Cara Iran Bertahan dari Sanksi AS dan Sekutunya Sejak 1990-an

  
Cara Iran Bertahan dari Sanksi AS dan Sekutunya Sejak 1990-an

EDA WEB – Iran merupakan negara Timur Tengah yang mengalami berbagai sanksi dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Bersama sekutunya, sudah diterapkan sejak tahun 1990-an. Hal ini bertujuan untuk melemahkan posisi Iran.

Tuduhan bahwa Iran membantu jaringan teroris hingga mengembangkan senjata nuklir menjadi alasan AS dan sekutunya memberlakukan sanksi kepada Iran.

Sanksi ini mulai intensif diterapkan AS di era pemerintahan Bill Clinton (1993-2001) melalui kebijakan “dual containment” yang ditujukan untuk mengatasi ancaman dari Irak dan Iran.

Iran juga masih belum lepas dari sanksi AS dan sekutunya pada 2025, termasuk ketika pada 2025 meletus sejak awal Juni lalu. Lantas, bagaimana cara Iran bertahan dari sanksi AS dan sekutunya?

Baca juga:

Menjalin kerja sama ekonomi regional

Untuk menyikapi sanksi dari AS dan sekutunya, bertahan adalah membangun hubungan ekonomi dan perdagangan regional. Mereka juga menjalin kemitraan internasional dengan beberapa negara Asia.

Pada tahun 1994, Iran meningkatkan hubungan dagang dengan negara-negara tetangga. Iran juga memanfaatkan perjanjian jangka panjang dengan Rusia.

Sebagai timbal balik, Rusia menjadi pemasok utama pesawat tempur, kapal selam, dan juga membangun reaktor nuklir di Iran selatan dengan nilai investasi mencapai $800 juta.

Hubunga Iran-Rusia juga meningkatkan daya tawar Iran di hadapan dunia Barat. Iran juga menjalin kerja sama strategis dengan bekas republik Soviet untuk memanfaatkan jalur transit minyak dan gas dari Asia Tengah.

Kesepakatan dengan Turkmenistan, Turki, dan Kazakhstan memperkuat posisi Iran sebagai pusat transit energi. Misalnya, pembangunan jaringan pipa gas sepanjang 900 mil yang menghubungkan Iran ke Turki dan kesepakatan pertukaran minyak dengan Kazakhstan.

Di wilayah Teluk Persia, Iran memanfaatkan hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai jalur impor tidak langsung. Antara 1978 dan 1996, volume ekspor ulang dari UEA ke Iran meningkat lima kali lipat.

Situasi ini mendukung meskipun tengah disanksi Barat. Turki juga menjadi mitra penting dengan fokus pada kepentingan ekonomi bersama, meski terdapat ketegangan diplomatik terkait isu Kurdi.

Baca juga:

Mencari pasar di Asia

Kemitraan Iran dengan negara-negara di Asia juga semakin berkembang. Pada 2000-an, China menjadi salah satu . Sejak itu, kian hangat.

Pada 2006, China dan Iran menandatangani kesepakatan senilai $100 miliar untuk pembelian gas alam dan minyak selama 25 tahun, termasuk pengembangan ladang eksplorasi.

Perusahaan energi besar China seperti CNOOC juga berinvestasi sebesar $16 miliar di Iran pada tahun 2007. Selain itu, China memainkan peran diplomatik penting dengan mendukung program nuklir damai Iran dan menolak upaya Barat untuk membawa Iran ke Dewan Keamanan PBB.

Tak hanya itu, Iran terus meningkatkan intensitas perdagangan dengan India. Pada 1995, pembentukan kamar dagang India-Iran menjadi tonggak baru dalam hubungan ekonomi kedua negara.

Mereka juga membentuk perusahaan pelayaran bersama dan meluncurkan proyek pupuk senilai $400 juta. Selain itu, Iran mengusulkan pembangunan jaringan pipa bawah laut yang menghubungkan Iran ke India melalui Pakistan untuk ekspor gas alam.

Baca juga:

Meluaskan pasar hingga Afrika

Venezuela juga menjadi strategi lain untuk menghadapi tekanan Barat. Kedua pihak adalah negara pengekspor minyak dan memiliki pandangan anti-Amerika, terutama saat Hugo Chavez menjadi presiden Venezuela.

Iran juga memperkuat hubungan dengan negara-negara dunia ketiga seperti Brasil, Nikaragua, dan Korea Utara, serta memperbaiki hubungan dengan negara-negara Timur Tengah, termasuk Arab Saudi, Suriah, dan Palestina.

Di Afrika, Afrika Selatan juga menjadi penopang ekonomi. Sejak 1994, Afrika Selatan mulai membeli minyak mentah dari Iran.

Bagi Afrika Selatan, Iran menjadi sumber utama impor energi mereka. Kemitraan ini melibatkan pertukaran kunjungan tingkat tinggi untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara.

Berbagai upaya Iran ini tidak sepenuhnya membebaskan negara tersebut dari dampak sanksi, tetapi berhasil memberikan ruang bagi kelangsungan ekonomi mereka.

Dengan begitu, Iran masih bisa bertahan, bahkan mampu menjaga aliran perdagangan dan sumber daya energi mereka, kendati menghadapi tekanan berat dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Referensi:

  • Hooman Estelami, (1999), “A Study of Iran’s Responses to U.S. Economic Sanctions”, Middle East Review of International Affairs, Vol. 3(3).
  • Deko Hartoni, (2015), “Kebijakan Politik Mahmoud Ahmadinejad Periode 2005-2009”, Skripsi, UIN Sunan Kalijaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas