
JAKARTA, EDA WEB – Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sekaligus Juru Bicara Presiden RI, Prasetyo Hadi mengakui bahwa pihaknya tidak senang dengan istilah rombongan jarang beli (rojali) dan rombongan hanya nanya (rohana).
Prasetyo juga bilang, rojali dan Rohana sebaiknya tidak dijadikan sekedar lelucon.
Pasalnya perilaku masyarakat itu menunjukkan ada fenomena kemampuan ekonomi masyarakat yang masih terbatas.
“Tadi muncul fenomena saudara-saudara kita yang kemampuan secara ekonominya sekarang masih terbatas dengan istilah-istilah itu (rojali dan rohana). Saya sih terus terang tidak terlalu gembira dengan istilah itu,” ujar Prasetyo dalam keterangan resminya dilansir siaran YouTube EDA WEBTV, Rabu (6/8/2025).
“Menurut pendapat saya istilah itu jangan dijadikan sebagai sebuah lelucon. Itu adalah sebuah lecutan bagi kita bahwa memang masih banyak yang harus kita perjuangkan. Masih banyak yang harus kita benahi. Bagi kami pemerintah, fenomena itu menjadi semacam pengingat bahwa masih ada kelompok saudara-saudara kita,” lanjutnya.
Baca juga:
Merujuk maraknya rojali dan rohana, Prasetyo menyebut pemerintah harus mendorong pertumbuhan ekonomi dan investasi yang lebih maksimal.
Di sisi lain, kebocoran anggaran yang menghambat pertumbuhan ekonomi harus dikurangi.
“Memang kita masih harus bekerja terus. Mendorong pertumbuhan ekonomi kita lebih optimal lagi, mendorong investasi kita lebih optimal lagi. Mengurangi kebocoran-kebocoran sebagaimana yang Bapak Presiden sering sampaikan itu di segala sektor,” katanya.
Baca juga:
Menko Airlangga: Rohana-Rojali Akibat Perubahan Perilaku Belanja Offline ke Online
Sementara itu, sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menepis adanya fenomena rohana dan rojali yang disebut marak ditemui di pusat perbelanjaan.
Menurutnya, munculnya fenomena rohana dan rojali ini bukan karena daya beli masyarakat yang belum pulih.
Melainkan lebih disebabkan oleh terjadinya perubahan perilaku belanja masyarakat dari offline ke online.
“Kita lihat konsumsi daripada masyarakat ini terlihat shifting belanjanya lari ke belanja online. Ini menunjukkan bahwa terkait dengan isu Rohana dan Rojali ini isu yang ditiup-tiup. Jadi faktanya berbeda dan tentu ini yang harus kita lihat,” ujarnya saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Baca juga:
Airlangga memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan transaksi online di e-retail dan marketplace tumbuh 7,55 persen di Kuartal II 2025.
Perubahan perilaku belanja ini juga dapat dilihat dari pertumbuhan transaksi menggunakan uang elektronik (e-money) sebesar 67,91 persen yoy dan kartu kredit 7,61 persen yoy.
Sementara itu, transaksi menggunakan kartu debit justru terkontraksi 0,96 persen.
Jumlah transaksi di e-commerce juga meningkat pesat dari 280 juta transaksi pada 2018 menjadi 3,23 miliar transaksi pada 2024.
Salah satu produk yang pertumbuhan pembeliannya paling besar ialah produk kosmetik dan perawatan pribadi sebesar hampir 16,95 persen yoy atau senilai Rp 67,6 triliun serta produk rumah tangga dan kantor tumbuh 29,38 persen yoy atau senilai Rp 72,8 triliun.
“Lalu kita lihat kinerja keuangan sektor retail dari tiga perusahaan, seluruhnya semester I ini pertumbuhannya 4,99 persen, 6,85 persen, dan 12,87 persen,” tambahnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas