
NEW YORK, EDA WEB – Sebanyak sekitar 3.200 pekerja divisi pertahanan melakukan aksi pada Senin (4/8/2025).
Aksi ini adalah pukulan baru bagi Boeing, raksasa penerbangan yang sedang berjuang memperbaiki kinerja.
Dikutip dari BBC, aksi mogok ini terjadi setelah anggota serikat pekerja Boeing di fasilitas produksi di Missouri dan Illinois, AS yang memproduksi jet tempur F-15 dan pesawat militer lainnya, menolak tawaran terbaru perusahaan terkait gaji, jadwal kerja, dan pensiun.
Baca juga:
“Kami kecewa karena karyawan kami menolak tawaran yang menawarkan pertumbuhan upah rata-rata 40 persen,” ujar Dan Gillian, wakil presiden unit Dominasi Udara Boeing, dalam sebuah pernyataan.
Boeing sedang berjuang untuk bangkit setelah serangkaian masalah, termasuk masalah keselamatan dan aksi mogok kerja yang merugikan selama hampir delapan minggu oleh para pekerja pesawat penumpang tahun lalu.
Aksi mogok kerja ini dipimpin oleh cabang lokal dari Asosiasi Pekerja Mesin dan Dirgantara Internasional (IAM) yang berbasis di St. Louis, lokasi pusat manufaktur pertahanan Boeing.
“3.200 anggota Serikat Pekerja IAM yang berkeahlian tinggi di Boeing mogok kerja tengah malam karena sudah cukup. Ini tentang rasa hormat dan martabat, bukan janji kosong,” tulis serikat pekerja di X.
Baca juga:
IAM adalah salah satu serikat pekerja terbesar di AS, mewakili sekitar 600.000 anggota di industri kedirgantaraan, pertahanan, pembuatan kapal, dan manufaktur.
Ini adalah aksi mogok pertama di divisi pertahanan Boeing sejak tahun 1996, ketika pekerjaan terhenti selama lebih dari tiga bulan.
CEO Boeing sebut dampak aksi mogok kerja tak signifikan
Namun pekan lalu, CEO Boeing Kelly Ortberg mengecilkan potensi dampak dari aksi mogok tersebut.
Ia menekankan bahwa aksi mogok tersebut akan jauh lebih kecil daripada aksi mogok tahun lalu yang melibatkan sekitar 30.000 pekerja pesawat penumpang yang merugikan perusahaan miliaran dollar AS.
Baca juga:
“Saya tidak akan terlalu khawatir tentang implikasi dari aksi mogok ini. Kami akan mengatasinya,” kata Ortberg.
Boeing tengah berupaya bangkit dari krisis
Boeing telah dilanda serangkaian krisis dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua kecelakaan fatal dan ledakan dramatis di udara yang melibatkan salah satu bagian pesawatnya.
Pada tahun 2018, pesawat Boeing 737 MAX yang dioperasikan Lion Air jatuh setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Indonesia, menewaskan seluruh 189 orang di dalamnya.
Beberapa bulan kemudian, 157 orang tewas ketika sebuah pesawat Boeing 737 MAX yang dioperasikan Ethiopian Airlines jatuh tak lama setelah lepas landas di Ethiopia.
Baca juga:
Kemudian pada tahun 2024, sebuah panel yang dipasang di atas pintu darurat Boeing 737 MAX yang tidak digunakan terlepas di tengah penerbangan.
Boeing hanya mengirimkan 348 pesawat kepada pelanggannya sepanjang tahun 2024 lalu, yang merupakan jumlah produksi terendah sejak pandemi Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas