
EDA WEB – Data menunjukkan bahwa minat baca di Indonesia masih memprihatinkan. Hanya 1 dari 1.000 orang Indonesia yang tergolong rajin membaca.
Tak hanya itu, hasil studi Programme for International Student Assessment (PISA) pada 2018 juga mengungkap bahwa skor Indonesia tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain.
Salah satu upaya untuk meningkatkan literasi adalah dengan memperkenalkan bacaan fiksi kepada masyarakat.
Dilansir dari EDA WEB.id, Senin (4/8/2025) membaca karya fiksi dapat merangsang daya pikir, empati, dan minat baca, terutama pada generasi muda.
Baca juga:
Tak hanya soal hiburan, membaca dan menulis fiksi juga menyangkut masa depan. Penulis asal Inggris, Neil Gaiman, pernah menyatakan bahwa masa depan sangat bergantung pada perpustakaan, membaca, dan kemampuan berimajinasi.
Artinya, untuk membangun budaya literasi yang kuat, perlu dihadirkan tulisan yang menarik dan relevan, bukan bacaan yang kaku atau monoton.
Dalam semangat itu, siapa tahu kita bisa turut menciptakan karya yang tak hanya meningkatkan literasi publik, tapi juga mengasah literasi diri sendiri.
Dalam video YouTube unggahan Beginu berjudul “, Writer of The Year 2024 dan Protesnya Sebagai Penulis”, J.S. Khairen menceritakan perjalanannya dalam dunia penulis.
Baca juga:
Khairen sendiri adalah seorang Penulis Terbaik Indonesia tahun 2024 yang dianugerahi oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).
Melalui kisahnya ini, EDA WEB telah merangkum beberapa tips yang bisa diandalkan kamu yang baru ingin memulai berkarya.
Tuangkan ide yang ada di pikiranmu
Siapa yang sangka justru menulis itu bukan tugas pikiran, melainkan jari-jari tangan. Khairen mengutip bahwa banyak orang ingin menjadi penulis, tetapi niat itu hanya sampai di pikiran mereka. Sesungguhnya, mereka tidak pernah benar-benar menulis sesuatu.
“Aku sudah ikut banyak sekali kelas menulis dari penulis-penulis Indonesia, dari penulis luar negeri, banyak jurus-jurus fancy, formula-formula hebat. Tapi yang benar-benar jadi kunci itu emang nulis,” ujar Khairen.
Menulis harus dimulai dari tindakan. Bukan sekadar memikirkan cerita di kepala, tapi betul-betul mengetik dan menyusun kata untuk menghasilkan sebuah cerita.
Baca juga:
Terus berlatih
Banyak yang mengatakan bahwa konsisten adalah kunci. Jika kita sering menulis, lama-lama bisa membentuk kebiasaan yang tertanam di tubuh. Hal ini serupa dengan memori otot yang semakin sering dilakukan, maka akan semakin berbekas di pikiran.
Oleh karena itu, kamu bisa rajin berlatih untuk meningkatkan keterampilan menulis. Ketika, tubuh terbiasa, cara menulis bisa menjadi semakin lihai.
Tidak ada kata terbatas
Menulis tidak harus menunggu perangkat canggih. Tidak ada salahnya jika hanya menggunakan ponsel saat dalam perjalanan, di sela-sela kesibukan kerja, atau memang karena keterbatasan alat yang dimiliki.
“Jadi ini -novel aku akhir-akhir ini tuh ditulisnya di hape,” ucapnya.
Baca juga:
Keterbatasan alat bukan alasan untuk berhenti berkarya. Jika lebih nyaman menulis di kertas, maka gunakan itu. Yang penting adalah mulai menulis dengan apa pun yang ada di tangan.
Semua naskah berharga
Khairen pernah mengalami kegagalan ketika enam naskah pertamanya ditolak dan tidak laku di pasaran. Namun, ia tetap menulis hingga akhirnya “Kami Bukan Sarjana Kertas” menjadi karya yang diadaptasi ke film.
“Itu novel-novel pertama yang kalau aku baca sekarang-sekarang emang jelek sekali,” kenang Khairen.
Dari pengalaman itu, kita bisa belajar bahwa tulisan awal yang buruk tetap bernilai karena menjadi proses penting menuju karya yang lebih matang dan sukses.
Baca juga:
Mulai ceritamu dari konflik
Pembaca menyukai tulisan yang bisa menarik perhatian. Dengan kondisi itu, sebuah kisah yang bagus alangkah baiknya dimulai dengan pembukaan yang penting.
Hal ini disebabkan pembaca lebih ingin mengetahui konflik yang berlangsung daripada pendahuluan cerita.
“Kami mau mendengar cerita ketika naganya menghancurkan desa. Kami ga mau mendengar dia bangun mengasah pedang. Tidak perlu,” jelas Khairen.
Oleh karena itu, sebagai penulis sebaiknya langsung “menggigit” di awal cerita agar menimbulkan rasa penasaran. Jangan buang waktu dengan pembukaan yang lambat dan monoton.
Baca juga:
Tips-tips berikut menunjukkan bahwa proses menulis bisa dimulai dari hal-hal sederhana, tanpa perlu menunggu momen yang sempurna.
Melalui pengalaman dan pendekatan praktis, siapa pun kini bisa mulai menulis dengan lebih percaya diri, konsisten, dan sadar bahwa setiap tulisan memiliki proses dan maknanya sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Sumber : Kompas