Pantangan Malam 1 Suro, Jangan Keluar Rumah dan Gelar Hajatan

  
Kapan Malam 1 Suro 2025? Awal Tahun Jawa yang Penuh Makna dan Mitos

EDA WEB – Malam menjadi momen sakral yang penuh makna bagi masyarakat Jawa. Waktu ini menandai pergantian tahun dalam kalender Jawa dan diperingati dengan berbagai ritual adat serta pantangan yang diyakini secara turun-temurun.

Pada tahun 2025, malam 1 1959 dalam kalender Jawa akan jatuh pada Kamis malam, 26 Juni 2025, dan tanggal 1 Suro bertepatan dengan 27 Juni 2025.

Malam tersebut dikenal sebagai malam keramat yang diyakini memiliki energi spiritual tinggi.

Baca juga:

Asal-Usul Kalender Jawa dan Malam 1 Suro

Kalender Jawa pertama kali diciptakan oleh Sultan Agung dari Kerajaan Mataram yang memerintah antara tahun 1613-1645.

Ia menggabungkan sistem penanggalan Saka Hindu dengan kalender Hijriah (Islam), sehingga 1 Suro selalu bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriah.

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa, malam 1 Suro merupakan waktu untuk berintrospeksi diri, bertirakat, dan bermeditasi.

Ritual-ritual tersebut dijalankan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Baca juga:

Tradisi Perayaan Malam 1 Suro di Berbagai Daerah

Sejumlah daerah di Pulau Jawa, khususnya yang masih meneruskan warisan budaya Mataram, rutin menggelar tradisi khusus untuk menyambut malam 1 Suro:

Keraton Surakarta, Solo, menggelar Kirab Pusaka Malam 1 Suro dengan arak-arakan kebo bule, yang dianggap sebagai lambang kekuatan dan kesucian.

Keraton Yogyakarta menyelenggarakan Mubeng Beteng dan Tapa Bisu, yakni ritual berjalan kaki mengelilingi benteng keraton tanpa berbicara, sebagai bentuk laku batin dan penyucian diri.

Di Cirebon, Jawa Barat, Keraton Kanoman memperingatinya dengan pembacaan Babad Cirebon (sejarah Cirebon).

Di Magetan, Jawa Timur, masyarakat mengadakan upacara Andum Berkah Bolu Rahayu. Bolu tersebut dipercaya mengandung doa dan keberkahan bagi siapa pun yang memakannya.

Baca juga:

yang Diyakini Masyarakat Jawa

Selain perayaan, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kepercayaan masyarakat. Pantangan ini dipatuhi agar terhindar dari kesialan maupun gangguan gaib.

Berikut sejumlah pantangan malam 1 Suro yang umum dipegang teguh masyarakat Jawa:

1. Larangan Keluar Rumah Tanpa Kepentingan

Baca juga:

Pantangan paling dikenal adalah tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa alasan penting. Konon, malam 1 Suro adalah saat makhluk halus dan roh leluhur berkeliaran. Keluar rumah sembarangan dikhawatirkan dapat mengundang gangguan gaib atau kesialan.

Beberapa masyarakat bahkan mempercayai bahwa orang yang memiliki weton tertentu sangat rawan menjadi target tumbal pesugihan, karena malam ini dipercaya sebagai waktu bagi para pelaku ilmu hitam mencari korban.

2. Menghindari Gelar Hajatan atau Pesta Pernikahan

Baca juga:

Menggelar pesta pernikahan atau hajatan lain pada malam ini dianggap tabu. Masyarakat percaya bahwa hajatan di malam 1 Suro bisa mengundang malapetaka atau gangguan spiritual.

Menurut sejarah, Sultan Agung sendiri melarang rakyatnya menyelenggarakan acara besar pada malam 1 Suro, demi menciptakan suasana hening dan khusyuk dalam doa.

Walaupun dalam Islam tidak ada larangan menikah di bulan Muhram, namun masyarakat Jawa tetap menjadikannya sebagai bagian dari kearifan lokal.

Baca juga:

3. Larangan Pindah atau Membangun Rumah

Pindah rumah atau memulai pembangunan rumah di malam 1 Suro diyakini bisa mendatangkan kesialan, penyakit, hingga hambatan rezeki. Oleh karena itu, masyarakat memilih menunda aktivitas semacam ini hingga melewati tanggal 1 Suro.

4. Tidak Boleh Berisik atau Berkata Kasar

Baca juga:

Malam 1 Suro juga identik dengan keheningan. Berbicara keras, tertawa lepas, atau berkata kasar dianggap tidak sopan karena malam tersebut adalah saat untuk menyepi dan menyucikan diri.

Ritual Tapa Bisu yang dilakukan masyarakat Yogyakarta adalah contoh nyata bagaimana malam ini dihormati dengan diam total, tanpa makan, minum, atau merokok. Suasana hening dianggap sebagai bagian dari tirakat dan penguatan spiritual.

Meski terdengar mistis, pantangan malam 1 Suro sebenarnya mengandung nilai-nilai luhur. Filosofinya adalah untuk “eling lan waspada”—ingat kepada Tuhan dan waspada terhadap bahaya duniawi.

Baca juga:

Tradisi ini juga mengajarkan tentang penghormatan kepada leluhur, introspeksi diri, dan penyeimbangan antara dunia lahir dan batin.

Kini, sebagian masyarakat modern memang mulai menyesuaikan pelaksanaan tradisi malam 1 Suro dengan pendekatan yang lebih rasional dan kontekstual, tanpa mengurangi esensi spiritualnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas