan kesadaran sampai pingsan
Namun, krisis hipertensi tidak selalu memunculkan tanda-tanda peringatan atau gejala.
Bahkan, sering kali tidak bergejala, jika belum terjadi kerusakan organ.
Organ yang rentan terpengaruh oleh tekanan darah yang sangat tinggi ini meliputi otak, jantung, ginjal, dan mata.
Jika krisis hipertensi sudah menyebabkan kerusakan organ, ini adalah jenis yang disebut sebagai hipertensi emergensi.
Jika kerusakan organ belum terjadi, jenis krisis hipertensi ini disebut sebagai hipertensi urgensi.
Perlu diketahui bahwa tekanan darah tinggi (140/90 mmHg) saja dikenal sebagai “the silent killer”, karena orang dengan kondisi ini sering tidak memiliki keluhan kesehatan, seperti penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan penyakit kronis lainnya yang menyebabkan kematian dan pembiayaan kesehatan yang besar.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk rutin cek tekanan darah secara berkala.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas