
EDA WEB – dikenal sebagai tokoh politik Indonesia yang telah berjuang sejak masa kolonial Hindia Belanda hingga kemerdekaan.
Lahir pada 25 November 1908 di Sleman, Yogyakarta, Sayuti Melik aktif di dunia aktivisme dan pergerakan sejak tahun 1920-an.
dalam membantu Indonesia meraih kemerdekaan cukup merepotkan pihak pemerintah kolonial.
Tak ayal, kamar penjara menjadi tempat yang akrab bagi Sayuti Melik sebagai risiko atas jalan hidup yang dipilihnya.
Keluar masuk penjara
Saat muda, Sayuti Melik pernah dipenjara di Banyumas dan Boven Digul karena keterlibatannya dalam gerakan politik.
Pemerintah kolonial mencurigai Sayuti Melik terlibat dalam . Ia pun dipenjara di Banyumas, sebelum dipindah ke Boven Digul pada 1927.
Saat bebas dari penjara kolonial Belanda pada 1933, tak berhenti. Ia terlibat dalam organisasi bawah tanah Southeast Asia Anti-Imperialism League (Liga Anti Imprealisme Asia Tenggara) bersama tokoh-tokoh dari berbagai negara.
Melalui organisasi ini, Sayuti Melik menjalin dengan orang-orang Melayu, China, Vietnam, Filipina, Inggris dan Perancis.
Pada 1936, Sayuti Melik ditangkap oleh polisi rahasia Inggris dan dipenjara di Singapura, sebelum kemudian dideportasi ke Indonesia pada awal 1937.
Sayuti Melik ditahan di Gang Tengah Jakarta sampai awal 1938. Ketika kekuasaan Hindia Belanda runtuh, Sayuti Melik tetap konsisten di ranah perjuangan, meski harus menghadapi fasisme Jepang.
Tak heran, pada , Sayuti Melik kembali ditahan dengan tuduhan terlibat aktivitas anti-Jepang melalui pamflet-pamflet revolusioner.
Sayuti Melik dianggap bertanggung jawab atas ajakan melawan Jepang, dan dikenai hukuman tiga tahun penjara di Ambarawa. Ia baru bebas pada tahun 1945 setelah mendekam sebagai tahanan politik.
Mengetik
Setelah bebas, perjuangan Sayuti Melik kembali berlanjut untuk kemerdekaan Indonesia. Ia menerima surat dari Soekarno dan Mohammad Hatta yang memintanya segera ke Jakarta untuk membantu persiapan proklamasi.
Sayuti Melik bertemu dengan Soekarno pada 15 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur, setelah Soekarno kembali dari pertemuan dengan Jenderal Terauchi di Saigon.
Sayuti Melik lantas dilibatkan dalam penyusunan di rumah Laksamana Maeda. Sepanjang malam, naskah itu disusun.
Untuk menjaga perasaan pihak Jepang, Soekarno merancang sebuah pernyataan yang cenderung bersahaja, alih-alih memakai bahasa yang berapi-api.
Pada saat perancangan naskah proklamasi ini, perdebatan mengemuka tentang siapa yang akan menandatangani teks proklamasi tersebut.
Akhirnya, setelah melalui diskusi, forum menyepakati untuk meminta Soekarno dan Hatta sebagai wakil sah bangsa Indonesia membubuhkan tanda tangannya.
Sayuti Melik lantas membantu mengetik naskah proklamasi. Ia juga melakukan beberapa perubahan, seperti mengganti “Wakil-wakil bangsa Indonesia” menjadi “Atas nama Bangsa Indonesia”, serta menambahkan nama “Soekarno-Hatta”.
Naskah hasil ketikan Sayuti Melik inilah yang dibacakan oleh Soekarno pada 17 Agustus 1945 sebagai deklarasi resmi kemerdekaan Indonesia.
Refrensi:
- David Nurmansyah, (2017), “Polemik Artikel Beladjar Memahami Sukarnoisme Karya Sayuti Melik Tahun 1964″, Avatara, e-Journal Pendidikan Sejarah, Vol. 5(1), 52-66.
- M.C. Ricklefs. 2010. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas