
KLATEN, EDA WEB – Sepeda motor bekas yang ditawarkan di lapak daring kerap dibanderol dengan harga lebih miring, bahkan tak wajar.
Berdasarkan pantauan tim redaksi EDA WEB, Minggu (22/6/2025) banderol motor Beat Rp 1,7 juta, Scoopy Rp 6,7 juta, Ninja 2 Tak Rp 8,5 juta, Jupiter MX Rp 2,5 juta dan sebagainya.
Usut punya usut, unit motor yang dijual dalam kondisi tak dilengkapi surat-surat, atau hanya ada Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) tanpa Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB).
Baca juga:
kerap dijadikan alternatif masyarakat untuk menjual atau membeli motor dengan dana terbatas.
Anang (nama samaran) (22) warga Bekasi yang merantau di Solo, Jawa Tengah mengatakan sempat menjual motor bekas dengan status STNK only karena terhimpit masalah ekonomi.
“Sebenarnya motor saya surat-surat lengkap, STNK dan BPKB ada, motornya juga terawat dan memiliki kenangan, maka dari itu ada niatan ingin menebusnya kembali,” ucap Anang kepada EDA WEB, Minggu (22/6/2025).
Baca juga:
Alih-alih menggadaikan, Anang justru menjual motornya dengan status STNK only agar bisa menerima uang lebih banyak daripada gadai.
“Saya jual motor matik tua saya Rp 3 juta, tapi dengan perjanjian akan dibeli kembali pada suatu hari nanti bila ada uang, tapi sampai saat ini saya belum hubungi kembali pembelinya,” ucap Anang.
BPKB motor tersebut saat ini disimpan oleh Anang, dengan harapan kelak memiliki uang untuk membeli kembali motor kenangan tersebut.
Baca juga:
“Saya percaya begitu saja dengan pembeli tersebut, tapi seharusnya saya tidak begitu, entahlah sudah terjadi,” ucap Anang.
Anang mengaku akhir-akhir ini mencurigai forum jual beli yang diikutinya di Facebook beranggotakan komplotan penadah atau oknum pembeli nakal.
“Soalnya tak lama setelah motor saya laku, di grup ada unggahan dari orang lain yang mengatakan motornya dibawa kabur oleh oknum pembeli, dan nomor kontaknya sama dengan pembeli motor saya,” ucap Anang.
Baca juga:
Anang mengatakan, bila masyarakat mau lebih aman memang sebaiknya membeli motor bekas dengan dokumen lengkap. Ada BPKB , STNK, nomor mesin dan rangka sesuai.
“Meski harganya standar, itu jauh lebih aman,” ucap Anang.
Anam (nama samaran) (35) warga Klaten mengatakan, sempat membeli motor bekas STNK only karena jauh lebih murah.
“Yang penting motor sehat, bisa dipakai untuk mobilitas di kampung, itu masih aman, kalau untuk jarak jauh sebaiknya dipikir kembali,” ucap Anam kepada EDA WEB, Minggu (22/6/2025)
Baca juga:
Anam mengatakan, saat ini motor menjadi kebutuhan primer, khususnya bagi warga yang tinggal di pedesaan, dengan fasilitas angkutan umum terbatas.
“Motor jadi andalan, misal untuk ke pasar, sawah, dan lainnya, jadi tidak perlu motor baru, bekas asal sehat masih bisa jadi pertimbangan, meski STNK only,” ucap Anam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas