Anggrek Biru, Flora Langka yang Hanya Tumbuh di Raja Ampat

  
Anggrek Biru

EDA WEB — Keindahan tidak hanya terletak pada kekayaan lautnya, tetapi juga unik yang tumbuh di daratannya.

Salah satunya adalah (Dendrobium azureum Schuit), spesies langka dan endemik yang hanya ditemukan di Cagar Alam Pulau Waigeo, Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Ahli Konservasi Tumbuhan dari IPB University, Dr. Agus Hikmat, menyatakan bahwa secara botani dan konservasi, anggrek biru memiliki nilai yang sangat tinggi.

“ ini istimewa karena hanya ditemukan di Pulau Waigeo. Tidak ada di tempat lain di dunia,” ujarnya, Rabu (26/6/2025), dilansir dari laman IPB.ac.id.

Baca juga:

Secara global, spesies ini telah dikategorikan sebagai terancam punah (endangered) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.

Namun, secara hukum di Indonesia, Dendrobium azureum belum termasuk dalam daftar tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Permen LHK No. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi.

Belum dilindungi hukum, perlu perhatian serius

Kendati belum tercantum dalam daftar perlindungan hukum nasional, Agus mengingatkan bahwa upaya perlindungan dari berbagai pihak tetap sangat dibutuhkan.

“Sebagai spesies endemik yang terancam punah, anggrek biru membutuhkan perlindungan serius agar populasinya tetap terjaga,” ujar dosen Fakultas Kehutanan dan Lingkungan (Fahutan) IPB University itu.

Baca juga:

Ancaman deforestasi dan perdagangan

Agus juga mengungkapkan bahwa deforestasi dan perburuan untuk perdagangan menjadi dua ancaman utama terhadap kelangsungan hidup anggrek biru.

Mengenai aktivitas pertambangan di kawasan Raja Ampat, ia menjelaskan bahwa dampaknya memang tidak langsung terasa terhadap habitat anggrek biru dalam jangka pendek. Namun, potensi kerusakan dalam jangka panjang tetap ada.

“Kerusakan di pulau-pulau sekitar akibat tambang bisa mengganggu habitat di Pulau Waigeo, terutama karena pengaruh arus laut yang kuat,” jelasnya.

Baca juga:

Ekowisata sebagai alternatif

Sebagai solusi, Agus menyarankan agar kekayaan alam Raja Ampat lebih diarahkan untuk kegiatan wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

“Pemanfaatan kawasan Raja Ampat sebaiknya difokuskan untuk ekowisata. Dengan begitu, kekayaan alam ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat secara berkelanjutan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita EDA WEB WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber : Kompas