
EDA WEB – Para peneliti baru-baru ini menemukan bahwa delapan kondisi kejiwaan yang berbeda memiliki akar yang sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Soo Lee, Jessica C. McAfee, dkk., dan dipublikasikan di Cell pada 6 Maret 2025 menunjukkan varian spesifik di antara gen-gen yang sama dan mengungkap bagaimana mereka berperilaku selama perkembangan otak, sehingga menyebabkan .
Melansir Science Alert pada Selasa (10/6/2025), gangguan kejiwaan yang menjadi sorotan adalah autisme, ADHD, skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan depresi mayor, sindrom Tourette, OCD, serta anoreksia.
Baca juga:
Hal itu berangkat dari hasil penelitian pada 2019, di mana tim peneliti internasional pertama kali mengidentifikasi 109 gen yang dikaitkan dalam kombinasi berbeda dengan delapan gangguan kejiwaan tersebut.
Penelitian 2019 menjelaskan mengapa gangguan kejiwaan seperti di atas sering muncul bersamaan.
Misalnya, hingga 70 persen individu yang didiagnosis autisme atau ADHA juga memiliki kondisi kejiwaan lainnya
Penelitian itu juga menjelaskan mengapa gangguan kejiwaan umum muncul bersamaan dalam satu keluarga yang sama.
Lalu, apa yang ditemukan dalam penelitian terbaru mengenai akar penyebab delapan gangguan kejiwaan? Berikut ulasannya.
Baca juga:
Temuan penelitian dari delapan gangguan kejiwaan dengan genetik
Para peneliti terbaru mengambil hampir 18.000 varian gentik bersama dan unik yang terlibat dalam gangguan kejiwaan, dan memasukkannya ke dalam sel prekursor.
Nantinya, itu yang menjadi neuron untuk melihat bagaimana mereka dapat memengaruhi ekspresi gen dalam sel-sel selama perkembangan manusia.
Hal tersebut memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi 683 yang memengaruhi regulasi gen dan mengeksplorasinya lebih lanjut dalam neuron dari tikus yang sedang berkembang.
Tim peneliti Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa banyak dari varian gentik itu tetap aktif untuk jangka waktu lama dan berpotensi memengaruhi berbagai tahap perkembangan.
“Protein yang diproduksi oleh gen-gen ini juga sangat terkait dengan protein lain,” kata Hyejung Won selaku ahli genetika dari University of North Carolina sekaligus peneliti dalam studi terbaru ini.
Won mengatakan, perubahan pada protein-protein tersebut dapat menyebar melalui jaringan, yang berpotensi menyebabkan dampak yang meluas pada otak.
Di antara banyak gen yang dikaitkan dengan 8 gangguan kejiwaan, tim penelitian menemukan varian genetik yang memiliki peran besar bernama pleiotropik.
Baca juga:
Peran varian genetik pleiotropik
Varian pleiotropik dianggap sebagai penyebab ganggian kejiwaa, karena terlibat dalam lebih banyak interaksi protein-ke-protein daripada varian gentik yang unik untuk kondisi psikologis tertentu.
Selain itu, pleiotropik aktif di lebih banyak jenis sel otak.
Varian pleiotropik juga terlibat dalam mekanisme pengaturan yang memengaruhi berbagai tahap perkembangan otak.
Kemampuan gen-gen ini untuk memengaruhi rangkaian dan jaringan proses, seperti pengaturan gen, dapat menjelaskan mengapa varian yang sama dapat berkontribusi pada kondisi gangguan kejiwaan yang berbeda.
“Pleiotropi secara tradisional dipandang sebagai tantangan karena mempersulit klasifikasi gangguan kejiwaan,” kata Won
Namun, menurutnya, memahami dasar genetik pleiotropi berpotensi untuk mengembangkan perawatan yang menargetkan faktor genetik.
Ia berpendapat bahwa temuan penelitian ini bisa menjadi strategi yang sangat berguna untuk mengatasi gangguan kejiwaan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan 1 dari 8 orang (hampir 1 miliar secara total) hidup dengan beberapa bentuk gangguan kejiwaan.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas