Masih Banyak Prodi Kesehatan di Indonesia Akreditasi C, Apa Solusinya?

  
Masih Banyak Prodi Kesehatan di Indonesia Akreditasi C

EDA WEB – LAM-PTKes melaporkan bahwa dari 4974 program studi kesehatan yang telah diakreditasi hingga April 2025, sekitar 24 persen masih berada di predikat C atau baik.

Hal ini menjadi angka yang mengkhawatirkan, mengingat pendidikan kesehatan seharusnya menjadi prioritas utama.

Terlebih, untuk menghasilkan tenaga kerja yang unggul dan profesional di tengah masyarakat.

“Saya rasa akreditasi bukan stempel saja, tapi tentang keselamatan nyawa kita semua. Masa depan daripada masa depan kita,” ucap ketua LAM-PTKes, Usman Chatib Warsa, dalam sebuah kegiatan seminar dan konferensi pers pada Selasa (5/8/2025).

Baca juga:

Meski sering dianggap sebagai formalitas, akreditasi justru menjadi penentu kualitas lulusan.

Dalam konteks pendidikan kesehatan, peringkat bukan hanya soal kurikulum atau fasilitas, tapi tentang seberapa siap lulusan melayani masyarakat. Serta, perlindungan bagi pasien dan publik.

Tak hanya berdampak di tingkat nasional, akreditasi juga menentukan posisi Indonesia di kancah internasional.

Baca juga:

Mulai 2024, dokter dari prodi yang tidak terakreditasi oleh lembaga yang diakui World Federation for Medical Education (WFME) tidak diperbolehkan mengikuti ujian lisensi di Amerika Serikat.

Artinya, tanpa akreditasi yang berstandar global, ijazah tenaga kesehatan Indonesia terancam tidak diakui dunia.

Kondisi ini mendorong lembaga-lembaga akreditasi di Indonesia, termasuk yang menangani bidang kesehatan, untuk menyesuaikan diri dengan standar internasional dan menata ulang pendekatan penilaian mutu secara lebih menyeluruh. Salah satunya LAM-PTKes.

Baca juga:

Bukan soal gedung, tapi dampak dan pendampingan

Pendekatan akreditasi kini bukan soal rasio gedung, persentase profesor dan dokter, atau elemen administratif lainnya. Namun, bergeser ke basis manfaat (outcome-based) dengan menilai sejauh mana lulusan mampu memberi dampak di tengah masyarakat.

Wakil Menteri Pendidikan Nasional Indonesia tahun 2010-2011, Fasli Jalal, turut memberikan tanggapan perihal ini. Ia telah lama berkecimpung dalam pengembangan kebijakan pendidikan dan kesehatan masyarakat.

“Sumbangsi dia (prodi) pada daerahnya, pada masyarakatnya. Itu lebih tinggi nilainya. Nah, mudah-mudahan tidak lagi rasio gedung ini punya berapa persen profesor atau dokter. Itu sudah masa lalu. Penting untuk melihat kualitas tetapi manfaat tadi itu akan menjadi sangat menentukan,” jelasnya.

Selain berfokus pada dampak, peran pembinaan juga dikedepankan. Proses penilaian kini disertai dengan pendampingan aktif terhadap program studi yang belum mencapai standar.

Baca juga:

“Jadi betul-betul LAM ini bukan hanya menilai. Tapi kita harus jadi agent of chase, yaitu menggunakan semua fasilitas kita untuk mendorong mereka,” jelas Ketua LAM-PTKes, Usman Chatib Warsa.

Titi Savitri, Presiden South East Asia Regional Association for Medical Education (SEARAME), turut menambahkan bahwa akreditasi saat ini lebih populer dipahami sebagai bentuk quality improvement dibanding quality assurance yang berbasis audit semata.

Prodi peringkat unggul harus turun tangan

LAM-PTKes juga mengusulkan model kolaborasi antar prodi sebagai bagian dari pembinaan menyeluruh. Program studi yang telah meraih predikat Unggul diharapkan tidak berjalan sendiri, tapi turut mendorong peningkatan kualitas prodi lain yang masih butuh bimbingan.

Secara mutualistik, prodi unggul dapat memperluas kontribusinya sekaligus memperkuat kualitas pendidikan kesehatan. Sementara itu, prodi yang belum unggul bisa menikmati proses pengembangan secara bertahap dan pada akhirnya turut memberi dampak nyata bagi masyarakat.

Baca juga:

“Kita belum memaksimalkan potensi yang meraksasa-raksasa ini. Untuk bertugas mengangkat itu (dampak),” ujar Fasli.

Potensi besar dari program studi unggulan dinilai belum dimaksimalkan sepenuhnya untuk mendorong dampak yang lebih luas.

Dalam sistem pembinaan, prodi unggul dapat dilibatkan untuk mendampingi prodi lain.

Bukan hanya yang unggul, tapi juga yang berkembang. Hal terpenting adalah memetakan kebutuhan pendampingan dan memastikan pihak yang tepat berada dalam posisi untuk melakukannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas