
EDA WEB – ke Nusantara atau wilayah Indonesia terdiri dari sejumlah rute.
Rute-rute ini ditempuh bangsa barat seiring kepentingan mereka untuk berdagang dan mendapatkan rempah-rempah.
ke Indonesia juga didasari oleh semangat untuk menegakkan kejayaan dan menyebarkan agama.
Lantas, apa datang ke Nusantara? Bagaimana , Belanda, Spanyol, dan Inggris untuk tiba ke Indonesia?
Baca juga:
Latar belakang kedatangan bangsa barat ke Indonesia
Kedatangan bangsa Barat, seperti Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris, ke Indonesia tidak terjadi tanpa alasan yang kuat. Salah satu pemicu utamanya adalah jatuhnya Konstantinopel ke tangan Kesultanan Turki Usmani pada tahun 1453.
Sebagai pusat perdagangan internasional, jatuhnya kota ini menutup akses bangsa Eropa terhadap rempah-rempah yang menjadi komoditas utama di Laut Tengah.
Akibatnya, harga rempah-rempah melonjak tajam di pasar Eropa, mendorong pencarian jalur alternatif ke daerah penghasil rempah-rempah.
Selain itu, perkembangan teknologi maritim seperti kompas, astrolabe, dan kapal dengan desain canggih, memungkinkan bangsa Barat menjelajahi lautan yang sebelumnya tidak terjangkau.
Faktor lain adalah semangat 3G, yakni Gold (kekayaan), Glory (kejayaan), dan Gospel (penyebaran agama Kristen). Hal ini jadi melakukan penjelajahan, terutama bagi bangsa Portugis dan Spanyol.
ini membawa mereka ke Nusantara, wilayah yang cukup kaya akan rempah-rempah.
Baca juga:
Rute Portugis masuk ke Indonesia
Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang mencapai Indonesia. Pada tahun 1497, Vasco da Gama memulai pelayaran dari Lisabon dengan mengikuti rute yang telah ditempuh oleh Bartholomeus Diaz.
Setelah melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan, ia melanjutkan perjalanan menuju India dan berhasil mendirikan kantor dagang di Goa pada 1498.
Pada tahun 1511, di bawah komando Alfonso de Albuquerque, Portugis berhasil merebut Malaka. Saat itu Malaka merupakan pusat perdagangan di Asia Tenggara.
Keberhasilan ini membuka jalan bagi Portugis untuk menjelajah lebih jauh hingga ke Kepulauan Maluku.
Di sana, mereka membangun relasi dagang dengan penguasa lokal untuk mendapatkan cengkeh, pala, dan rempah-rempah lainnya, yang kemudian diekspor ke Eropa.
Baca juga:
Rute Spanyol masuk ke Indonesia
Setelah keberhasilan Columbus menemukan benua Amerika, Spanyol juga ingin mencari rute ke Timur. Ekspedisi yang dipimpin Ferdinand Magellan pada 1519 membawa armada Spanyol melalui Selat Magellan di ujung selatan Amerika.
Setelah melintasi Samudra Pasifik, rombongan ini mendarat di Filipina pada 1521. Lantaran Magellan tewas di Filipina usai menerima perlawanan penduduk lokal, ekspedisi ini diteruskan oleh Juan Sebastian del Cano yang berhasil mencapai Kepulauan Maluku.
Di Maluku, Spanyol menjalin hubungan dagang dengan penduduk setempat dan bersaing dengan Portugis.
Konflik ini akhirnya diselesaikan melalui Perjanjian Zaragoza pada 1529, yang menetapkan batas wilayah eksplorasi antara kedua negara.
Baca juga:
Rute Belanda masuk ke Indonesia
Tertarik oleh kisah kesuksesan petualangan Portugis dan Spanyol, Belanda juga ingin terlibat dalam perdagangan rempah-rempah.
Pada tahun 1595, ekspedisi Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman berangkat menuju Nusantara. Setelah menempuh perjalanan panjang, mereka tiba di Banten pada 1596. Namun, perilaku kasar mereka membuat hubungan dagang dengan penduduk lokal memburuk.
Belanda kemudian memperbaiki pendekatan mereka dan mengirimkan ekspedisi baru. Pada tahun 1602, mereka mendirikan Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang berfungsi sebagai kongsi dagang resmi.
VOC berhasil mendominasi perdagangan rempah-rempah di Maluku dan membangun monopoli yang bertahan selama ratusan tahun.
Baca juga:
Rute Inggris masuk ke Indonesia
Inggris memasuki perdagangan rempah-rempah dengan membentuk East India Company (EIC) pada tahun 1600. Awalnya, mereka mendirikan basis di India sebelum melanjutkan pelayaran ke Nusantara.
Pada awal abad ke-17, Inggris mendirikan pos dagang di beberapa wilayah Indonesia, meskipun pengaruh mereka relatif kecil dibandingkan VOC.
Pada abad ke-18, aktivitas perdagangan Inggris di Nusantara semakin meningkat. Meski Belanda dengan VOC-nya mendominasi perdagangan, Inggris berhasil menjadi ancaman serius terhadap monopoli tersebut.
Pada tahun 1602, Inggris mengirim utusan ke Banten untuk menjalin hubungan dagang dengan Sultan Banten.
Kesepakatan ini membuka peluang bagi Inggris untuk mendirikan kantor dagang di Banten. Selain itu, kantor dagang lainnya juga dibangun di Jayakarta, Gowa, Makassar, dan Aceh.
Refrensi:
- Rochjati, S.Pd dkk. 2019. e-Modul Sejarah Indonesia: Penjelajahan Bangsa Barat ke Nusantara. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
- Alin Rizkiyan Putra. 2020. Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia Kelas XI: Penjajahan Bangsa Eropa di Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas