
EDA WEB – Jelang bergulirnya , Direktur Utama menorehkan prestasi membanggakan.
Seperti diketahui namanya belakangan ini tidak hanya menggema di kalangan suporter Yogyakarta, tetapi juga pencinta sepak bola Indonesia.
Ia mendapat kesempatan langka, dengan menjadi satu dari 15 dunia yang mengikuti espnW Global Sports Mentoring Program (GSMP): Women in Sport.
Program itu digagas oleh Departemen Luar Negeri , bekerja sama dengan ESPN dan Women Win.
Baca juga:
“Awalnya, Kedutaan Besar Amerika Serikat menghubungi PT LIB untuk meminta rekomendasi dan kontak pribadi saya,” kata kepada EDA WEB mengenang proses awal terpilih dalam program ini.
Meski tidak semudah mengisi formulir, perjalanan seleksinya cukup panjang dan kompetitif.
Ia menjalani dua wawancara langsung di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta dan mesti melengkapi berkas administratif yang ketat.
Baca juga:
Tahap berikutnya adalah menghadapi satu sesi wawancara daring dengan perwakilan dari Departemen Luar Negeri AS.
“Dari sekitar 300 kandidat yang mendaftar dari 100 negara, saya berhasil masuk ke dalam 30 besar, dan akhirnya terpilih sebagai salah satu dari 15 peserta terpilih secara global. Bagi saya, ini sebuah kehormatan besar sekaligus tanggung jawab,” imbuhnya.
Membawa Misi Inklusivitas dan Kepemimpinan
Keikutsertaan Liana Tasno di program GSMP bukan sekadar simbolis. Ia datang dengan misi jelas yaitu memperjuangkan ruang yang lebih inklusif dan setara di dunia olahraga Indonesia, khususnya bagi perempuan.
“Saya membawa misi untuk menciptakan ekosistem olahraga yang lebih inklusif dan berkelanjutan, khususnya bagi perempuan dan generasi muda di Indonesia,” kata Creative Marketing Associate di IBL atau Indonesian Basketball League 2016 itu.
Untuk itu ia ingin membuktikan bahwa perempuan tidak hanya layak hadir di lapangan, tetapi juga mampu memimpin dari balik layar, berada di ruang-ruang strategis pengambilan keputusan.
Baca juga:
“Dengan tergabung dalam GSMP, saya ingin membuka jalan dan menjadi bukti nyata bahwa perempuan juga mampu memimpin di ruang yang selama ini didominasi laki-laki, termasuk di sepak bola profesional,” imbuhnya.
Untuk PSIM dan Perempuan Indonesia
Meski akan menetap sementara di Amerika selama dua bulan ke depan, ia menegaskan bahwa hatinya tetap bersama PSIM.
Ia akan tetap mengikuti perkembangan tim dari jauh dan menyerahkan tanggung jawab harian kepada General Manager PSIM, Steven Sunny, lulusan Master Akademi Johan Cruyff Barcelona.
“Saya sayang dengan Jogja, saya masih ingin membuktikan di Liga 1 bersama PSIM. Keinginan pribadi saya, PSIM bisa stabil di Liga 1,” kata Liana Tasno dengan penuh semangat.
Baca juga:
Selanjutnya, ia berharap ilmu, pengalaman, dan jejaring global yang akan didapatnya selama program berlangsung bisa dibawa pulang untuk kemajuan sepak bola Tanah Air.
“Saya berharap bisa juga membuka jejaring dan networking kita ke global. Ini semua berkat PSIM, bisa dilihat di tingkat global. Semoga nanti juga saya bisa membantu banyak hal untuk negara kita,” sambungnya.
Ia berharap bisa jadi pembuka jalan bagi lebih banyak perempuan Indonesia untuk berani bermimpi dan melangkah di bidang olahraga, baik sebagai atlet, pelatih, manajer, maupun pemimpin.
“Perempuan Indonesia punya potensi besar, hanya perlu diberi ruang, kepercayaan, dan dukungan. Saya ingin menjadi bagian dari perubahan itu, agar ke depan dunia olahraga kita bisa lebih setara, sehat, dan kuat untuk semua,” pungkas Liana Tasno.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas