
EDA WEB – Kebutuhan penggunaan akan internet, AI, dan komputasi awan yang makin meningkat melahirkan permintaan pusat data yang signifikan.
Tapi bukan perkara yang mudah juga untuk membangun pusat data. Setidaknya ada dua alasan utama yakni keterbatasan lahan yang cukup untuk lokasinya serta ketersediaan listrik untuk dayanya.
Dua problem itu akhirnya mendorong para pengembang untuk mulai mempertimbangkan membangun fasilitas lepas pantai.
Konsep ini bukanlah hal baru. Sebagai contoh, sejak tahun 2021, Nautilus Data Technologies telah mengoperasikan pusat datanya, Stockton 1, di atas kapal tongkang kargo berukuran 90 meter yang sudah dimodifikasi.
Kapal ini berada di sungai San Joaquin, California. Konsep ini dikembangkan untuk memanfaatkan air sungai sebagai pendingin.
Baca juga:
Namun, seperti dikutip dari Power Engineering International, Senin (4/8/2025), minat terhadap konsep ini semakin meningkat.
Awal tahun ini, sebuah konsorsium Jepang yang dipimpin oleh perusahaan pelayaran NYK mengumumkan rencana untuk mendemonstrasikan pusat data terapung di dermaga Osanbashi di Yokohama.
Langkah ini adalah bagian dari upaya mereka untuk membangun fasilitas skala penuh di lepas pantai yang ditenagai oleh angin lepas pantai.
Baca juga:
Demonstrasi yang rencananya akan dimulai pada musim gugur 2025 ini akan terdiri dari pusat data dalam kontainer, dilengkapi dengan pembangkit listrik tenaga surya dan baterai penyimpanan energi, yang semuanya diletakkan di atas platform mini terapung dengan panjang sekitar 80 meter dan lebar 25 meter.
Tujuan proyek ini adalah untuk menjalankan pusat data sepenuhnya dengan energi terbarukan sambil mengevaluasi daya tahan peralatan terhadap kerusakan garam dan stabilitas operasionalnya di kondisi lepas pantai.
Menurut konsorsium, pusat data hijau terapung di lepas pantai yang beroperasi dengan 100 persen energi terbarukan tersebut akan menjadi salah satu standar baru untuk pusat data di masa depan dan berkontribusi besar terhadap terwujudnya masyarakat netral karbon.
Baca juga:
Setelah terealisasi, pusat data hijau terapung lepas pantai ini akan memungkinkan pemanfaatan tenaga angin lepas pantai yang efisien tanpa bergantung pada atau dibatasi oleh jaringan listrik darat.
Pengembang lain yang tertarik dengan konsep pusat data lepas pantai ini adalah Kinetics, anak perusahaan dari Karpowership, bersama dengan Mitsui Lines.
Proyek pengembangan pusat data terapung kedua tersebut akan diujicobakan pada tahun 2027.
Baca juga:
Namun, proyek percontohan ini akan dilaksanakan di lokasi yang belum ditentukan, menggunakan kapal berukuran 120 meter dengan kapasitas pusat data 20-70MW. Kapal ini akan ditenagai oleh powership dari armada Karadeniz.
Sebagai perbandingan, perusahaan ini juga memberikan keunggulan dan potensi besar dari membangun pusat data di atas kapal (platform terapung) dibandingkan dengan pusat data konvensional yang dibangun di darat.
Menurut perusahaan, pembangunan pusat data di atas kapal jauh lebih cepat. Mereka dapat diselesaikan dalam satu tahun, sementara pusat data konvensional di darat membutuhkan waktu hingga tiga tahun.
Kapal yang dimodifikasi, seperti kapal pengangkut mobil, memiliki ruang yang sangat besar.
Contohnya, luas lantai kapal pengangkut mobil sekitar 54.000m² setara dengan salah satu pusat data darat terbesar di Jepang. Ini menunjukkan bahwa platform terapung bukan hanya solusi untuk pusat data kecil, tetapi juga bisa menampung fasilitas berskala besar.
Baca juga:
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik .
Sumber : Kompas