
PORT CHARLOTTE, EDA WEB — , kakak Robert Francis Prevost yang kini menjadi , masih terkejut atas terpilihnya sang adik sebagai pemimpin tertinggi Sedunia.
Terpilihnya Paus Leo XIV ini mengingatkannya akan kenangan masa kecil Robert yang gemar bermain menirukan seorang pastor.
“Kami sudah tahu sejak dia umur lima atau enam tahun bahwa dia ingin jadi pastor,” ungkap Louis (73) kepada AFP, Sabtu (10/5/2025).
“Saat kami bermain, dia sering pura-pura jadi pastor. Dia bahkan membeli permen Necco, yang dia anggap sebagai hosti, lalu membagikannya seperti dalam misa,” kenangnya sambil tersenyum.
Louis dan teman-temannya sering menggoda Robert kecil dengan berkata, “Suatu hari nanti kamu akan jadi paus.” Namun, waktu itu gurauan itu malah membuat sang adik cemberut.
Beberapa dekade kemudian, candaan masa kecil itu menjadi kenyataan. Pada Kamis (8/5/2025), dunia menyaksikan asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina, tanda bahwa kardinal baru telah terpilih sebagai Paus.
Ketika nama Robert diumumkan oleh Kardinal Dominique Mamberti dari balkon Vatikan, Louis merasa dunia berhenti sejenak.
“Saya sedang duduk di kasur. Untung saja, kalau tidak, saya mungkin jatuh pingsan saking terkejutnya,” kata Louis.
“Pikiran saya langsung, ‘Adikku jadi paus?’ Ini bukan lelucon kan? Ini benar-benar luar biasa,” imbuhnya.
Antara bangga dan cemas
Kebanggaan sebagai keluarga paus pun diiringi rasa haru dan pertanyaan baru.
Louis kini bertanya-tanya, apakah hubungan mereka sebagai kakak-adik masih bisa sama seperti dulu.
“Apakah kami masih bisa mengobrol seperti biasa? Atau harus pakai panggilan resmi; Yang Mulia, Bapa Suci, dan seterusnya?” ujarnya.
“Kami tak bisa lagi seenaknya menelepon dia. Pasti harus lewat jalur khusus,” tambahnya.
Namun, Louis tetap berharap mereka bisa menjaga hubungan keluarga. Ia menantikan kabar dari kakaknya yang lain, John, yang akan segera mengunjungi Roma dari kampung halaman mereka di Chicago.
Lebih dari sekadar urusan pribadi, Louis percaya kepemimpinan Paus Leo XIV bisa membawa pengaruh besar bagi Gereja Katolik dan dunia.
Ia mengenal adiknya sebagai sosok yang mampu mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, bahkan dalam waktu singkat.
“Saya pernah melihatnya menyatukan dua kelompok yang saling bermusuhan hanya dalam lima menit,” katanya bangga.
“Dia punya bakat untuk menyentuh hati orang dan membuka mata mereka,” ucapnya.
Harapan untuk Gereja di Amerika
Sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat, Leo XIV diharapkan bisa menghidupkan kembali semangat keagamaan di tanah kelahirannya.
Menurut Louis, umat akan lebih mudah merasa terhubung dengannya karena ia berbicara dalam bahasa yang mereka pahami.
“Ketika dia datang ke Amerika, dia akan bicara dalam bahasa Inggris, bukan Latin atau Italia. Orang-orang akan mengerti, dan menyadari bahwa dia salah satu dari kita,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas