
BANDUNG, EDA WEB – Gubernur Jawa Barat menerapkan pembatasan jam malam bagi pelajar serta penerapan pada pukul 06.00 WIB pagi.
Melalui Surat Edaran Gubernur Jabar Nomor 51/PA.03/Disdik, Dedi mendorong bupati dan wali kota untuk mengoordinasikan penerapan kebijakan tersebut hingga tingkat kecamatan dan desa.
Pengamat analisis , Prof. Cecep Darmawan, menilai bahwa kebijakan ini perlu dilihat secara utuh dan menyeluruh, bukan semata soal teknis.
Baca juga:
“Pak Dedi ini punya pendekatan yang berbeda dibanding Gubernur sebelumnya. Ia hadir dengan kebijakan-kebijakan yang bisa dibilang mengejutkan, termasuk soal jam malam dan jam sekolah pagi,” kata Cecep saat dihubungi, Selasa (3/6/2025).
Cecep menilai kebijakan ini untuk membangun karakter siswa Jawa Barat melalui pembiasaan hidup disiplin sejak dini.
Menurutnya, Gubernur Jabar Dedi Mulyadi ingin menanamkan nilai-nilai karakter yang terkandung dalam konsep Pancawaluya, yakni cageur (sehat), bageur (berbudi pekerti), pinter (berpengetahuan), singer (cekatan), dan bener (berintegrasi).
“Beliau ini ingin membentuk kebiasaan anak bangun lebih pagi sehingga lebih siap, lebih siaga. Karena mungkin ini respons atas kondisi sekarang di mana anak-anak cenderung tidur larut malam karena media sosial,” kata Cecep.
Baca juga:
Cecep menekankan bahwa implementasi kebijakan ini sebaiknya dilakukan secara bertahap, dengan prinsip uji coba terlebih dahulu.
Ia menyadari tantangan besar dalam kebijakan ini adalah daerah terpencil yang memiliki keterbatasan akses jalan dan transportasi.
“Untuk anak-anak SD dan SMP di pelosok daerah kabupaten yang jauh dari perkotaan, sekolahnya jauh dari rumah, dan mungkin kendaraan belum tersedia atau agak susah kalau jam pagi segitu, ini harus dipertimbangkan betul, bisa enggak pemerintah daerahnya memfasilitasi supaya lebih peduli juga kepada anak-anak di daerahnya,” ucap Cecep.
Jam Malam
Terkait pro kontra soal jam malam, Cecep menilai bahwa hal tersebut sebagai proses penyesuaian.
“Memang berat di awal, sebetulnya ini bukan membatasi kebebasan, tetapi membangun disiplin. Anak-anak usia sekolah memang sebaiknya belajar lebih banyak daripada keluyuran,” tuturnya.
“Kalau sudah terbiasa jam malam ini akan jadi rutinitas biasa. Saya sih setuju ya (dengan kebijakan ini) supaya anak lebih banyak belajar,” katanya.
Baca juga:
Cecep juga menegaskan bahwa kegiatan keagamaan, sosial, dan edukatif tetap diperbolehkan.
Ia menilai kebijakan ini cukup fleksibel dan masih memberikan ruang gerak yang sehat bagi siswa sebagaimana tertuang dalam surat edaran pemerintah.
Menurut Cecep, keberhasilan implementasi kebijakan ini bergantung pada dukungan semua pihak, terutama keluarga, pemerintah daerah, hingga tokoh masyarakat.
Ia juga menekankan pentingnya pemerintah daerah setempat dalam memastikan akses jalan, transportasi, dan keamanan siswa-siswinya, terutama yang berada di daerah pelosok.
“Gubernur jangan sampai one man show, harus ada dukungan dari bupati, wali kota, aparat keamanan, bahkan sampai lurah dan kepala desa. Termasuk keluarga. Pendidikan karakter ini akan efektif kalau rumah dan lingkungan turut mendukung,” ujar Cecep.
Cecep juga mendorong adanya evaluasi setelah masa uji coba kebijakan ini selesai untuk mengetahui di mana letak kekurangan dan perbaikan yang perlu dilakukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas