Soroti Tambang Nikel Raja Ampat, Cinta Laura: Capek Dengar “Demi Kemajuan Bangsa” tapi yang Nikmati Cuma Segelintir Elit

  
Soroti Tambang Nikel Raja Ampat

EDA WEB – Aktris kembali menyuarakan kritik melalui media sosial pribadinya.

Kali ini, Cinta Laura menyoroti isu di Pulau Gag kawasan , Papua Barat Daya, yang belakangan menjadi sorotan publik karena potensi kerusakan lingkungan yang mengancam salah satu ekosistem laut terkaya di dunia.

Melalui unggahan di Instagram, Selasa (10/6/2025), Cinta Laura menyampaikan keresahannya terhadap praktik eksploitasi sumber daya alam yang menurutnya hanya menguntungkan kelompok tertentu.

Baca juga:

Capek dengar ‘ini demi kemajuan bangsa’ tapi yang maju cuma segelintir elite. Yang mundur? Rakyat kecil yang kehilangan tanah, air, masa depan,” tulis Cinta Laura.

Cinta Laura juga menegaskan bahwa Raja Ampat bukan sekadar “aset nasional”, melainkan rumah dan identitas bagi masyarakat adat yang telah hidup di sana selama turun-temurun.

Raja Ampat bukan cuma ‘aset nasional’. Itu rumah. Itu identitas. Itu kehidupan,” tegas Cinta Laura.

Baca juga:

Dalam akhir pernyataannya, Cinta Laura menyerukan agar kawasan Raja Ampat tidak diperlakukan sebagai wilayah yang bisa diganti atau dieksploitasi begitu saja.

Stop treating our last paradise like it’s replaceable. IT’S NOT. Enough is enough,” tutupnya.

Pernyataan Cinta Laura ini menuai dukungan dari banyak warganet dan aktivis lingkungan, yang menganggap suara publik figur seperti dirinya sangat penting dalam menekan kebijakan yang berdampak pada lingkungan dan hak masyarakat adat.

Baca juga:

Isu tambang nikel di Raja Ampat sendiri telah menuai polemik sejak awal 2024, ketika izin usaha pertambangan (IUP) di kawasan tersebut mulai dikaji ulang.

Banyak pihak, termasuk organisasi lingkungan dan tokoh adat, menentang aktivitas tambang karena dikhawatirkan merusak terumbu karang dan kawasan hutan tropis yang menjadi rumah berbagai spesies endemik.

Baca juga:

Pulau Gag merupakan salah satu pulau di gugusan Raja Ampat yang dikenal dengan keindahan dan kekayaan biodiversitas lautnya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, pulau ini menjadi sorotan karena adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tambang nikel yang dianggap merusak ekosistem.

Raja Ampat merupakan salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia dan telah menjadi ikon pariwisata berkelanjutan Indonesia.

Baca juga:

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul kekhawatiran dari aktivis lingkungan, tokoh adat, dan tokoh publik, terhadap masuknya industri tambang, termasuk tambang nikel yang dianggap mengancam ekosistem laut dan darat di wilayah tersebut.

Diketahui, aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, tengah menjadi sorotan publik. Kawasan yang dikenal sebagai surga biodiversitas laut ini terancam oleh dampak lingkungan dari operasi tambang, terutama di Pulau Gag, Kawe, dan Manuran.

Baca juga:

Dalam berbagai dokumentasi, terlihat alat-alat berat membabat hutan dan merusak lingkungan yang selama ini dikenal sebagai salah satu wisata alam terindah di dunia.

Raja Ampat dikenal sebagai pusat segitiga terumbu karang dunia, rumah bagi lebih dari 1.400 spesies ikan dan 75 persen jenis karang yang ada di dunia. Kehilangan kekayaan hayati ini bukan hanya kerugian nasional, tapi juga global.

Baca juga:

Dari data Kementerian ESDM, terdapat lima Izin Usaha Pertambangan (IUP) nikel di Raja Ampat.
Keberadaan tambang tersebut memicu kekhawatiran akan kerusakan ekosistem, terutama di kawasan pesisir dan laut.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyebut tambang itu legal dan memiliki izin, namun pemerintah tetap akan memanggil pemilik konsesi untuk dimintai pertanggungjawaban terkait dampak lingkungan.

Bahlil mengklaim, saat ini seluruh aktivitas tambang sudah dihentikan sementara.

Baca juga:

Laporan media dan warga lokal menyebutkan bahwa kegiatan eksploitasi tambang telah menyebabkan sedimentasi berat yang mengganggu kehidupan biota laut dan merusak keindahan bawah laut Raja Ampat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas