
EDA WEB – Sebuah penemuan luar biasa mengubah cara kita memahami pembentukan planet di alam semesta. Tim astronom internasional yang dipimpin oleh Profesor Man Hoi Lee dari University of Hong Kong telah mengonfirmasi keberadaan sebuah planet langka yang mengorbit berlawanan arah dengan gerakan sistem bintang induknya.
Planet ini ditemukan di sistem bintang biner , yang terdiri dari dua bintang yang saling mengitari dalam waktu sekitar 1.050 hari.
Penemuan ini tidak hanya mencengangkan karena orbit planetnya yang retrograde (berlawanan arah), tetapi juga karena menantang teori-teori yang selama ini kita pegang tentang bagaimana planet terbentuk dan bertahan di yang ketat.
Baca juga:
Orbit Aneh di
Mayoritas bintang di alam semesta adalah bagian dari sistem biner atau multi-bintang. Di sistem semacam ini, interaksi gravitasi antara bintang-bintang sering kali membuat pembentukan planet menjadi sulit—apalagi untuk bertahan dalam orbit yang stabil. Namun sistem nu Octantis justru menyimpan kejutan besar.
Bintang utama, nu Oct A, adalah bintang sub-raksasa dengan massa sekitar 1,6 kali massa Matahari. Pasangannya, nu Oct B, memiliki massa sekitar setengah Matahari. Di tengah sistem inilah ditemukan sebuah planet gas raksasa dengan massa sekitar dua kali Jupiter yang mengorbit dalam waktu sekitar 400 hari—tetapi dengan arah orbit yang berlawanan dari arah orbit kedua bintang tersebut.
“Orbit seperti ini tidak pernah diamati sebelumnya dan secara teori sangat sulit untuk terbentuk,” kata Ho Wan Cheng, mahasiswa MPhil dan penulis utama studi ini yang diterbitkan di jurnal Nature.
Baca juga:
Bukti Kuat Setelah 18 Tahun
Sinyal awal keberadaan planet ini muncul sejak tahun 2004, melalui data radial velocity yang dikumpulkan oleh Dr David Ramm dari University of Canterbury. Data ini menunjukkan pergerakan aneh dari bintang utama nu Oct A—seolah ada pengaruh gravitasi dari sebuah planet besar. Namun, keberadaan planet tersebut diragukan selama hampir dua dekade karena orbitnya dianggap terlalu tidak stabil kecuali jika ia berputar secara retrograde.
Untuk membuktikannya, tim peneliti menggunakan instrumen spektrograf HARPS milik European Southern Observatory (ESO), yang memungkinkan pengamatan presisi tinggi. Setelah menganalisis data baru dan arsip selama 18 tahun, para ilmuwan menemukan kecocokan yang stabil dan kuat: planet tersebut benar-benar harus berorbit secara retrograde dan hampir sejajar dengan bidang orbit bintang binernya.
Baca juga:
Apakah nu Oct B Sebenarnya?
Pertanyaan penting lainnya adalah: jenis bintang apakah nu Oct B? Apakah masih bintang muda bermassa rendah, atau justru sisa kehidupan bintang—yakni (white dwarf)?
Tim menggunakan teknologi pencitraan adaptif SPHERE di teleskop raksasa ESO (VLT) untuk mengamati sistem ini. Hasilnya: nu Oct B tidak terlihat. Artinya, ia sangat redup dan hampir pasti merupakan katai putih—bintang yang telah membuang sebagian besar massanya dan memasuki fase akhir kehidupannya.
Penemuan ini penting, karena menunjukkan bahwa sistem nu Octantis telah berevolusi secara dramatis sejak awal terbentuk. Menurut Cheng, “nu Oct B dulunya mungkin memiliki massa sekitar 2,4 kali Matahari, namun telah menjadi katai putih sekitar 2 miliar tahun lalu. Usia sistem ini diperkirakan 2,9 miliar tahun.”
Baca juga:
?
Karena planet ini tidak mungkin terbentuk secara bersamaan dengan kedua bintang pada awal sistem, maka muncul hipotesis menarik: apakah ini ?
Profesor Man Hoi Lee menjelaskan dua kemungkinan: “Planet ini bisa saja terbentuk dari cakram materi retrograde yang terbentuk dari massa nu Oct B yang terlempar saat berubah menjadi katai putih, atau mungkin merupakan planet yang tertangkap dari orbit prograde lalu berbalik arah.”
Pendapat ini didukung oleh Dr Trifon Trifonov dari Zentrum für Astronomie der Universität Heidelberg dan Sofia University: “Kita mungkin sedang menyaksikan kasus pertama planet generasi kedua—entah tertangkap, atau terbentuk dari sisa materi bintang yang telah kehilangan lebih dari 75% massanya.”
Baca juga:
Menantang Teori, Membuka Kemungkinan Baru
Penemuan planet “mustahil” ini membuka jendela baru terhadap bagaimana planet dapat terbentuk bahkan dalam kondisi ekstrem seperti sistem bintang ganda yang padat dan berevolusi. “Kunci dari penemuan ini adalah penggunaan berbagai metode yang saling melengkapi untuk memahami keseluruhan sistem,” ujar PD Dr Sabine Reffert, rekan penulis studi ini.
Studi ini menjadi pengingat bahwa alam semesta sering kali lebih kreatif daripada teori-teori kita. Dan mungkin, di luar sana masih banyak planet-planet tak lazim lainnya yang menunggu untuk ditemukan.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas